TATARAN KAJIAN SINTAKSIS
(SATUAN-SATUAN
SINTAKSIS)
Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan adalah (1) Struktur
sintaksis mencakup masalah fungsi, kategori dan peran sintaksis; serta
alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu; (2) satuan-satuan
sintaksis yang berupa kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana; dan (3) hal-hal lain yang berkenaan dengan
sintaksis seperti masalah modus, aspek, dan sebagainya. Pada pembahasan kami
selanjutnya fokus pada satuan-satuan sintaksis.
A.
Kata sebagai Satuan Sintaksis
Kata adalah bagian terkecil dalam
sintaksis. Kata berfungsi
sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangkai
dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis. Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, harus dibedakan menjadi
dua yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata
penuh adalah kata yang secara leksikal mempunyai makna, sedangkan kata tugas adalah kata yang secara
leksikal tidak mempunyai makna.
A.
Frase
1.
Pengertian Frase
Frase biasanya disebut sebagai satuan
gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (hubungan
antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek - predikat
atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi
salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Sebagai pengisi
fungsi sintaksis frase berpotensi menjadi kalimat minor.
2.
Jenis Frase
a. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang
komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan
keseluruhannya. Secara keseluruhan frase ini dapat mengisi fungsi keterangan.
b. Frase Endosentrik
Frase Endosentrik adalah frase yang
salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama
dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya dapat menggantikan
kedudukan keseluruhannya.
c. Frase Koordinatif
Frase koordinatif adalah frase yang
komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan
sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif.
Frase koordinatif tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit disebut frase parataksis.
d. Frase Apositif
Frase apositif adalah frase
koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya, oleh karena itu
urutan komponennya dapat dipertukarkan.
3.
Perluasan Frase
Salah satu ciri frase adalah dapat
diperluas. Artinya, frase dapat diberi tambahan komponen baru sesuai dengan
konsep atau pengertian yang akan ditampilkan. Dalam bahasa
Indonesia perluasan frase tampak sangat produktif. Antara lain
karena pertama, untuk menyatakan konsep-konsep khusus, atau sangat khusus, atau
sangat khusus sekali, biasanya diterangkan secara leksikal. Faktor kedua, bahwa
pengungkapan konsep kala, modalitas, aspek, jenis, jumlah, ingkar, dan pembatas
tidak dinyatakan dengan afiks seperti dalam bahasa-bahasa fleksi, melainkan
dinyatakan dengan unsur leksikal. Dan faktor lainnya adalah keperluan untuk memberi
deskripsi secara terperinci dalam suatu konsep, terutama untuk konsep nomina.
B.
Klausa
1.
Pengertian Klausa
Klausa merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran
frase dan di bawah tataran kalimat. Klausa adalah satuan
sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam
konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berungsi sebagai
predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan.
Klausa berpotensi untuk menjadi kalimat
tunggal karena didalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan
predikat. Frase dan kata juga mempunyai potensi untuk menjadi kalimat ketika
diberikan intonasi final, tetapi hanya sebagai kalimat minor sedangkan klausa
berpotensi menjadi kalimat mayor.
2.
Jenis Klausa
Berdasarkan strukturnya klausa
dibedakan klausa bebas ( klausa
yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan
predikat; dan mempunyai potensi menjadi kalimat mayor) dan klausa terikat (klausa yang unsurnya
tidak lengkap, mungkin hanya subjek saja, objek saja, atau keterangan saja).
Klausa terikat diawali dengan konjungsi subordinatif dikenal dengan klausa subordinatif atau klausa bawahan, sedangkan klausa lain
yang hadir dalam kalimat majemuk disebut klausa
atasan atau klausa utama.
C.
Kalimat
1.
Pengertian Kalimat
Menurut Alwi
(2003: 311) kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau
tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Kalimat merupakan satuan
sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, biasanya berupa klausa, konjungsi
bila diperlukan serta intonasi final.
2.
Jenis Kalimat
a. Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti
Kalimat inti, biasa juga
disebut kalimat dasar, adalah
kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif,
atau netral, dan afirmatif. Misalnya:
FN + FV + FN + FN : Nenek membacakan
kakek komik
Ket : FN=Frase Nominal (diisi sebuah kata nominal); FV=Frase Verbal;
FA=Frase Ajektifa; FNum=Frase Numeral; FP=Frase Preposisi.
Kalimat inti dapat diubah menjadi
kalimat noninti dengan berbagai proses transformasi:
KALIMAT INTI + PROSES TRANSFORMASI =
KALIMAT NONINTI
Ket : Proses Transformasi antara lain transformasi pemasifan,
transformasi pengingkaran, transformasi penanyaan, transformasi pemerintahan,
transformasi pengonversian, transformasi pelepasan, transformasi penambahan.
b. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalimat tunggal adalah kalimat yang
hanya mempunyai satu klausa. Sedangkan kalimat
majemuk adalah kalimat yang terdapat lebih dari satu klausa.
c. Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Kalimat mayor mempunyai
klausa lengkap, sekurang-kurangnya ada unsur subjek dan predikat. Sedangkan kalimat minor klausanya tidak
lengkap, entah hanya terdiri subjek saja, predikat saja, objek saja, atau
keterangan saja; konteksnya bisa berupa konteks kalimat, konteks situasi, atau
juga topik pembicaraan.
d. Kalimat Verbal dan Kalimat non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang
dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau
frase berkategori verba. Sedangkan kalimat nonverbal adalah kalimat yang
predikatnya bukan kata atau frase verbal; bisa nominal, ajektifal, adverbial,
atau juga numeralia.
e. Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas adalah kalimat yang
mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap, atau dapat memulai sebuah
paragraf atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang
menjelaskannya. Sedangkan kalimat
terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran
yang lengkap, atau menjadi pembuka paragraf atau wacana tanpa bantuan konteks.
D.
WACANA
1.
Pengertian wacana
Wacana
adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan
satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi
persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya.
2.
Alat Wacana
Alat-alat
gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi
kohesif, antara lain: konjungsi, menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini,
dan itu sebagai rujukan anaforis, menggunakan elipsis,
3.
Jenis Wacana
Berkenaan dengan sasarannya, yaitu
bahasa lisan atau bahasa tulis, dilihat adanya wacana lisan dan wacana tulis. Dilihat dari
penggunaan bahasa apakah dalam bentuk uraian ataukah bentuk puitik dibagi
wacana prosa dan wacana puisi. Selanjutnya, wacana prosa, dilihat dari
penyampaian isinya dibedakan menjadi wacana narasi, wacana eksposisi, wacana
persuasi dan wacana argumentasi.
Daftar
Pustaka
Alwi,
Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia ed. Ketiga. Jakarta: Balai
pustaka.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar