PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING (BIPA)
A.
Pendahuluan
Penentuan
keberhasilan pembelajaran bahasa untuk penutur asing
berkaitan dengan banyak variable. Variable-variabel tersebut antara lain motivasi,
konteks sosial, karakteristik
siswa/pembelajar, dan kondisi belajar.
Strategi belajar bahasa sangat penting dalam
mewujudkan keberhasilan pembelajaran. Penggunaan strategi belajar yang tepat akan menjadikan
siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses belajarnya dengan mengokohkan
kemandiriannya dalam belajar.
Bahasa Indonesia dipelajari oleh orang asing pada umumnya untuk berbagai
keperluan di antaranya keperluan untuk melanjutkan pendidikan, pekerjaan, dan
penelitian sehingga upaya awal
yang perlu dilakukan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan pelajar BIPA adalah melakukan analisis kebutuhan belajar
pelajar BIPA. Melalui analisis kebutuhan belajar tersebut akan diketahui
kemampuan awal pelajar BIPA, tujuan belajar BIPA, bidang keahlian yang dimiliki
pelajar BIPA, strategi dan gaya belajar pelajar BIPA, pengalaman belajar
pelajar BIPA, dan minat dan motivasi belajar BIPA, waktu yang diperlukan, dan sebagainya. Dengan pemahaman tersebut, dapat disusun dan
dikembangkan bahan pembelajaran BIPA yang sesuai dengan kondisi pelajar.
Hasil wawancara bersama Brenda,
seorang penulis asal Amerika yang ke Indonesia dalam rangka belajar bahasa
Indonesia untuk tujuan mengumpulkan data kebudayaan Indonesia yang akan
ditulisnya menunjukkan bahwa dia telah cukup lancar berbahasa Indonesia untuk
komunikasi-komunikasi formal karena belajar secara mendalam di pusat bahasa
Universitas Negeri Makassar sejak tahun 2013. Berdasarkan informasi tersebut,
penulis akan merancang strategi belajar yang cocok diterapkan untuk Brenda.
B.
Kajian Teori
1.
Tipe-tipe Pembelajar
a. Pembelajar konkrit
Pembelajar ini cenderung menyenangi permainan, film,
video, menggunakan kaset, berdiskusi, dan mempraktikkan bahasa kedua di luar
kelas.
b.
Pembelajar analitik
Pembelajar ini menyukai tata bahasa, mempelajari buku
bahasa kedua dan membaca surat kabar,
belajar sendiri, menemukan kekeliruan mereka sendiri, dan bekerja dalam seperangkat
masalah yang diberikan oleh guru.
c.
Pembelajar komunikatif
Pembelajar ini menyukai belajar dengan menonton,
mendengarkan penutur asli, berbicara kepada teman dalam bahasa kedua dan menonton televisi, menggunakan bahasa
kedua di luar kelas, mempelajari kata-kata baru, menggunakannya, dan mempelajari melalui percakapan.
d.
Pembelajar yang berorientasi pada penulis
Pembelajar ini lebih suka guru menjelaskan sesuatu, menyukai
untuk memiliki buku teks sendiri, menulis sesuatu dalam
catatannya. Mempelajari tata bahasa, belajar melalui membaca, dan mempelajari
kata-kata baru dengan melihat mereka.
2.
Strategi Belajar Bahasa
Pembelajar BIPA
a. Konsep
Dasar Strategi Belajar Bahasa (SBB)
Strategi belajar bahasa didefinisikan oleh Oxford
dkk (1990)
sebagai tingkah laku atau perbuatan yang disadari yang digunakan siswa untuk
meningkatkan dan memperkokoh proses belajarnya. Sementara itu, Richar mendefinisikan
istilah SBB yang disebut heuristik untuk merujuk pada prosedur dalam belajar dan
dalam berpikir yang merupakan proses belajar
secara sadar maupun secara tidak sadar untuk mencapai tujuan belajar bahasa.
Sekaitan dengan SBB ini, Wenden (1991) menyatakan bahwa SBB adalah
langkah-langkah dan perilaku mental yang digunakan siswa dalam mempelajari
bahasa baru untuk mengarahkan diri dalam berupaya untuk melaksanakan proses
belajarnya. Dalam definisi ini terlihat bahwa siswa merealisasikan proses
belajar atas kehendaknya sendiri. Kesadaran siswa akan pentingnya proses
belajar dalam belajar bahasa sangat diperlukan untuk mencapai Tingkat Kemahiran
Berbahasa (TKB)
yang baik secara reseptif maupun produktif.
Dari pandangannya tentang pentingnya
strategi belajar dalam proses belajar bahasa, O’Malley dan Chamot (1990)
mendefinisikan strategi belajar sebagai pikiran
dan tingkah laku atau cara khusus dalam memproses informasi untuk
mengokohkan pemahaman, proses belajar, dan menyimpan informasi. Oxford
(1990) mengemukakan enam descriptor SBB, yaitu strategi
mengingat, strategi kognitif, strategi kompensasi, strategi metakognitif,
strategi afektif, dan strategi sosialisasi. Keenam
descriptor ini oleh Oxfrod dikategorisasikan menjadi strategi langsung dan
strategi tidak langsung. Strategi langsung merujuk pada strategi yang melibatkan
penggunaan bahasa target dalam proses belajar. Strategi langsung terdiri atas
strategi mengingat, kognitif, dan kompensasi. Strategi tidak langsung merujuk
pada strategi yang tidak secara langsung melibatkan penggunaan bahasa target
dalam proses belajar akan tetapi merupakan perilaku belajar yang mendorong
terjadinya
proses belajar. Strategi tidak langsung yaitu strategi metakognitif,
afektif, dan
sosialisasi yang berkontribusi secara tidak langsung terhadap terjadinya
proses belajar.
1) Strategi
Mengingat
Strategi ini merujuk
pada strategi yang digunakan siswa secara khusus untuk menyimpan, mengambil, dan
menggunakan informasi. Indikator-indikator
strategi mengingat yaitu:
a)
menghubungkan informasi
baru dengan konsep terdahulu yang telah diketahuinya;
b)
menggunakan kata atau frase baru dalam konteks lisan
maupun tulisan;
c)
melakukan pemetaan semantik dan kata baru, misal
membayangkan kata baru pada situasi yng mungkin kata tersebut sering digunakan;
d)
mengingat
pelafalannya;
e)
mempelajari kembali pelajaran baru di luar kelas;
f)
memperagakan
kata baru; dan
g)
menggunakan
teknik-teknik mekanis yang kreatif seperti menggunakan kartu kosa kata.
2) Strategi
Kognitif
Strategi ini merujuk
pada keterampilan siswa yang melibatkan transformasi bahasa melalui penalaran,
analisis, pencatatan, latihan menggunakan bahasa dalam situasi alamiah, latihan
gramatika, serta pelafalan secara formal. Indikator-indikator strategi kognitif yaitu mengingat
kata, frase, ungkapan atau hal-hal baru dalam bahasa target. Misal:
a)
Mengucapkan atau
berlatih menggunakan kata/frase baru secara berulang-ulang.
b)
Berlatih pengucapan dan intonasi dengan
berbagai cara dan juga latihan sistem
penulisan dalam bahasa target.
c)
Berlatih menggunakan
rumus dan pola-pola kalimat yang telah diketahuinya dalam berbagai konteks.
d)
Berlatih
menggunakan bahasa target dalam situasi
alamiah.
e)
Menggunakan skimming dan scanning.
f)
Menggunakan sumber
tertulis maupun tidak tertulis untuk berlatih memahami dan menggunakan bahasa
target.
g)
Menganalisis secara
kontrastif unsur bunyi atau struktur bahasa target dan bahasa sendiri.
h)
Memilah kata-kata,
frase atau ungkapan ke dalam kata-kata yang maknanya diketahui.
i)
Menggunakan bahasa
ibu dalam memahami bahasa target.
j)
Membuat
ringkasan/abstrak dengan menggunakan bahasa target.
3)
Strategi
Kompensasi
Strategi ini merujuk pada perilaku siswa dalam menggunakan bahasa
dengan cara menanggulangi kekurangannya dalam pengetahuan bahasa target
misalnya dengan jalan menerka makna kata yang tidak diketahuinya sewaktu
menyimak atau membaca. Menggunakan sinonim pada waktu berbicara atau menulis.
Indikator-indikator strategi kompensasi yaitu:
a) menerka dari
kata atau struktur gramatika yang sudah diketahuinya untuk memahami makna kata,
frase, ataupun struktur bahasa target;
b) menerka hal
yang tidak diketahui dari konteksnya, situasinya, struktur wacananya atau pengetahuan umumnya;
c) beralih ke bahasa ibu
untuk mengatasi keterbatasannya berbicara;
d) menggunakan isyarat jika
lupa kata atau ungkapan sewaktu berbicara;
dan
e) menggunakan kata lain
yang maknanya berdekatan dengan kata yang ingin digunakan berbicara agar
komunikasinya lancar.
4) Strategi
Metakognitif
Strategi ini
adalah perilaku belajar siswa dengan cara
memusatkan diri pada belajar, merancang, merencanakan, dan mengevaluasi proses
belajar. Strategi metakognitif meliputi indikator-indikator berikut ini:
a)
berupaya
untuk berkonsentrasi dan memperhatikan tuturan orang yang berbicara dengan
cermat agar dapat memahaminya secara baik;
b)
menyusun
kegiatan yang berkondisi dirinya agar belajar secara optimal, misalnya dengan
membuat jadwal
belajar secara teratur
dan menciptakan suasana belajar yang nyaman;
c)
menentukan
tujuan kegitan belajarnya;
d)
mencari
kesempatan untuk berlatih meggunakan bahasa target baik secara reseptif maupun
produktif;
dan
e)
memonitor kesalahan-kesalahan untuk meningkatkan
kemampuan.
5) Strategi Efektif
Strategi ini
adalah strategi belajar siswa yang
melibatkan pengontrolan diri, emosi, sikap, dan motivasi dalam belajar bahasa. Strategi
efektif diukur dengan
indikator-indikator yang
meliputi:
a)
menyenangkan
dirinya misal dengan menarik nafas dalam-dalam untuk mengatasi kesulitan
belajar bahasa;
b)
mendorong
diri untuk menggunakan bahasa target;
c)
memberi
pujian kepada diri sendiri jika
berhasil belajar sesuatu;
d)
memperhatikan
diri tatkala tegang atau gugup sewaktu belajar bahasa dengan cara mengontrol
emosinya;
e)
mencatat perasaan tentang pengalamannya dalam belajar
bahasa target dalam buku harian; dan
f)
mencurahkan perasaan tentang permasalahan belajar bahasa
kepada orang lain.
6)
Strategi
Sosialisasi
Strategi ini berisi kegiatan siswa
dalam proses belajar yang melibatkan orang lain, misal dengan mengajukan
pertanyaan kepada guru atau kepada teman, bekerja sama dengan teman, dan
menaruh rasa empati. Strategi ini meliputi indikator-indikator berikut:
a)
bertanya
atau meminta klarifikasi kepada lawan bicara jika tidak memahami tuturan
seseorang;
b)
meminta
bantuan orang lain untuk mengoreksi kesalahannya;
c)
belajar
bersama;
d)
mempelajari
budaya bahasa target untuk menghindari kesalahpahaman dan dapat berempati
pada budaya target yang
tidak sama dengan budaya sendiri.
C.
Pembahasan
1.
Penentuan Tingkat
Kemampuan Pembelajar
BIPA
Berdasarkan
korpus data penelitian ini yang
diperoleh melalui kegiatan wawancara bersama Brenda,
dapat diidentifikasi kemampuan pembelajar berada pada tingkat lanjut dengan pertimbangan penyebutan
fonem sudah jelas, kemampuan merespons pertanyaan cepat, tidak diperlukan
bahasa Inggris untuk membantu menjawab atau merespons pertanyaan, struktur
kalimat sudah baik, dan kosakata lokal yang menunjukkan budaya
Makassar sudah cukup dikuasai yang dibuktikan dengan kemampuan Brenda merespons
sapaan pewawancara “Halo, Brenda, apa kabar?” yang langsung dijawabnya “Baik”
kemudian melanjutkan dengan “Kita?” yang menanyakan kabar pewawancara.
Permasalahan
yang ditemukan hanya pada tataran persamaan makna kata (sinonim), Brenda baru
sekadar paham dengan kosakata umum. Misal dengan diajukan pertanyaan “apa
kendala Anda belajar bahasa Indonesia?”, dia mengulang kata kendala yang
menandakan kebingungannya. Pewawancara langsung merespons dengan mengubah
pertanyaan menjadi “Apa kesulitan Anda belajar bahasa Indonesia?” yang langsung
diresponsnya dengan baik. Penulis berkesimpulan bahwa Brenda masih kurang
memahami kata-kata tertentu yang memiliki kemiripan makna.
Tuntutan pekerjaan sebagai penulis yang mengantarkannya ke Indonesia
mengharuskan Brenda banyak membaca
buku, surat
kabar, dan aneka referensi lain, dia juga harus
banyak mendengar melalui komunikasi langsung maupun melalui rekaman-rekaman
kebudayaan baik melalui video/rekaman maupun siaran radio guna keperluan pengumpulan
data. Selain itu, ia harus berkomunikasi secara lisan dalam kehidupan sehari-hari apalagi jika ingin bersosialisasi langsung
dengan narasumber tulisan-tulisannya di
Indonesia baik komunikasi formal atau informal.
Sejalan
dengan tujuan Brenda belajar bahasa Indonesia yaitu untuk mengumpulkan bahan
tulisan tentang kebudayaan Indonesia maka penulis memandang bahwa Brenda selain
harus menguasai cara berkomunikasi dengan penutur asli sebuah kebudayaan, ia
harus mampu menceritakan kembali data-data
kebudayaan tertentu yang telah ditemukannya di lapangan nanti baik yang
diperoleh melalui simakan berupa rekaman, informasi dari narasumber lain, hasil
bacaan dari berbagai referensi kepada narasumber asli sebagai upaya mengkroscek
hasil simakan dan bacaannya.
2.
Strategi
Pembelajaran BIPA untuk Brenda
Berdasarkan
analisis kebutuhan dan kemampuan narasumber terhadap bahasa Indonesia, maka penulis
akan menerapkan strategi belajar mandiri kepada Brenda sesuai dengan mengadopsi hasil
penelitian Lengkanawati (1997) yang menunjukkan adanya beberapa strategi belajar mandiri
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran dalam keempat
keterampilan berbahasa, yaitu:
a. Keterampilan menyimak, yaitu:
1) Mentranskipsi bahan tugas menyimak
untuk meningkatkan pemahaman dalam menyimak dan sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan dalam melafalakan bunyi-bunyi bahasa target sehingga mendekati
pelafalan penutur
asli.
2)
Memperhatikan pengajaran dengan seksama tatkala pengajar
mengoreksi kesalahan tuturan dirinya atau tuturan pelajaran lainnya.
3)
Menyimak tuturan penutur asli dengan seksama baik dari media
elektronik maupun dari tuturan langsung.
4)
Memperhatikan isi maupun bentuk bahasa yang digunakan
pengajar di kelas.
b. Keterampilan berbicara, yaitu:
1) Meniru dan melafalkan kata-kata atau frase-frase yang digunakan penutur asli
dalam rekaman.
2) Mencoba mengingat pola kalimat yang benar yang ditemukannya sewaktu
mentranskripsikan wacana bahasa target yang didengarnya.
3) Menggunakan pola kalimat yang baik
yang digunakan oleh para penulis yang baik yang dikemukakan dalam teks yang
dibacanya untuk digunakan dalam berbicara.
4) Pada tahap awal, memaksa diri untuk menggunakan bahasa target dengan
tidak terlalu khawatir melakukan kesalahan dalam menggunakan bahasa tersebut.
c.
Keterampilan
membaca,
yaitu banyak membaca berbagai macam wacana untuk meningkatkan kemampuan
membacanya dan memperluas kosakata bahasa target.
d.
Keterampilan menulis, yaitu:
1) Menggunakan kemampuan menulis untuk
meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa target.
2) Meniru gaya tulisan dan pola kalimat
yang digunakan para penulisa yang baik yang ditemukannya sewaktu membaca teks
berbahasa target untuk digunakannya dalam membuat tulisan dalam bahasa target.
Untuk Brenda yang disimpulkan berada pada level tingkat lanjut dan melihat
latar belakangnya belajar bahasa maka pembelajaran akan difokus pada
pembelajaran keterampilan berbicara dengan tetap mengukur kemampuan menyimak
dan membacanya.
Pembelajaran keterampilan berbicara yang
direncanakan untuk Brenda adalah menceritakan kembali hasil simakan atau hasil bacaan.
Adapun
langkah-langkah menceritakan
kembali hasil simakan atau hasil bacaan
pada pengajaran bahasa Indonesia
untuk penutur asing adalah sebagai
berikut.
a.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b.
Guru menyiapkan teks bacaan/simakan tentang
kebudayaan-kebudayaan Indonesia.
c.
Pembelajar membaca/menyimak.
d.
Guru menunjukkan kata bersinonim atau kata yang memiliki
sinonim dalam bacaan/simakan.
e.
Pembelajaran memaknai kata bersinonim yang ditunjukkan
oleh guru.
f.
Pembelajar menceritakan kembali hasil bacaan/simakannya
dengan bahasanya sendiri.
g.
Jika terdapat kesalahan interpretasi, guru memperbaiki.
h.
Evaluasi, meliputi kerunutan penceritaan, penyebutan kata sesuai dengan
maksud,
dan struktur kalimat yang tepat.
D.
Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang diuraikan di
atas, dapat disimpulkan beberapa hal tentang
pembelajaran bahasa Indonesia
oleh penutur asing.
1.
Sebelum merancang
pembelajaran harus dilakukan analisis atau pemetaan kemampuan pembelajar.
2.
Pembelajaran harus
disesuaikan dengan kebutuhan pembelajar.
3.
Untuk pembelajar
tingkat lanjut, pembelajaran dirancang untuk penguasaan semua aspek
keterampilan berbahasa pembelajar sekaligus dalam suatu kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
Lengkanawati, Nenden Sri. 1997.
Kontribusi Strategi Belajar terhadap
Tingkat Kemahiran Berbahasa (Studi tentang Perbedaan Strategi Belajar Bahasa
Indonesia Sebagai Bahasa Asing di Australia dan Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Asing
di Indonesia). Disertasi Doktor pada FPS IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan.
O’Malley, M. And Chamot, A. U.
1990. Learning Strategies in Second
Language Acquistion. New York: Cambridge University Press.
Oxford, R. 1990. Language Learning Strategies. New York:
Newbury House Publishers.
Wenden, A. L. 1991. Learner Strategies. Tesol Newsletter 19: 1-7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar