Kamis, 12 November 2015

PENDEKATAN PENELITIAN SASTRA



RINGKASAN MATERI KELOMPOK 2

Secara epistemologi pendekatan berasal dari kata appropio (Latin), approach (Inggris), yang diartikan sebagai jalan dan penghampiran. Sebuah penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang tersusun secara sistematis dan metodis, maka perlu dibedakan antara metode dengan pendekatan. Benar, secara epistemologis pendekatan juga berarti jalan, yaitu cara itu sendiri, tetapi perlu dijelaskan bahwa pendekatan pada dasarnya memiliki tingkat abstraksi yang lebih tinggi baik dengan metode maupun teori. Sebuah pendekatan dimungkinkan untuk mengoperasikan sejumlah teori dan metode.
1.    Strukturalisme
Pendekatan Struktural adalah suatu pendekatan yang memfokuskan pada analisis terhadap struktur karya sastra. Dalam pendekatan ini, karya sastra dianggap sebagai sebuah struktur. Ia hadir dan dibagun oleh sejumlah unsur yang berperan penting secara fungsional. Menurut Wellek dan Werren  yang dimaksud dengan struktur adalah isi (content) dan bentuk (form).  Isi berkaitan dengan gagasan yang diekspresikan pengarang sedangkan bentuk adalah cara pengarang menulis.
Menurut Teeuw analisis struktural mencoba menguraikan keterikatan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra tersebut sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh. Jadi, unsur karya sastra tersebut haruslah dipahami sebagai bagian dari keseluruhan karya sastra.  Menurut Pradopo dalam Jabrohim (2001:54), salah satu ciri khas pendekatan struktural adalah adanya anggapan bahwa didalam dirinya sendiri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang saling berjalinan.
2.    Semiotik
Secara sederhana semiotik berarti ilmu tentang tanda. Ia mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi, yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Ia memiliki tujuan untuk mengetahui sistem tanda-tanda dengan menentukan konvensi-konvensi apa saja yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Kajian semiotik ini mempunyai asumsi dasar bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda.
Semiotik merupakan perkembangan atau lanjutan dari strukturalisme. Strukturalisme tidak dapat dipisahkan dengan semiotik. Alasannya, karya sastra itu merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan sistem tanda, maka tanda dan maknanya dan konvensi tanda, maka struktur karya sastra tidak akan dapat dimengerti maknanya secara optimal.
3.    Intertekstual
Intertekstual merupakan kajian teks yang melibatkan teks lain dengan mencari dan menelaah hubungan tersebut. Suatu teks, dalam kaca mata intertekstual, lahir dari teks-teks lain dan harus dipandang sesuai tempatnya dalam keluasan tekstual. Pendekatan ini memiliki asumsi bahwa karya sastra tidak lahir dari kekosongan budaya, termasuk sastra. Karya sastra merupakan respon pada karya sastra yang terbit sebelumnya. Bahwa suatu teks penuh dengan makna bukan hanya mempunyai struktur tertentu, suatu karangan yang menentukan dan mendukung bentuk, tetapi juga karena teks itu berhubungan dengan teks lain.
4.    Resepsi
Suatu karya sastra tidak akan sama pembacaan, pemahaman dan penelitiannya sepanjang masa dalam seluruh golongan masyarakat tertentu. Karya sastra sejak ia diterbitkan, selalu akan mendapat tanggapan dari pembacanya. Demikian asumsi dari para pengkaji sastra lewat pendekatan resepsi. Mereka dalam mengkaji karya sastra, titik tekan yang dicapat, adalah respon pembaca.
5.    Stilistika
Secara bahasa, stilistika berarti pemakaian atau penggunaan bahasa dalam karya sastra. Sedangkan dalam pengertiannya secara umum, dapat dikatakan, bahwa ia merupakan bagian dari ilmu linguistik yang memusatkan perhatiannya kepada variasi penggunaan bahasa. Fokus penelitian stilistika terhadap sastra adalah untuk menentukan suatu prinsip yang mendasari kesatuan karya sastra dan dapat menemukan suatu tujuan estetika umum yang menonjol dalam sebuah karya sastra, yang mungkin juga dapat diarahkan untuk membahas isi.
Kajian stilstika di dalam sastra dapat dilakukan dengan menganalisis tentang sistem linguistik dan membedakan sistem satu dengan sistem lain dengan metode kontras, mangamati deviasi dan distorsi terhadap pemakaian bahasa yang normal dan berusaha menemukan estetisnya.
6.    Sosiologi sastra
Sosiologi sastra adalah kajian sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran lengkap, utuh dan menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara sastrawan, karya sastra dan masyarakat. Yakni: seberapa jauhkah nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan seberapa jauhkah nilai sosial mempengaruhi nilai sastra.
Sosiologi sastra mempunyai tiga sasaran yang dibahas. Sasaran pertama adalah bahwa ia mengkaji fungsi sosial dari sebuah karya sastra: apakah karya sastra yang dikajinya ini memposisikan dirinya sebagai Nabi, atau ia menganggap karya sastranya sebagai penghibur saja, atau mengkompromikan keduanya? Sasaran kedua adalah konteks sosial dari  sastrawan itu sendiri yang meliputi; apa dan bagaimana pencaharian pengarang, profesionalisme kepengarangannya dan masyarakat yang dituju pengarang. Dan sasaran yang ketiga adalah bahwa sejauh mana karya itu mencerminkan sebuah masyarakat.
7.    Dekonstruksi
Dekontruksi lahir dilatarbelakangi dari sikap seorang filsuf kontemporer bernama Jaques Derrida yang menolak logosentrisme. Logosentrisme adalah keinginan akan suatu pusat atau suatu “kehadiran” akan sabda Tuhan, yang mampu menjelaskan segalanya. Ia merupakan sebuah usaha yang terus-menerus untuk menghancurkan dan meniadakan pemusatan (decentering).
Dalam aplikasinya, dekonstruksi berusaha untuk membalikkan herarkis terhadap sistem oposisional yang sudah ada. Kemudian melakukan oposisi-oposisi yang sudah klasik, pemelesetan besar-besaran terhadap sistem itu secara keseluruhan. Caranya adalah dengan menentukan oposisi-oposisi tertentu merupakan pemaksaan ideologi  metafisik dengan satu membawa preoposisi-preoposisi dan peranannya dalam nilai metafisika.











DAFTAR PUSTAKA

Jabrohim. 2014. Teori Penelitian Sasra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pradopo, Rachmat Djoko dkk.  2001. Metodologi Penelitian Sastra. Hanindita Graha Widya Yogyakarta.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wahid, Sugira. 2004. Kapita Selekta Kritik Sastra. Universitas Negeri Makassar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar