Kamis, 12 November 2015

PENDEKATAN SASTRA



RINGKASAN MATERI KELOMPOK 3

1.    Pendekatan Mimesis
Pendekatan ini bertolak dari pemikiran bahwa sastra, sebagaimana hasil seni yang lain, merupakan pencerminan atau representasi hasil seni yang lain, merupakan pencerminan atau representasi kehidupan nyata. Sastra merupakan tiruan atau pemanduan antara kenyataan dengan imajinasi pengarang, atau hasil imajinasi pengarang yang bertolak dari suatu kenyataan.
Pendekatan ini merupakan refleksi kehidupan nyata. Refleksi ini terwujud berkat tiruan dan gabungan imajinasi pengarang terhadap realitas kehidupan atau realitas alam. Hal tersebut didasarkan pandangan bahwa apa yang diungkapkan pengarang dalam karyanya pastilah merupakan refleksi atau potret kehidupan atau alam yang dilihatnya. Potret tersebut bisa berupa pandangan, ilmu pengetahuan, religius yang terkait langsung dengan realitas. Pengarang, melalui karyanya hanyalah mengolah dari apa yang dirasakan dan dilihatnya. Itulah sebabnya ide yang dituangkan dalam karyanya tidak bisa disebut sebagai ide yang original. Semuanya hanyalah tiruan (mimetik) dari unsur-unsur kehidupan nyata yang ada.
2.    Pendekatan Ekspressif
Pendekatan ini menitikberatkan perhatian kepada upaya pengarang atau penyair mengekspresikan ide-idenya ke dalam karya sastra. Kemampuan pengarang menyampaian pikiran yang agung dan emosi yang kuat menjadi ukuran keberhasilan. Karena itu, tinjauan ekspresif lebih bersifat spesifik. Dasar telaahnya adalah keberhasilan pengarang mengemukakan ide-idenya yang tinggi, ekspresi emosinya yang meluap, dan bagaimana dia mengkomposisi semuanya menjadi satu karya yang bernilai tinggi. Komposisi dan ketepatan peramuan unsur-unsur ekspresif di sini akhirnya menjadi satu unsur sentral dalam penilaian. Karya sastra yang didasari oleh kekayaan penjelmaan jiwa yang kompleks tentunya mempunyai tingkat kerumitan komposisi yang lebih tinggi dibanding dengan karya sastra yang kering dengan dasar jelmaan jiwa.
3.    Pendekatan Objektif (Struktural)
Strukturalisme adalah salah satu pendekatan terhadap analisis teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur-unsur teks dan unsur-unsur teks hanya memperoleh artinya di dalam suatu hubungan rasional baik asosiasi maupun oposisi
Pendekatan struktural pada dasarnya menggiring para pembaca/penikmat sastra dalam upaya mengenal unsur-unsur intrinsilk suatu karya sastra sedangkan metode struktur adalah menyelidiki makna karya sastra dengan mempelajari unsur-unsur strukturnya dan hubungan satu sama lain.
4.    Pendekatan biografi
Pendekatan bio­grafi dalam analisis karya sastra berhubungan dengan sejarah atau latar belakang penulis karya sastra. Dalam pendekatan biografi ini terdapat tiga sudut pandang, yakni biografi sebagai alat untuk menerangkan proses penciptaan karya sastra, pengarang sebagai fokus utama penelitian dan mengelompokkan biografi sebagai ilmu pengetahuan.
5.    Pendekatan cybersastra
Penggunaan istilah sastra cyber sendiri sudahlah jelas dan gamblang menyatakan jenis medium yang dipakai: medium cyber, persis sama halnya dengan istilah sastra koran, sastra majalah, sastra buku, sastra fotokopian/stensilan, sastra radio, sastra dinding, dan sebagainya.
Dunia cyber memang bebas. Sebagai konsekuensinya, terhadapnya tak bisa dipakaikan satu acuan nilai saja. Sebagai dunia dengan ragam nilai, ragam kriteria, ragam standar, ia tak bisa semata dilihat dengan satu kacamata saja. Pembaca cyber yang sudah merasakan dan memahami psikologi dunia maya umumnya terbiasa dengan cara pandang multifaset seperti itu dan karenanya mereka cukup kritis memilih apa yang ingin mereka baca atau mereka lewati.
Munculnya cybersastra, telah menyuguhkan realitas tersendiri bagi peneliti sastra. Paling tidak, peneliti akan tersedot pada tradisi para penulis. Oleh karena gerakan cybersastra sekaligus menghendaki keterampilan bermain internet, tentu saja tak semua penulis mampu menuju ke arah sana. Hanya penulis yang gigih dan mau mengikuti perkembangan ke arah globalisasi saja yang terpanggil ke cybersastra. Penulis yang masih mengandalkan tradisi lama, memanfaatkan mesin ketik manual, tulisan tangan, dan komputer sederhana, tentu tidak bergegas bermain internet. Karena itu, karya yang dihasilkan pun bukan karya cybersastra, melainkan karya sastra cetak. Jadi, cybersastra tetap berkaitan dengan keterampilan dan kemajuan teknologi komunikasi. Dari sini muncul pula sebuah komunitas baru dalam sastra, yaitu komunitas cybersastra.
6.    Pendekatan pragmatik
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Pembaca memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan sebuah karya merupakan karya sastra atau bukan. Horatius dalam art poetica menyatakan bahwa tujuan penyair ialah berguna atau memberi nikmat, ataupun sekaligus memberikan manfaat dalam kehidupan. Dari pendapat inilah dimulai pendekatan pragmatik.
Pendekatan pragmatik mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis, diantaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik dalam kerangka sinkronis maupun diagkronis. Teori-teori postrukturalisme sebagian besar bertumpu pada kompetensi pembaca, sebab semata-mata pembacalah yang berhasil untuk mengevokasi kekayan khazanah kultural bangsa.
7.    Pendekatan feminisme
Feminisme merupakan kajian sosial yang melibatkan kelompok-kelompok perempuan yang tertindas, utamanya tertindas oleh budaya partiarkhi. Feminisme berupa gerakan kaum perempuan untuk memperoleh otonomi atau kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri. Berupa gerakan emansipasi perempuan, yaitu proses pelepasan diri dan kedudukan sosial ekonomi yang rendah, yang mengekang untuk maju.
Beberapa aliran yang terkenal dalam gerakan feminisme antara lain:
a.       Feminisme Liberal
b.      Feminisme Radikal
c.       Feminisme Marxis
d.      Feminisme Sosialis
e.       Feminisme Moderat
8.    Pendekatan gender
Menurut Oakley yang dikutip dari bukunya Khoiruddin gender didefinisikan dengan perbedaan antara laki laki dan perempuan berdasar konstruksi social bukan sekedar biologi dan bukan kodrat tuhan. Sedang sex (biologi) karena kodrat tuhan. Karena itu, gender bisa berubah dari waktu ke waktu, dari satu tempat ke tempat lain, bahkan satu kelas ke kelas lain. Sementara biologi (sex) tetap sama. Dengan sendirinya kalau perbedaan sex adalah kodrati, karena perbedaannya permanen.
Begitu juga menurut Caplan dalam bukunya The Cultural Contruction of Sexuality menyebut, perbedaan antara laki-laki dan perempuan bukan sekedar biologi namun secara social dan cultural.
Ketidakadilan peran gender yang sudah membudaya tersebut akan mengakibatkan perempuan mengalami proses imarginalisasi, subordinasi, stereotip keperempuanan yang cenderung negative, tindak kekerasan dan pelecehan serta beban kerja domestic yang terlalu banyak. Sementara itu gerakan menuju kesetaraan gender sering mendapat perlawanan dan hambatan karena ketidakmengertoan mengapa status perempuan hars dipertanyakan, serta mengapa hak-hak istemewa yang dimiliki dan dinikmati laki-laki harus digugat
9.    Pendekatan psikologis
Psikologis berasal dari perkataan Yunani psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi, secara etimologi (menurut arti kata) psikologis berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik jenis-jenis gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya.
Pendekatan psikologis dalam analisis sastra adalah pendekatan penelaahan sastra yang menekankan pada segi-segi kejiwaan dan tingkah laku yang terdapat dalam suatu karya sastra.












DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin . 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Biru
Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha, 2012. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sugihastuti, Suharto. 2005. Kajian Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Wahid, Sugira. 2004. Kapita Selekta Kritik Sastra. Universitas Negeri Makassar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar