RINGKASAN
MATERI KELOMPOK 3
1. Pendekatan
Mimesis
Pendekatan
ini bertolak dari pemikiran bahwa sastra, sebagaimana hasil seni yang lain,
merupakan pencerminan atau representasi hasil seni yang lain, merupakan
pencerminan atau representasi kehidupan nyata. Sastra merupakan tiruan atau
pemanduan antara kenyataan dengan imajinasi pengarang, atau hasil imajinasi
pengarang yang bertolak dari suatu kenyataan.
Pendekatan
ini merupakan refleksi kehidupan nyata. Refleksi ini terwujud berkat tiruan dan
gabungan imajinasi pengarang terhadap realitas kehidupan atau realitas alam.
Hal tersebut didasarkan pandangan bahwa apa yang diungkapkan pengarang dalam
karyanya pastilah merupakan refleksi atau potret kehidupan atau alam yang
dilihatnya. Potret tersebut bisa berupa pandangan, ilmu pengetahuan, religius
yang terkait langsung dengan realitas. Pengarang, melalui karyanya hanyalah
mengolah dari apa yang dirasakan dan dilihatnya. Itulah sebabnya ide yang
dituangkan dalam karyanya tidak bisa disebut sebagai ide yang original.
Semuanya hanyalah tiruan (mimetik) dari unsur-unsur kehidupan nyata yang ada.
2. Pendekatan
Ekspressif
Pendekatan
ini menitikberatkan perhatian kepada upaya pengarang atau penyair
mengekspresikan ide-idenya ke dalam karya sastra. Kemampuan pengarang
menyampaian pikiran yang agung dan emosi yang kuat menjadi ukuran keberhasilan.
Karena itu, tinjauan ekspresif lebih bersifat spesifik. Dasar telaahnya adalah
keberhasilan pengarang mengemukakan ide-idenya yang tinggi, ekspresi emosinya
yang meluap, dan bagaimana dia mengkomposisi semuanya menjadi satu karya yang
bernilai tinggi. Komposisi dan ketepatan peramuan unsur-unsur ekspresif di sini
akhirnya menjadi satu unsur sentral dalam penilaian. Karya sastra yang didasari
oleh kekayaan penjelmaan jiwa yang kompleks tentunya mempunyai tingkat
kerumitan komposisi yang lebih tinggi dibanding dengan karya sastra yang kering
dengan dasar jelmaan jiwa.
3. Pendekatan
Objektif (Struktural)
Strukturalisme
adalah salah satu pendekatan terhadap analisis teks-teks sastra yang menekankan
keseluruhan relasi antara berbagai unsur-unsur teks dan unsur-unsur teks hanya
memperoleh artinya di dalam suatu hubungan rasional baik asosiasi maupun
oposisi
Pendekatan
struktural pada dasarnya menggiring para pembaca/penikmat sastra dalam upaya
mengenal unsur-unsur intrinsilk suatu karya sastra sedangkan metode struktur
adalah menyelidiki makna karya sastra dengan mempelajari unsur-unsur
strukturnya dan hubungan satu sama lain.
4. Pendekatan
biografi
Pendekatan
biografi dalam analisis karya sastra berhubungan dengan sejarah atau latar
belakang penulis karya sastra. Dalam pendekatan biografi ini terdapat tiga
sudut pandang, yakni biografi sebagai alat untuk menerangkan proses penciptaan
karya sastra, pengarang sebagai fokus utama penelitian dan mengelompokkan
biografi sebagai ilmu pengetahuan.
5. Pendekatan
cybersastra
Penggunaan
istilah sastra cyber sendiri sudahlah jelas dan gamblang menyatakan jenis
medium yang dipakai: medium cyber, persis sama halnya dengan istilah sastra
koran, sastra majalah, sastra buku, sastra fotokopian/stensilan, sastra radio,
sastra dinding, dan sebagainya.
Dunia cyber
memang bebas. Sebagai konsekuensinya, terhadapnya tak bisa dipakaikan satu
acuan nilai saja. Sebagai dunia dengan ragam nilai, ragam kriteria, ragam
standar, ia tak bisa semata dilihat dengan satu kacamata saja. Pembaca cyber
yang sudah merasakan dan memahami psikologi dunia maya umumnya terbiasa dengan
cara pandang multifaset seperti itu dan karenanya mereka cukup kritis memilih
apa yang ingin mereka baca atau mereka lewati.
Munculnya cybersastra, telah menyuguhkan realitas
tersendiri bagi peneliti sastra. Paling tidak, peneliti akan tersedot pada
tradisi para penulis. Oleh karena gerakan cybersastra sekaligus menghendaki keterampilan
bermain internet, tentu saja tak semua penulis mampu menuju ke arah sana. Hanya
penulis yang gigih dan mau mengikuti perkembangan ke arah globalisasi saja yang
terpanggil ke cybersastra. Penulis yang masih mengandalkan tradisi lama,
memanfaatkan mesin ketik manual, tulisan tangan, dan komputer sederhana, tentu
tidak bergegas bermain internet. Karena itu, karya yang dihasilkan pun bukan
karya cybersastra, melainkan karya sastra cetak. Jadi, cybersastra tetap
berkaitan dengan keterampilan dan kemajuan teknologi komunikasi. Dari sini
muncul pula sebuah komunitas baru dalam sastra, yaitu komunitas cybersastra.
6. Pendekatan
pragmatik
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan
kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati
karya sastra. Pembaca memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan
sebuah karya merupakan karya sastra atau bukan. Horatius dalam art poetica menyatakan bahwa tujuan penyair ialah
berguna atau memberi nikmat, ataupun sekaligus memberikan manfaat dalam
kehidupan. Dari pendapat inilah dimulai pendekatan pragmatik.
Pendekatan
pragmatik mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya.
Dengan mempertimbangkan karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang
dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis, diantaranya berbagai tanggapan
masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik dalam kerangka sinkronis
maupun diagkronis. Teori-teori postrukturalisme sebagian besar bertumpu pada
kompetensi pembaca, sebab semata-mata pembacalah yang berhasil untuk
mengevokasi kekayan khazanah kultural bangsa.
7. Pendekatan
feminisme
Feminisme
merupakan kajian sosial yang melibatkan kelompok-kelompok perempuan yang
tertindas, utamanya tertindas oleh budaya partiarkhi. Feminisme berupa gerakan
kaum perempuan untuk memperoleh otonomi atau kebebasan untuk menentukan dirinya
sendiri. Berupa gerakan emansipasi perempuan, yaitu proses pelepasan diri dan
kedudukan sosial ekonomi yang rendah, yang mengekang untuk maju.
Beberapa aliran yang
terkenal dalam gerakan feminisme antara lain:
a.
Feminisme Liberal
b.
Feminisme Radikal
c.
Feminisme Marxis
d.
Feminisme Sosialis
e.
Feminisme Moderat
8. Pendekatan
gender
Menurut Oakley yang dikutip dari bukunya Khoiruddin gender didefinisikan
dengan perbedaan antara laki laki dan perempuan berdasar konstruksi social
bukan sekedar biologi dan bukan kodrat tuhan. Sedang sex (biologi) karena
kodrat tuhan. Karena itu, gender bisa berubah dari waktu ke waktu, dari satu
tempat ke tempat lain, bahkan satu kelas ke kelas lain. Sementara biologi (sex)
tetap sama. Dengan sendirinya kalau perbedaan sex adalah kodrati, karena
perbedaannya permanen.
Begitu juga menurut Caplan dalam bukunya The Cultural Contruction of
Sexuality menyebut, perbedaan antara laki-laki dan perempuan bukan sekedar
biologi namun secara social dan cultural.
Ketidakadilan peran gender yang sudah membudaya tersebut akan mengakibatkan
perempuan mengalami proses imarginalisasi, subordinasi, stereotip keperempuanan
yang cenderung negative, tindak kekerasan dan pelecehan serta beban kerja
domestic yang terlalu banyak. Sementara itu gerakan menuju kesetaraan gender
sering mendapat perlawanan dan hambatan karena ketidakmengertoan mengapa status
perempuan hars dipertanyakan, serta mengapa hak-hak istemewa yang dimiliki dan
dinikmati laki-laki harus digugat
9. Pendekatan
psikologis
Psikologis berasal
dari perkataan Yunani psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu
pengetahuan. Jadi, secara etimologi (menurut arti kata) psikologis berarti ilmu
yang mempelajari tentang jiwa, baik jenis-jenis gejalanya, prosesnya, maupun
latar belakangnya.
Pendekatan
psikologis dalam analisis sastra adalah pendekatan penelaahan sastra yang menekankan
pada segi-segi kejiwaan dan tingkah laku yang terdapat dalam suatu karya
sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin
. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.
Bandung: Sinar Biru
Faruk.
1994. Pengantar Sosiologi Sastra. Yokyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman
Kutha, 2012. Teori, Metode dan Teknik
Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sugihastuti, Suharto. 2005. Kajian Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya.
Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Wahid,
Sugira. 2004. Kapita Selekta Kritik Sastra.
Universitas Negeri Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar