Kamis, 12 November 2015

BIPA METODE MENCERITAKAN KEMBALI



PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING (BIPA)
A.    Pendahuluan
Penentuan keberhasilan pembelajaran bahasa untuk penutur asing  berkaitan dengan banyak variable. Variable-variabel tersebut antara lain motivasi, konteks sosial, karakteristik siswa/pembelajar, dan kondisi belajar.
            Strategi belajar bahasa sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan pembelajaran. Penggunaan strategi belajar yang tepat akan menjadikan siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses belajarnya dengan mengokohkan kemandiriannya dalam belajar.
Bahasa Indonesia dipelajari oleh orang asing pada umumnya untuk berbagai keperluan di antaranya keperluan untuk melanjutkan pendidikan, pekerjaan, dan penelitian sehingga  upaya awal yang perlu dilakukan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pelajar BIPA adalah melakukan analisis kebutuhan belajar pelajar BIPA. Melalui analisis kebutuhan belajar tersebut akan diketahui kemampuan awal pelajar BIPA, tujuan belajar BIPA, bidang keahlian yang dimiliki pelajar BIPA, strategi dan gaya belajar pelajar BIPA, pengalaman belajar pelajar BIPA, dan minat dan motivasi belajar BIPA, waktu yang diperlukan, dan sebagainya. Dengan pemahaman tersebut, dapat disusun dan dikembangkan bahan pembelajaran BIPA yang sesuai dengan kondisi pelajar.
            Hasil wawancara bersama Brenda, seorang penulis asal Amerika yang ke Indonesia dalam rangka belajar bahasa Indonesia untuk tujuan mengumpulkan data kebudayaan Indonesia yang akan ditulisnya menunjukkan bahwa dia telah cukup lancar berbahasa Indonesia untuk komunikasi-komunikasi formal karena belajar secara mendalam di pusat bahasa Universitas Negeri Makassar sejak tahun 2013. Berdasarkan informasi tersebut, penulis akan merancang strategi belajar yang cocok diterapkan untuk Brenda.
           
B.     Kajian Teori
1.      Tipe-tipe Pembelajar
a.       Pembelajar konkrit
Pembelajar ini cenderung menyenangi permainan, film, video, menggunakan kaset, berdiskusi, dan mempraktikkan bahasa kedua di luar kelas.
b.      Pembelajar analitik
Pembelajar ini menyukai tata bahasa, mempelajari buku bahasa kedua dan membaca surat kabar, belajar sendiri, menemukan kekeliruan mereka sendiri, dan bekerja dalam seperangkat masalah yang diberikan oleh guru.
c.       Pembelajar komunikatif
Pembelajar ini menyukai belajar dengan menonton, mendengarkan penutur asli, berbicara kepada teman dalam bahasa kedua dan menonton televisi, menggunakan bahasa kedua di luar kelas, mempelajari kata-kata baru, menggunakannya, dan mempelajari melalui percakapan.
d.      Pembelajar yang berorientasi pada penulis
Pembelajar ini lebih suka guru menjelaskan sesuatu, menyukai untuk memiliki buku teks sendiri, menulis sesuatu dalam catatannya. Mempelajari tata bahasa, belajar melalui membaca, dan mempelajari kata-kata baru dengan melihat mereka.

2.      Strategi Belajar Bahasa Pembelajar BIPA
a.       Konsep Dasar Strategi Belajar Bahasa (SBB)
Strategi belajar bahasa didefinisikan oleh Oxford dkk (1990) sebagai tingkah laku atau perbuatan yang disadari yang digunakan siswa untuk meningkatkan dan memperkokoh proses belajarnya. Sementara itu, Richar mendefinisikan istilah SBB yang disebut heuristik  untuk merujuk pada prosedur dalam belajar dan dalam berpikir yang merupakan proses belajar secara sadar maupun secara tidak sadar untuk mencapai tujuan belajar bahasa. Sekaitan dengan SBB ini, Wenden (1991) menyatakan bahwa SBB adalah langkah-langkah dan perilaku mental yang digunakan siswa dalam mempelajari bahasa baru untuk mengarahkan diri dalam berupaya untuk melaksanakan proses belajarnya. Dalam definisi ini terlihat bahwa siswa merealisasikan proses belajar atas kehendaknya sendiri. Kesadaran siswa akan pentingnya proses belajar dalam belajar bahasa sangat diperlukan untuk mencapai Tingkat Kemahiran Berbahasa (TKB) yang baik secara reseptif maupun produktif.
Dari pandangannya tentang pentingnya strategi belajar dalam proses belajar bahasa, OMalley dan Chamot (1990) mendefinisikan strategi belajar sebagai pikiran  dan tingkah laku atau cara khusus dalam memproses informasi untuk mengokohkan pemahaman, proses belajar, dan menyimpan informasi. Oxford (1990)  mengemukakan enam descriptor SBB, yaitu strategi mengingat, strategi kognitif, strategi kompensasi, strategi metakognitif, strategi afektif, dan strategi sosialisasi. Keenam descriptor ini oleh Oxfrod dikategorisasikan menjadi strategi langsung dan strategi tidak langsung. Strategi langsung merujuk pada strategi yang melibatkan penggunaan bahasa target dalam proses belajar. Strategi langsung terdiri atas strategi mengingat, kognitif, dan kompensasi. Strategi tidak langsung merujuk pada strategi yang tidak secara langsung melibatkan penggunaan bahasa target dalam proses belajar akan tetapi merupakan perilaku belajar yang mendorong terjadinya proses belajar. Strategi tidak langsung yaitu strategi metakognitif, afektif, dan sosialisasi yang berkontribusi secara tidak langsung terhadap terjadinya proses belajar.
1)      Strategi Mengingat
Strategi ini merujuk pada strategi yang digunakan siswa secara khusus untuk menyimpan, mengambil, dan menggunakan informasi. Indikator-indikator strategi mengingat yaitu:
a)      menghubungkan informasi baru dengan konsep terdahulu yang telah diketahuinya;
b)      menggunakan kata atau frase baru dalam konteks lisan maupun tulisan;
c)      melakukan pemetaan semantik dan kata baru, misal membayangkan kata baru pada situasi yng mungkin kata tersebut sering digunakan;
d)     mengingat pelafalannya;
e)      mempelajari kembali pelajaran baru di luar kelas;
f)       memperagakan kata baru; dan
g)      menggunakan teknik-teknik mekanis yang kreatif seperti menggunakan kartu kosa kata.
2)      Strategi Kognitif
Strategi ini merujuk pada keterampilan siswa yang melibatkan transformasi bahasa melalui penalaran, analisis, pencatatan, latihan menggunakan bahasa dalam situasi alamiah, latihan gramatika, serta pelafalan secara formal. Indikator-indikator strategi kognitif yaitu mengingat kata, frase, ungkapan atau hal-hal baru dalam bahasa target. Misal:
a)      Mengucapkan atau berlatih menggunakan kata/frase baru secara berulang-ulang.
b)      Berlatih pengucapan dan intonasi dengan berbagai cara dan juga latihan sistem penulisan dalam bahasa target.
c)      Berlatih menggunakan rumus dan pola-pola kalimat yang telah diketahuinya dalam berbagai konteks.
d)     Berlatih menggunakan  bahasa target dalam situasi alamiah.
e)      Menggunakan skimming dan scanning.
f)       Menggunakan sumber tertulis maupun tidak tertulis untuk berlatih memahami dan menggunakan bahasa target.
g)      Menganalisis secara kontrastif unsur bunyi atau struktur bahasa target dan bahasa sendiri.
h)      Memilah kata-kata, frase atau ungkapan ke dalam kata-kata yang maknanya diketahui.
i)        Menggunakan bahasa ibu  dalam memahami bahasa target.
j)        Membuat ringkasan/abstrak dengan menggunakan bahasa target.
3)      Strategi Kompensasi
Strategi ini merujuk pada perilaku siswa dalam menggunakan bahasa dengan cara menanggulangi kekurangannya dalam pengetahuan bahasa target misalnya dengan jalan menerka makna kata yang tidak diketahuinya sewaktu menyimak atau membaca. Menggunakan sinonim pada waktu berbicara atau menulis. Indikator-indikator strategi kompensasi yaitu:
a)      menerka dari kata atau struktur gramatika yang sudah diketahuinya untuk memahami makna kata, frase, ataupun struktur bahasa target;
b)      menerka hal yang tidak diketahui dari konteksnya, situasinya, struktur wacananya atau pengetahuan umumnya;
c)      beralih ke bahasa ibu untuk mengatasi keterbatasannya berbicara;
d)     menggunakan isyarat jika lupa kata atau ungkapan sewaktu berbicara; dan
e)      menggunakan kata lain yang maknanya berdekatan dengan kata yang ingin digunakan berbicara agar komunikasinya lancar.
4)      Strategi Metakognitif
Strategi ini adalah perilaku belajar siswa dengan cara memusatkan diri pada belajar, merancang, merencanakan, dan mengevaluasi proses belajar. Strategi metakognitif meliputi indikator-indikator berikut ini:
a)         berupaya untuk berkonsentrasi dan memperhatikan tuturan orang yang berbicara dengan cermat agar dapat memahaminya secara baik;
b)        menyusun kegiatan yang berkondisi dirinya agar belajar secara optimal, misalnya dengan membuat jadwal belajar secara teratur dan menciptakan suasana belajar yang nyaman;
c)         menentukan tujuan kegitan belajarnya;
d)        mencari kesempatan untuk berlatih meggunakan bahasa target baik secara reseptif maupun produktif; dan
e)         memonitor kesalahan-kesalahan untuk meningkatkan kemampuan.
5)      Strategi Efektif
Strategi ini adalah strategi belajar siswa yang melibatkan pengontrolan diri, emosi, sikap, dan motivasi dalam belajar bahasa. Strategi efektif diukur dengan indikator-indikator yang meliputi:
a)      menyenangkan dirinya misal dengan menarik nafas dalam-dalam untuk mengatasi kesulitan belajar bahasa;
b)      mendorong diri untuk menggunakan bahasa target;
c)      memberi pujian kepada diri sendiri jika berhasil belajar sesuatu;
d)     memperhatikan diri tatkala tegang atau gugup sewaktu belajar bahasa dengan cara mengontrol emosinya;
e)      mencatat perasaan tentang pengalamannya dalam belajar bahasa target dalam buku harian; dan
f)       mencurahkan perasaan tentang permasalahan belajar bahasa kepada orang lain.
6)      Strategi Sosialisasi
Strategi ini berisi  kegiatan siswa dalam proses belajar yang melibatkan orang lain, misal dengan mengajukan pertanyaan kepada guru atau kepada teman, bekerja sama dengan teman, dan menaruh rasa empati. Strategi ini meliputi indikator-indikator berikut:
a)      bertanya atau meminta klarifikasi kepada lawan bicara jika tidak memahami tuturan seseorang;
b)      meminta bantuan orang lain untuk mengoreksi kesalahannya;
c)      belajar bersama;
d)     mempelajari budaya bahasa target untuk menghindari kesalahpahaman dan dapat berempati pada budaya target yang tidak sama dengan budaya sendiri.

C.    Pembahasan
1.        Penentuan Tingkat Kemampuan Pembelajar BIPA
            Berdasarkan korpus data penelitian ini yang diperoleh melalui kegiatan wawancara bersama Brenda, dapat diidentifikasi kemampuan pembelajar berada pada tingkat lanjut dengan pertimbangan penyebutan fonem sudah jelas, kemampuan merespons pertanyaan cepat, tidak diperlukan bahasa Inggris untuk membantu menjawab atau merespons pertanyaan, struktur kalimat sudah baik, dan kosakata lokal yang menunjukkan budaya Makassar sudah cukup dikuasai yang dibuktikan dengan kemampuan Brenda merespons sapaan pewawancara “Halo, Brenda, apa kabar?” yang langsung dijawabnya “Baik” kemudian melanjutkan dengan “Kita?” yang menanyakan kabar pewawancara.
Permasalahan yang ditemukan hanya pada tataran persamaan makna kata (sinonim), Brenda baru sekadar paham dengan kosakata umum. Misal dengan diajukan pertanyaan “apa kendala Anda belajar bahasa Indonesia?”, dia mengulang kata kendala yang menandakan kebingungannya. Pewawancara langsung merespons dengan mengubah pertanyaan menjadi “Apa kesulitan Anda belajar bahasa Indonesia?” yang langsung diresponsnya dengan baik. Penulis berkesimpulan bahwa Brenda masih kurang memahami kata-kata tertentu yang memiliki kemiripan makna.
Tuntutan pekerjaan sebagai penulis yang mengantarkannya ke Indonesia mengharuskan Brenda banyak membaca buku, surat kabar, dan aneka referensi lain, dia juga harus banyak mendengar melalui komunikasi langsung maupun melalui rekaman-rekaman kebudayaan baik melalui video/rekaman maupun siaran radio guna keperluan pengumpulan data. Selain itu, ia harus berkomunikasi secara lisan dalam kehidupan sehari-hari apalagi jika ingin bersosialisasi langsung dengan narasumber tulisan-tulisannya di Indonesia baik komunikasi formal atau informal.
Sejalan dengan tujuan Brenda belajar bahasa Indonesia yaitu untuk mengumpulkan bahan tulisan tentang kebudayaan Indonesia maka penulis memandang bahwa Brenda selain harus menguasai cara berkomunikasi dengan penutur asli sebuah kebudayaan, ia harus mampu menceritakan kembali  data-data kebudayaan tertentu yang telah ditemukannya di lapangan nanti baik yang diperoleh melalui simakan berupa rekaman, informasi dari narasumber lain, hasil bacaan dari berbagai referensi kepada narasumber asli sebagai upaya mengkroscek hasil simakan dan bacaannya.

2.        Strategi Pembelajaran BIPA untuk Brenda
Berdasarkan analisis kebutuhan dan kemampuan narasumber terhadap bahasa Indonesia, maka penulis akan menerapkan strategi belajar mandiri kepada Brenda sesuai dengan mengadopsi hasil penelitian Lengkanawati (1997) yang menunjukkan adanya beberapa strategi belajar mandiri yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran dalam keempat keterampilan berbahasa, yaitu:
a.       Keterampilan menyimak, yaitu:
1)      Mentranskipsi bahan tugas menyimak untuk meningkatkan pemahaman dalam menyimak dan sekaligus dapat meningkatkan kemampuan dalam melafalakan bunyi-bunyi bahasa target sehingga mendekati pelafalan penutur asli.
2)        Memperhatikan pengajaran dengan seksama tatkala pengajar mengoreksi kesalahan tuturan dirinya atau tuturan pelajaran lainnya.
3)        Menyimak tuturan penutur asli dengan seksama baik dari media elektronik maupun dari tuturan langsung.
4)        Memperhatikan isi maupun bentuk bahasa yang digunakan pengajar di kelas.
b.      Keterampilan berbicara, yaitu:
1)      Meniru dan melafalkan kata-kata atau frase-frase yang digunakan penutur asli dalam rekaman.
2)      Mencoba mengingat pola kalimat yang benar yang ditemukannya sewaktu mentranskripsikan wacana bahasa target yang didengarnya.
3)      Menggunakan pola kalimat yang baik yang digunakan oleh para penulis yang baik yang dikemukakan dalam teks yang dibacanya untuk digunakan dalam berbicara.
4)      Pada tahap awal, memaksa diri untuk menggunakan bahasa target dengan tidak terlalu khawatir melakukan kesalahan dalam menggunakan bahasa tersebut.
c.         Keterampilan membaca, yaitu banyak membaca berbagai macam wacana untuk meningkatkan kemampuan membacanya dan memperluas kosakata bahasa target.
d.        Keterampilan menulis, yaitu:
1)      Menggunakan kemampuan menulis untuk meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa target.
2)      Meniru gaya tulisan dan pola kalimat yang digunakan para penulisa yang baik yang ditemukannya sewaktu membaca teks berbahasa target untuk digunakannya dalam membuat tulisan dalam bahasa target.
Untuk Brenda yang disimpulkan berada pada level tingkat lanjut dan melihat latar belakangnya belajar bahasa maka pembelajaran akan difokus pada pembelajaran keterampilan berbicara dengan tetap mengukur kemampuan menyimak dan membacanya. Pembelajaran keterampilan berbicara yang direncanakan untuk Brenda adalah menceritakan kembali hasil simakan atau hasil bacaan.
Adapun langkah-langkah menceritakan kembali hasil simakan atau hasil bacaan pada pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing adalah sebagai berikut.
a.         Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b.         Guru menyiapkan teks bacaan/simakan tentang kebudayaan-kebudayaan Indonesia.
c.         Pembelajar membaca/menyimak.
d.        Guru menunjukkan kata bersinonim atau kata yang memiliki sinonim dalam bacaan/simakan.
e.         Pembelajaran memaknai kata bersinonim yang ditunjukkan oleh guru.
f.          Pembelajar menceritakan kembali hasil bacaan/simakannya dengan bahasanya sendiri.
g.         Jika terdapat kesalahan interpretasi, guru memperbaiki.
h.         Evaluasi, meliputi kerunutan penceritaan, penyebutan kata sesuai dengan maksud,  dan struktur kalimat yang tepat.

D.    Kesimpulan
            Berdasarkan kajian yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal tentang pembelajaran bahasa Indonesia oleh penutur asing.
1.      Sebelum merancang pembelajaran harus dilakukan analisis atau pemetaan kemampuan pembelajar.
2.      Pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan pembelajar.
3.      Untuk pembelajar tingkat lanjut, pembelajaran dirancang untuk penguasaan semua aspek keterampilan berbahasa pembelajar sekaligus dalam suatu kegiatan. 

























                                                DAFTAR PUSTAKA

Lengkanawati, Nenden Sri. 1997. Kontribusi Strategi Belajar terhadap Tingkat Kemahiran Berbahasa (Studi tentang Perbedaan Strategi Belajar Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Asing di Australia dan Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Asing di Indonesia). Disertasi Doktor pada FPS IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan.

O’Malley, M. And Chamot, A. U. 1990. Learning Strategies in Second Language Acquistion. New York: Cambridge University Press.

Oxford, R. 1990. Language Learning Strategies. New York: Newbury House Publishers.

 Wenden, A. L. 1991. Learner Strategies. Tesol Newsletter 19: 1-7.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar