Kamis, 12 November 2015

BIPA MEDIA GAMBAR LIHAT UCAP



I.         PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing ini dimaksudkan guna memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing  untuk berbagai kepentingan, baik pengajaran maupun komunikasi praktis. Selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing, sebagaimana pula bahasa lain sebagai bahasa asing, ditujukan guna memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar. Hal ini mengandung maksud bahwa mereka diharapkan mampu mempergunakan bahasa Indonesia untuk berbicara dengan lancar dan sekaligus dapat mengerti bahasa yang diujarkan penutur asli.
Sebelum memilih model,  media, atau teknik pembelajaran yang tepat. Terlebih dahulu diadakan observasi awal pada tanggal 10 September 2015. Observasi awal dilakukan dengan cara wawancara di SMA Negeri 2 Makassar. Informan yang diwawancarai berasal dari Thailand.  Siswa yang berasal dari Thailand tersebut lebih mudah belajar bahasa Indonesia dengan menggunakan aspek berbicara. Selanjutnya,  Kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran BIPA adalah penggunaan BI masih dipengaruhi kebiasaan penggunaan bahasa ibunya, masih terbata-bata saat berbicara bahasa Indonesia, serta penggunaan afiksasi dan penggunaan kata tidak tepat. Oleh karena itu penggunaan model atau media atau teknik pembelajaran  yang tepat sangat diperlukan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia untuk penutur  asing. Dengan demikian, Penulis meyakini bahwa  pemanfaatan media gambar dengan menggunakan teknik lihat ucapmerupakan teknik pengajaran yang tepat bagi penutur asing yang berada pada tingkat dasar berdasarkan hasil observasi.





B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing?
2.      Apa saja kesulitan bahasa Indonesia bagi penutur Asing?
3.      Bagaimana keterampilan berbicara?
4.      Bagaimana strategi pembelajaran bahasa Indonesia untuk penutur Asing?
5.      Apa saja yang dimaksud media?
6.      Apa yang dimaksud teknik ulang ucap?

C.       Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur Asing.
2.      Untuk mengetahui kesulitan bahasa Indonesia bagi penutur Asing.
3.      Untuk mengetahui strategi pembelajaran bahasa Indonesia untuk penutur Asing.
4.      Untuk mengetahui keterampilan berbicara.
5.      Untuk mengetahui media.
6.      Untuk mengetahui teknik ulang ucap.














II.      KAJIAN TEORI
A.      Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA)
       Pelajar BIPA adalah pelajar asing yang memiliki latar belakang bahasa dan budaya berbeda dengan budaya bahasa yang dipelajarinya. Perbedaan bahasa dan budaya tersebut memiliki konsekuensi pada pemilihan materi bahasa Indonesia yang akan diajarkan kepada mereka karena pemerolehan bahasa kedua, termasuk bahasa Indonesia untuk penutur asing, dipengaruhi secara kuat oleh bahasa pertama (Ellis 1986:19). Lebih lanjut, Lee mengatakan bahwa satu-satunya penyebab kesulitan dan kesalahan dalam belajar bahasa kedua atau bahasa asing adalah pengaruh bahasa pertama pelajar (Ellis 1986:23).

Sugino (1995:6) menjelaskan bahwa ada beberapa sifat yang harus diperhatikan dalam pemilihan materi BIPA. Yang pertama, orang dewasa sudah memiliki cukup banyak pengetahuan dan wawasan, sehingga kebutuhan mereka juga kebutuhan orang dewasa bukan lagi kebutuhan anak-anak. Oleh karena itu, topik aktual yang ingin mereka pelajari adalah topik umum seperti misalnya, masalah lingkungan, hubungan antarmanusia, peristiwa dunia, dan sebagainya. Yang kedua, bahwa orang asing (orang Barat) suka mengekpresikan diri mereka, mempresentasikan sesuatu, mengemukakan pendapat, sehingga tugas di luar kelas atau membuat proyek sederhana akan sangat menarik. Terakhir, untuk mengakomodasi minat dan kebutuhan yang mungkin berbeda dari yang satu dengan yang lain perlu disiapkan materi yang bervariasi.
Gambaran tentang wujud BIPA dapat ditinjau dari segi tujuan belajar BIPA. Tujuan pembelajaran BIPA memiliki kaitan yang erat dengan masalah pemenuhan kebutuhan. Sejalan dengan masalah ini, Mackey dan Mountford (dalam Sofyan, 1983) menjelaskan bahwa ada tiga kebutuhan yang mendorong seseorang belajar bahasa, yakni (1) kebutuhan akan pekerjaan, (2) kebutuhan program latihan kejuruan, dan (3) kebutuhan untuk belajar. Sesuai dengan pendapat itu, Hoed (1995) menyatakan bahwa program BIPA bertujuan untuk (1) mengikuti kuliah di perguruan tinggi Indonesia, (2) membaca buku dan surat kabar guna keperluan penelitian, dan (3) berkomunikasi secara lisan dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia. Ketiga tujuan itu masing-masing masih dapat diperluas lagi menjadi beberapa tujuan khusus, misalnya, untuk mengikuti kuliah di perguruan tinggi di Indonesia memerlukan pengetahuan bahasa Indonesia sesuai dengan bidang ilmu yang diikuti (ilmu sosial, ilmu teknik, ekonomi, dan sebagainya). Begitu pula untuk keperluan penelitian tergantung dari bidang apa yang akan diteliti. Untuk belajar bahasa Indonesia lisan guna keperluan komunikasi dengan penduduk diperlukan pula pengkhususan, misalnya komunikasi formal atau informal.
Penekanan pengajaran BIPA perlu dibedakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Soewandi (1994:4—6) menjelaskan bahwa tujuan pengajaran BIPA yang sangat menonjol adalah (1) untuk berkomunikasi keseharian dengan penutur bahasa Indonesia (tujuan umum), dan (2) untuk menggali kebudayaan Indonesia dengan segala aspeknya (tujuan khusus). Tujuan yang pertama, penekanannya pada penguasaan bahasa sehari-hari yang dapat dipakai untuk kepentingan praktis, seperti menyapa, menawar, menolak, mempersilakan, mengucapkan terima kasih, minta izin, mengajak, mengeluh, memuji, memperkenalkan, berpamitan, dan sebagainya. Ciri khas bahasa untuk kepentingan ini adalah lebih sering (1) dipergunakannya bentuk-bentuk kata yang nonformal, (2) dipergunakannya kosakata yang tidak baku, (3) dihilangkannya imbuhan, dan (4) digunakannya susunan kalimat yang sederhana Adapun ciri bahasa untuk tujuan kedua adalah penggunaan (1) bentuk kata baku, (2) kosakata teknis, (3) imbuhan secara lengkap, (4) kaidah penulisan yang benar, dan (5) susunan kalimat yang baku.
Dalam pengajaran BIPA, yang perlu mendapatkan perhatian adalah para pelajarnya sehingga pembelajaran berorientasi pada siswa sebagai pusat (learner centered) (Robinson 1980:10). Munby (1980:2) menjelaskan bahwa pemusatan perhatian pada siswa dalam pembelajaran bahasa merupakan ciri yang membedakan pengajaran bahasa untuk penutur asing dengan pengajaran bahasa untuk penutur asli (yang membedakan BIPA dari yang bukan BIPA). Oleh karena itu, materi pembelajaran harus berupa materi yang fungsional.
Pembelajaran BIPA memiliki karakteristik dan norma pedagogik yang berbeda dengan pembelajaran bahasa Indonesia pada penutur asli. Perbedaan tersebut terjadi karena (a) pelajar BIPA pada umumnya telah memiliki jangkauan dan target hasil pembelajaran secara tegas, (b) dilihat dari tingkat pendidikannya, pada umumnya pelajar BIPA adalah orang-orang terpelajar, (c) para pelajar BIPA memiliki gaya belajar yang khas dan kadang-kadang didominasi oleh latar belakang budaya, (d) sebagian besar pelajar BIPA memiliki minat, dan motivasi yang tinggi terhadap bahasa Indonesia, (e) para pelajar BIPA memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda-beda, dan (f) karena perbedaan sistem bahasa, menyebabkan pelajar BIPA banyak menghadapi kesulitan terutama dalam masalah pelafalan dan penulisan (Suyitno 2000).
Pemahaman terhadap karakteristik pelajar asing diperlukan, terutama dalam upaya memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran BIPA. Untuk itulah pembelajaran BIPA ditentukan oleh berbagai unsur yang masing-masing memiliki batasan fungsi dan peran di dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Unsur-unsur yang terlibat dalam proses pembelajaran tersebut, antara lain tujuan, materi, prosedur didaktik (metode/teknik), media, evaluasi, siswa(pelajar), guru (tutor/pamong), dan pengelolaan kelas.
Sebagai sebuah sistem proses, optimalisasi pembelajaran BIPA bergantung pada ketuntasan di dalam pengelolaan keseluruhan unsurnya, baik secara bebas maupun secara simultan. Pengelolaan tersebut harus disertai dengan pola dan langkah yang sistematis dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan sebagai target dan tuntutannya. Oleh karena itu, diperlukan sejumlah pola dan langkah yang jelas dan terarah agar dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran dan pengimplementasian kualitas isi dan muatan kompetensi pembelajaran. Upaya untuk mengelola materi pembelajaran yang sedemikian rupa tidaklah mudah. Hal itu memerlukan sejumlah wawasan, keterampilan, dan kiat khusus, karena pengelolaan materi pembelajaran BIPA berkaitan dengan cara memilih, memilah, mengembangkan, dan mengemasnya secara proposional dan fungsional.
Materi pembelajaran BIPA pada hakikatnya adalah sarana yang digunakan untuk membelajarkan pelajar BIPA yang secara langsung digunakan sebagai bahan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Secara sederhana, materi pembelajaran dapat diartikan sebagai bahan yang digunakan untuk belajar dan yang membantu pencapaian tujuan pembelajaran, di tempat pelajar dituntut melakukan sesuatu terhadapnya dengan jenis perilaku tertentu.
Berdasarkan kekhususan ciri dalam proses pembelajaran BIPA, persoalan yang harus dijawab adalah bagaimana mengarahkan para pelajar asing agar termotivasi untuk belajar bahasa Indonesia sesuai dengan minat mereka. Padahal, hingga saat ini masih banyak perselisihan tentang bagaimana mengajarkan bahasa asing (termasuk bahasa Indonesia), baik yang berkaitan dengan alat-alat untuk mencapai tujuan, materi yang semestinya diajarkan, maupun metode pembelajarannya (Wojowasito 1976:1). Salah satu contoh permasalahan tersebut, sebagaimana dikemukakan oleh Toda dan Sinaga yang menyatakan bahwa dalam menentukan pilihan metode pembelajaran BIPA, tantangan pertama yang akan dihadapi adalah menentukan pilihan yang tepat untuk diikuti dalam kaitannya dengan konsep dasar dan saran-saran pembelajaran bahasa yang dikemukakan oleh para ahli.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan mempertahankan motivasi belajar pelajar asing, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dalam menciptakan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal itu berimplikasi pada, antara lain, upaya penyusunan program pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran, pengadaan bahan ajar, penyelenggaraan evaluasi, penyiapan tenaga pengajar, pengadaan media, dan sumber belajar dan sebagainya yang sesuai dengan kebutuhan pelajar. Upaya awal yang perlu dilakukan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pelajar BIPA adalah melakukan analisis kebutuhan belajar pelajar BIPA. Melalui analisis kebutuhan belajar tersebut akan diketahui kemampuan awal pelajar BIPA, tujuan belajar BIPA, bidang keahlian yang dimiliki pelajar BIPA, strategi dan gaya belajar pelajar BIPA, pengalaman belajar pelajar BIPA, dan minat dan motivasi belajar BIPA, dan sebagainya. Dengan pemahaman tersebut, dapat disusun dan dikembangkan bahan pembelajaran BIPA yang sesuai dengan kondisi pelajar.
B.       Kesulitan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing
Berkaitan dengan beberapa kesulitan pengajaran BIPA, Sunendar (2000) menyatakan beberapa permasalahan pada pengajaran BIPA, yaitu :
a.         Kurangnya penanaman impresi yang baik
b.        Kesulitan menentukan  / menemukan materi-materi
c.         Pengajar dan pembelajar terperangkap pada masalah struktur / tatabahasa
d.         Pembelajar memiliki latar belakang bahasa yang memiliki karakter huruf berbeda dengan bahasa Indonesia (Karakter huruf latin)
        Selanjutnya, Hidayat (2001) mengemukakan pula berbagai kendala yang menyebabkan peserta didik asing kurang menguasai struktur kalimat bahasa Indonesia. Yaitu :
a.         Kandungan makna yang terdapat dalam struktur kalimat BI masih kurang mereka pahami
b.        Pemahaman terhadap konsep struktur kalimat BI masih samar-samar
c.         Satuan-satuan linguistik yang menjadi unsur pembangun kalimat BI belum mereka kuasai
d.        Kerancuan pemahaman terhadap posisi fungsi, kategori, dan peran dalam sebuah kalimat
e.         Penggunaan BI masih dipengaruhi kebiasaan penggunaan bahasa ibunya
f.         Struktur pola kalimat BI berbeda dengan struktur kalimat bahasa ibu mereka
g.        Penggunaan kosakata dan proses pembentukannya belum banyak mereka ketahui
h.        Penguasaan membaca buku-buku kebiasaan masih kurang









C.      Strategi pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing
       Penelitian yang dilakukan oleh Lengkanawati (1997) menunjukkan beberapa strategi belajar mandiri yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran dalam keempat keterampilan berbahasa, yaitu:
1.        Keterampialan menyimak, yaitu :
a.         Mentranskipsi bahan tugas menyimak untuk meningkatkan pemahamannya dalam menyimak dan sekaligus dapat meningkatkan kemampuan dalam melafalakan bunyi-bunyi bahasa target sehingga mendekati pelafalan menurut asli
b.         Memperhatikan pengajaran dengan seksama tatkala pengajar mengoreksi kesalahan tuturan dirinya atau tuturan pelajaran lainnya.
c.         Menyimak tuturan penutur asli dengan seksama baik dari media elektronik maupun dari tuturan langsung
d.        Memperhatikan isi maupun bentuk bahasa yang digunakan pengajar di kelas
2.        Keterampilan berbicara, yaitu :
a.       Meniru dan melafalkan kata-kata atau frase-frase yang digunakan penutur asli dalam rekaman.
b.      Mencoba mengingat pola kalimat yag benar yang ditemukannya sewaktu mentranskripsikan wacana bahasa target yang didengarnya.
c.       Menggunakan pola kalimat yang baik yang digunakan oleh para penulis yang baik yang dikemukakan dalam teks yang dibacanya untuk digunakan dalam berbicara.
d.      Pada tahap awal, memaksa diri utnuk menggunakan bahasa target dengan tidak terlalu khawatir melakukan kesalahan dalam menggunakan bahasa tersebut.
3.        Keterampilan membaca, yaitu banyak membaca berbagai macam wacanan untuk meningkatkan kemampuan membacanya dan memperluas kosakata bahasa target.
4.        Keterampilan menulis, yaitu :
a.       Menggunakan kemampuan menulis untuk meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa target.
b.      Meniru gaya tulisan dan pola kalimat yang digunakan para penulisa yang baik yang ditemukannya sewaktu membaca teks berbahasa target untuk digunakannya dalam membuat tulisan dalam bahasa target.

D.      Model Pembelajaran Keterampilan berbicara
       Ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh pengajar sebelum mengajarkan bahasa kedua dengan model pembelajaran keterampilan berbicara :
1.      Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal
2.      Berbicara adalah proses berkomunikasi individu
3.      Berbicara adalah ekspresi kreatif
4.      Berbicara adalah tingkah laku
5.      Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman
6.      Berbicara merupakan sarana memperluas cakrawala
7.      Berbicara adalah pancaran pribadi
E.       Tujuan Pembelajaran Keterampilan berbicara
Untuk tingkat pemula tingkat pembelajaran keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa pesarta didik dapat :
(1)Melafalkan bunyi-bunyi bahasa, (2) Menyampaikan Informasi, (3) Menyatakan setuju atau tidak setuju, (4) Menjelaskan identitas diri, (5) Menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan, dan (6) Bermain peran.
Untuk tingkat menengah, tujuan pembalajaran keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa peserta didik dapat :
(1)Menyampaikan inforamasi, (2) Berpartisipasi dalam percakapan, (3)Menjelaskan identitas diri, (4) Menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan, (5) Melakukan wawancara, (6) Bermain peran, (7) Menyampaikan gagasan dalam diskusi atau pidato.
Untuk tingkat yang paling tinggi, yaitu tingkat lanjut, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa peserta didik dapat :
(1)               Menyampaikan informasi, (2) Berpartisipasi dalam percakapan, (3)Menjelaskan identitas diri, (4) Menceritakan kembali hasil simakan atau hasil bacaan, (5) Berpartisipasi dalam wawancara, (6) Bermain peran, (7)Menyampaikan gagasan dalam diskusi, pidato, atau debat.

F.       Media Pembelajaran
1.      Definisi Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. 
Cangara (2000: 131) media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sabri (2007: 107) mengatakan bahwa media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemajuan audiens (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar.
Hal senada diungkapkan oleh Noor (2010: 3) media adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Berkenaan dengan media, Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2011:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memeroleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memeroses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Berdasarkan pendapat para pakar, yang dimaksud media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang mampu merangsang pikiran, perasaan, serta kemauan siswa sehingga dapat terlibat dalam proses pembelajaran.
2.      Ciri-ciri Media Pembelajaran
Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2011: 12-14) mengemukakan tiga ciri media, yaitu ciri fiksatif (fixative property), ciri manipulatif (manipulative property) dan ciri distributive (distributive property).
a)        Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditrasportasikan tanpa mengenal waktu. Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat.
b)        Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit. Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu.
c)        Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama dengan kejadian itu. Informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat direproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan di berbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.
3.      Fungsi dan Manfaat Media sebagai Alat Pembelajaran
Fungsi dan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yang diungkapkan Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad, 2011: 24-25), ada empat yaitu:
a)        Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
b)        Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
c)        Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;
d)       Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
4.      Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki banyak jenis. Dari yang paling sederhana dan murah hingga canggih dan mahal. Secara umum diungkapkan oleh Noor (2010: 16- 19) bahwa media pembelajaran dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu media visual, media audio, dan media audio-visual.
5.      Media Gambar
Media gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum dan dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Media gambar adalah suatu gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Media gambar ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas. 
a. Kelebihan media gambar adalah:
1) Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata, 
2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, 
3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, 
4) Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja, 
5) Murah harganya, mudah didapatkan dan digunakan.
Kelemahan media gambar adalah
1) Gambar menekankan persepsi indera mata,
2) Gambar berada yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran,
3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
G.    Teknik-teknik Pembelajaran Keterampilan Berbicara
       Untuk tingkat pemula teknik-teknik pembelajaran keterampilan berbicara yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1.      Ulang ucap
Teknik ulang-ucap sangat baik digunakan dalam melatih siswa mengucapkan atau melafalkan bunyi bahasa kata, kelompok kata, kalimat, ungkapan, peribahasa, semboyan, kata-kata mutiara, paragraf, dan puisi yang pendek. Pada kelas-kelas rendah teknik ini biasa digunakan dalam melatih siswa mengucapkan fonem kata-kata, dan kalimat-kalimat yang pendek.
2.      Lihat ucap
Teknik lihat-ucap digunakan dalam merangsang siswa mengekspresikan hasil pengamatannya. Yang diamati dapat berbagai hal atau benda, gambar benda, atau duplikat benda. Pada kelas-kelas rendah benda yang diperlihatkan untuk diamati sebaiknya benda-benda yang dekat dengan kehidupan siswa.
3.      Permainan kartu kata
4.      Wawancara
5.      Permainan memori
6.      Reka cerita gambar
7.      Biografi
8.      Manajemen kelas
9.      Bermain peran
10.  Permainan telepon
11.  Permainan alfabet
 Untuk tingkat menengah, teknik-teknik pembelajaran keterampilan berbicara yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
(1)               Dramatisasi, (2) Elaborasi, (3) Reka cerita gambar, (4) Biografi,                    (5) Permainan memori, (6) Wawancara, (7) Permainan kartu kata, (8) Diskusi,    (9) Permainan telepon, (10) Percakapan satu pihak, (11) Pidato pendek,            (12) Parafrase, (13) Melanjutkan cerita, (14) Permainan alphabet
Untuk tingkat yang paling tinggi yaitu tingkat lanjut, teknik-teknik pembelajaran keterampilan berbicara yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
(1)               Dramatisasi, (2) Elaborasi, (3) Reka cerita gambar, (4) Biografi, (5) Permainan memori, (6) Diskusi, (7) Wawancara, (8) Pidato, (9) Melanjutkan cerita, (10) Talk show, (11) Parafrase, (12) Debat











III.   PEMBAHASAN
A.      Korpus Data
1.      Perkenalan:
Nama saya Porchita Wongkhasum
Saya siswa AFS dari Thailand
Saya orang Thailand
Saya tinggal di Makassar satu tahun
Senang bertemu

2.      Percakapan 1
Informan        : Kamu, kamu punya kursi?
Penanya          : Punya
Informan        : Karena kamu selulu duduk hatiku.

3.      Percakapan 2
Penanya           : Apa kesan selama tinggal di Makassar?
Informan         : Makassar baik, indah, busy and traffic in the morning but it’s
                          oke. Em saya suka bento, bento tidak punya di Thailand. Saya
                          suka bento.
4.      Percakapan 3
Penanya          : Sudah kemana saja di Makassar?
Informan         : Pantai losari, fort roterdam, trans studio mall, mari ratu indah
                          mall, roma, romah shop, rumah, oo kopi rumah and semua

5.      Percakapan 4 (Tegur Sapa)
Phampam        : Kamu dari mana?
Mahasiswa      : Kampus
Phampam        : Kampus. E siapa dan siapa?
Mahasiswa      : Bertiga
Phampam        : Tiga. Sudah makan?
Mahasiswa      : Belum
Phampam        : belum. E kamu lapar?
Mahasiswa      : Lapar, mau traktir?

6.      Bertanya
Apa makan kamu suka?

7.      Pengenalan Benda Melalui Teknik Lihat Ucap Secara Langsung
1.         Buku
2.         Pulpen
3.         Jam
4.         Kursi
5.         Meja
6.         Telepon
7.         Bunga
8.         Cincin
9.         Batik

B.       Kondisi Awal Pelajar BIPA
         Pelajar BIPA berasal dari berbagai Negara sehingga mereka memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda-beda. Di samping itu, mereka secara keseluruhan juga memiliki perbedaan bahasa dan budaya dengan bahasa dan budaya Indonesia yang akan dipelajarinya.
        Pelajar BIPA yang menjadi objek penelitian ini berasal dari Negara Thailand. Tujuan ia datang ke Indonesia sebagai relawan pertukaran pelajar antarbudaya AFS (American Field Service) selama satu tahun. Ia baru seminggu berada di Indonesia. Sebelumnya ia tidak pernah belajar Bahasa Indonesia di negaranya, ia baru mendapat pengajaran Bahasa Indonesia saat karantina di Jakarta selama lima hari.
C.       Penentuan Tingkat Kemampuan Pelajar BIPA
Berdasarkan korpus data dalam penelitian ini, dapat diidentifikasi kemampuan pebelajar berada pada tingkat pemula. Berikut permasalahan-permasalahan yang ditemukan di lapangan saat wawancara:
1.      Penyebutan fonem yang kurang jelas
2.      Kurangnya pemahaman penggunaan afiksasi dalam berkomunikasi
3.      Penguasaan kosakata yang masih kurang
4.      Pemilihan diksi yang kurang tepat
5.      Struktur kalimat yang tak sesuai kaidah Bahasa Indonesia
        Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menerapkan media gambar dengan teknik lihat ucap. Sebab pelajar BIPA yang menjadi objek penelitian telah memiliki beberapa kosakata yang digunakan sehari-hari, seperti kata: makan, buku, pulpen, bakso. Meskipun pelafalan belum jelas, dan seringkali nama benda tertukar dengan nama sebenarnya. Hal tersebut terbukti pada saat pengenalan benda sekitar melalui teknik lihat ucap. Saat ditunjuk meja informan menjawab kursi. Dengan memperkenalkan kosakata secara luas maka dapat memudahkan pelajar BIPA untuk merangkai kata menjadi kalimat sehingga mudah berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia. Selain itu, dapat memudahkan pelafalan fonem dengan tepat karena pelajar langsung mengucapkan kata setelah melihat gambar. Namun, hal yang perlu menjadi titik perhatian adalah peran pengajar BIPA itu sendiri. Berdasarkan korpus data dan pengalaman saat melakukan wawancara, keterampilan yang akan dikembangkan untuk pelajar BIPA adalah keterampilan berbicara.

D.      Penerapan Media Gambar Melalui Teknik Lihat Ucap pada Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA)
1.      Langkah-langkah Penerapan Media Gambar Melalui Teknik Lihat Ucap pada Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA):
a.         Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
b.         Guru menyiapkan media gambar berupa benda-benda yang biasa dijumpai setiap hari
c.         Siswa mengamati gambar
d.        Siswa mengucapkan nama benda yang ditampilkan oleh guru
e.         Guru memperbaiki pelafalan siswa jika terjadi kesalahan
f.          Siswa diminta merangkai satu kalimat berdasarkan nama benda yang tampak pada gambar yang ditampilkan
g.         Demikian seterusnya sampai seluruh gambar yang disajikan guru telah selesai dipresentasikan
h.         Evaluasi, meliputi pengucapan fonem yang tepat, penyebutan nama benda sesuai dengan media gambar, struktur kalimat yang tepat.
i.           Kesimpulan



























IV.   PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.      Pelajar BIPA adalah pelajar asing yang memiliki latar belakang bahasa dan budaya berbeda dengan budaya bahasa yang dipelajarinya. Perbedaan bahasa dan budaya tersebut memiliki konsekuensi pada pemilihan materi bahasa Indonesia yang akan diajarkan kepada mereka karena pemerolehan bahasa kedua, termasuk bahasa Indonesia untuk penutur asing,
2.      Kesulitan yang terdapat  bagi penutur bahasa Asing: Kandungan makna yang terdapat dalam struktur kalimat BI masih kurang mereka pahami, Pemahaman terhadap konsep struktur kalimat BI masih samar-samar, dan Satuan-satuan linguistik yang menjadi unsur pembangun kalimat BI belum mereka kuasai
3.      Model keterampilan berbicara menggunakan teknik lihat ucap.
4.      Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.
5.      Media yang digunakan dalam proses pengajaran Bahasa Indonesia menggunakan media gambar.












DAFTAR PUSTAKA
Ellis, Rod. 1986. Understanding Second Language Acquisition. Oxford: Oxford University Press.
Robinson, Pauline. 1980. English for Specific Pusposes. Oxford: Pergamon Press.
Soewandi, A.M. 1994. Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing: Tujuan, Pendekatan, Bahan Ajar, dan Pengurutannya. KIPBIPA UKSW: Salatiga.
Sofyan, Lia Angela S. 1983. “Pengajaran ESP pada Tingkat Perguruan Tinggi”, dalam Linguistik Indonesia, Tahun No. 1, Januari 1983.
Sugino, S. 1995. Pendekatan Komunikatif-Integratif-Tematis dalam Pengembangan Bahan dan Metodologi Pengajaran BIPA di Indonesia. Kongres BIPA 1995 Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta.
Wojowasito, S. 1976. Perkembangan Ilmu Bahasa (Linguistik) Abad 20. Bandung: Shinta Dharma.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar