RINGKASAN
MATERI PERTEMUAN 1
A. HAKIKAT SASTRA
Rene Wellek dan Austin Warren (1989)
mengemukakan sifat imajinatif sebagai
hakikat sastra, Maksudnya pengalaman atau peristiwa yang disampaikan sastrawan
dalam karyanya bukanlah pengalaman atau peristiwa yang sesungguhnya,
sebagaimana yang terdapat dalam realitas objektif. Kendatipun demikian,
pengalam dan peristiwa itu telah mengalami proses pengolaahn dengan menggunakan
daya imajinasi atau daya khayal sastrawan.
Sedangkan menurut M.Atar Semi
(1988:18-19), bahwa ada tiga hakikat sastra, yaitu : sastra menggunakan bahasa,
2) sastra terkait dengan berbagai cabang ilmu dan 3) sastra didukung oleh
cerita. Secara singkat.
Dari pendapat ahli tentang hakikat sastra diatas, dapat disimpulkan sastra masih berkaitan dengan cabang ilmu. Hakikat sastra ini dapat kita jelaskan
dari sudut pengarang, pembaca, atau dari sudut karya sastra itu sendiri.Seorang
sastrawan yang akan mencipta sastra sangatlah dituntut memiliki kompetensi
bahasa. Hal inilah yang memungkinkan ide, gagasan, atau perasaan yang akan
diungkapkan dapat disampaikan. Kompetensi dimaksud bukan hanya sekedar
mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku atau memahami sistem yang ada pada suatu
bahasa. Sastrawan dituntut lebih dari itu. Sastrawan sangat dituntut mampu
mengolah bahasa yang akan digunakannya itu secara kreatif sehingga menimbulkan
daya pesona bagi pembacanya. Selain itu, ide atau gagasan dan juga perasaan
yang akan diungkapkan itu merupakan pengalaman batin sastrawan yang telah
melalui proses yang melibatkan berbagai pengetahuan yang dimiliki dan
menghendaki pula wawasan yang luas.
B.
KARAKTERISTIK
SASTRA
Untuk mempelajari sastra lebih dalam lagi, setidaknya terdapat 5
karakteristik sastra yang mesti dipahami. Pertama, pemahaman bahwa sastra
memiliki tafsiran mimesis. Artinya, sastra yang diciptakan harus mencerminkan
kenyataan. Kalau pun belum, karya sastra yang diciptakan dituntut untuk
mendekati kenyataan. Kedua, manfaat sastra. Mempelajari sastra mau tidak mau
harus mengetahui apa manfaat sastra bagi para penikmatnya. Dengan mengetahui
manfaat yang ada, paling tidak kita mampu memberikan kesan bahwa sastra yang
diciptakan berguna untuk kemaslahatan manusia. Ketiga, dalam sastra harus
disepakati adanya unsur fiksionalitas. Unsur fiksionalitas sendiri merupakan
cerminan kenyataan, merupakan unsur realitas yang tidak 'terkesan' dibuat-buat.
Keempat, pemahaman bahwa karya sastra merupakan sebuah karya seni. Dengan adanya
karakteristik sebagai karya seni ini, pada akhirnya kita dapat membedakan mana
karya yang termasuk sastra dan bukan sastra. Kelima, setelah empat
karakteristik ini kita pahami, pada akhirnya harus bermuara pada kenyataan
bahwa sastra merupakan bagian dari masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa
sastra yang ditulis pada kurun waktu tertentu memiliki tanda-tanda, yang kurang
lebih sama, dengan norma, adat, atau kebiasaan yang muncul berbarengan dengan
hadirnya sebuah karya sastra.
C.
APRESIASI
SASTRA
Apresiasi Sastra adalah memberikan penilaian
terhadap karya sastra. Jika anda mengapresiasikan sebuah karya sastra, maka
anda melakukan kegiatan pengamatan, penilaian, dan memberikan penghargaan
terhadap karya sastra tersebut. Menurut sayuti ( 2009 ) bahwa apresiasi sastra
merupakan hasil usaha pembaca dalam mencari dan menemukan nilai hakiki karya
sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dapat di nyakan dalam
bentuk tertulis.
Istilah
apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio
yang berarti “mengindahkan” atau “menghargai”. Konteks yang lebih luas
dalam istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna (1) pengenalan melalui
perasaan atau kepekaan batin dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap
nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Pendapat lain, Squire dan
Taba menyimpulkan bahwa apresiasi sebagai suatu proses yang melibatkan tiga
unsur inti, yaitu (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif, dan (3) aspek
evaluatif.
Aspek
kognitif berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam upaya memahami
unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif. Unsur-unsur kesastraan yang
bersifat objektif tersebut selain dapat berhubungan dengan unsur-unsur yang
secara internal terkandung dalam suatu teks sastra atau unsur intrinsik, juga
dapat berkaitan dengan unsur-unsur di luar teks sastra itu sendiri atau unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik sastra yang bersifat objektif itu misalnya tulisan
serta aspek bahasa dan struktur wacana dalam hubungannya dengan kehadiran makna
yang tersurat. Sedangkan unsur ekstrinsik antara lain berupa biografi
pengarang, latar proses kreatif penciptaan maupun latar sosial-budaya yang
menunjang kehadiran teks sastra.
Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi
pembicara dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang
dibaca. Selain itu, unsur emosi juga sangat berperanan dalam upaya memahami
unsur-unsur yang bersifat subjektif. Unsur subjektif itu dapat berupa bahasa
paparan yang mengandung ketaksaan makna atau yang bersifat
konotatif-interpretatif serta dapat pula berupa unsur-unsur signifikan
tertentu, misalnya penampilan tokoh dan setting yang bersifat metaforis.
Aspek evaluatif berhubungan dengan kegiatan memberikan
penilaian terhadap baik-buruk, indah tidak indah, sesuai tidak sesuai serta
sejumlah ragam penilaian lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik,
tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca. Dengan kata lain,
keterlibatan unsur penilaian dalam hal ini masih bersifat umum sehingga setiap
apresiator yang telah mampu meresponsi teks sastra yang dibaca sampai pada
tahapan pemahaman dan penghayatan, sekaligus juga mampu melaksanakan penilaian.
Tahap Apresiasi Sastra
Tahapan
Apresiasi Sastra menurut Tarigan adalah :
1.
Tingkat menggemari,
yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku-buku sastra serta keinginan
membacanya dengan sungguh-sungguh, anak melakukan kegiatan kliping sastra
secara rapi, atau membuat koleksi pustaka mini tentang karya sastra dari
berbagai bentuk.
2.
Tingkat menikmati,
yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai tumbuh pengertian, anak
dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi anak-anak, atau mendengarakan
deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau menonton drama anak-anak.
3.
Tingkat mereaksi, yaitu
mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang
dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau berdebat dalam suatu diskusi
sastra secara sederhana. Dalam tingkat ini juga termasuk keinginan untuk berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan sastra.
4.
Tingkat produktif,
yaitu mulai ikut menghasilkan ciptasastra di berbagai media masa seperti koran,
majalah atau majalah dinding sekolah yang tersedia, baik dalam bentuk puisi,
prosa atau drama.
5.
Tingkat penikmatan,
misalnya menikmati pembacaan/deklamasi puisi,menonton drama, mendengarkan
cerita.
6.
Tingkat penghargaan,
misalnya memetik pesan positif dalam cerita, mengagumi suatu karya sastra,
meresapkan nilai-nilai humanistik dalam jiwa; menghayati amanat yang terkandung
dalam puisi yang dibacanya atau yang dideklamasikan.
7.
Tingkat pemahaman,
misalnya mengemukakan berbagai pesan-pesan yang terkandung dalam karya sastra
setelah menelaah atau menganalisis unsur instrinsik-ekstrinsiknya, baik karya
puisi, prosa maupun drama anak-anak.
8.
Tingkat penghayatan,
misalnya melakukan kegiatan mengubah bentuk karya sastra tertentu ke dalam
bentuk karya lainnya (parafrase), misalnya mengubah puisi ke dalam bentuk
prosa, mengubah prosa ke dalam bentuk drama, menafsirkan menemukan hakikat isi
karya sastra dan argumentasinya secara tepat.
9.
Tingkat implikasi,
misalnya mengamalkan isi sastra, mendayagunakan hasil apresiasi sastra untuk
kepentingan peningkatan harkat kehidupan (Tarigan:1986)
Tahapan
Apresiasi dari beberapa sumber dapat disimpulkan meliputi :
- Tahap mengenal dan menikmati yaitu suatu tindakan berupa membaca, melihat atau menonton dan mendengarkan suatu karya sastra
- Tahap menghargai yaitu dapat merasakan kegunaan atau manfaat karya sastra, misalnya memberi kesenangan, hiburan, kepuasaan serta memperluas pandangan hidup
- Tahap pemahaman yaitu berupa melakukan tindakan meneliti serta menganalisis unsur - unsur yang membangun karya sastra, baik unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik
- Tahap penghayatan yaitu membuat interprestasi atau penafsiran terhadap karya sastra
- Tahap aplikasi atau Penerapan yaitu mewujudkan nilai - nilai yang di peroleh dalam karya sastra dalam sikap dan tingkah sehari - hari
DAFTAR
PUSTAKA
Aminuddin. 2011. Pengantar
Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Saryono, Djoko. 2009. Dasar Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Elmatera
Publishing.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama
Media
Semi, M.Atar. 1988. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. (1986). Prinsip-prinsip Dasar
Sastra. Bandung: Angkasa.
Waluyo, H. J. 2003. Apresiasi
Puisi: Untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wellek, Rene & Austin Warren. 1989. Teori
Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Widyartono, D. 2011. Pengantar
Menulis & Membaca Puisi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Assalamualaikum, Saya Yuyun. Mba, punya buku Dasar Apresiasi Sastra ya? Mba, saya sedang membutuhkan buku tersebut. Saya harap mba bisa berbagi info tentang buku tersebut (085316331207). Terimakasih.
BalasHapus