Senin, 22 Juni 2015

ANALISIS TEKS AKADEMIK BAGIAN PEMBAHASAN



 Analisis Teks Akademik
Judul               : Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen dengan
                          Penerapan Metode Conference Writing Siswa Kelas X SMA Negeri
                          3 Pare-pare
Penulis             : Khairil
Tahun              : 2012

I.         PENGANTAR
Teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam berbagai jenis misalnya buku, proposal penelitian, artikel ilmiah dan laporan penelitian (yang dapat berbentuk skripsi, tesis, atau disertasi). Sebagai insan yang berada di lingkungan masyarakat akademik dalam hal ini sebagai mahasiswa maupun dosen tentunya tidak terlepas dari teks akademik, dan karenanya dianggap perlu untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk beluk teks akademik. Oleh karena itu pada penelitian ini, peneliti akan fokus mengidentifikasi ciri-ciri teks akademik pada pembahasan hasil penelitian tesis mahasiswa jurusan bahasa Indonesia Universitas Negeri Makasssar. Tesis yang dianalisis berjudul Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen dengan Penerapan Metode Conference Wiriting Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Pare-Pare. Tesis ini ditulis oleh Khairil pada tahun 2012. Analisis ini fokus mengambil bagian pembahasan karena bagian pembahasan adalah inti dari sebuah tesis yang menunjukkan kemampuan penulis dalam menuangkan ide atau gagasannnya.



II.      ANALISIS TEKS PEMBAHASAN TESIS
A.    Jumlah Kalimat dalam Pembahasan Tesis
Tesis yang ditulis oleh Khairil tahun 2012 yang brjudul Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen dengan Penerapan Metode Conference Wiriting Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Pare-Pare pada bagian pembahasan jumlah kalimat keseluruhan adalah 37 kalimat. Peneliti mengambil keseluruhan kalimat dalam bagian pembahasan sebagai sampel dalam pengelompokan kalimat simpleks dan kompleks sedangkan pada tahap analisis selanjutnya, peneliti mengambil sampel 8 kalimat (20%) dari 37 kalimat pada bagian pembahasan.
B.     Teks Akademik Padat Informasi (Kalimat Simpleks dan Kalimat Kompleks)
Selanjutnya, peneliti akan membagi kalimat berdasarkan ciri-ciri kalimat simpleks dan kalimat kompleks (parataktik) dan kompleks (hipotaktik).
1.      Kalimat Simpleks
Kalimat yang hanya terdiri dari satu kata verba utama yang menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan. kalimat simpleks bisa juga disebut dengan kalimat tunggal, karena hanya mengandung satu struktur : S - P - O - Ket - Pel. Namun unsur - unsur tersebut(S - P - O - Ket - Pel) belum tentu ada dalam kalimat simpleks.
2.      Kalimat Kompleks
Kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu aksi, peristiwa, atau keadaan sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama dalam lebih dari satu struktur. Struktur yang satu dengan struktur yang lainnya biasanya dihubungkan oleh konjungsi.
Kalimat komplek terbagi menjadi 2 jenis yaitu Kalimat komplek paratataik dan kalimat komplek hipotaktik. Berikut adalah jenis-jenis kalimat komplek:
1.      Kalimat Komplek Paratatik
kalimat kompleks yang terdiri atas dua struktur atau lebih yang dinyatakan dengan hubungan konjungtif sejajar dengan makna, antara lain “dan”, “tetapi”, “atau”.
2.      Kalimat Kompleks Hipotaktik
Kalimat komplek hipotaktik adalah kalimat kompleks yang dapat dinyatakan dengan hubungan konjungtif dan tidak sejajar dengan makna, antara lain apabila, jika, karena, ketika.
      Pada tabel di bawah ini peneliti menentukan jenis kalimat yang digunakan pada bagian pembahasan, yang tergolong kalimat simpleks dan kalimat kompleks (parataktik) dan kompleks (hipotaktik).
Tabel 1. Kalimat Simpleks dan Kompleks dalam Pembahasan Tesis
No
Kalimat
Jenis Kalimat
Pola
1.
Pada bagian ini dipaparkan temuan penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui penerapan metode conference writing siswa kelas X-B SMA Negeri 3 Parepare.
Simpleks

S-P-O-K
2.
Temuan tersebut, yaitu (1) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek perencanaan, (2) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek pelaksanaan tindakan, dan (3) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek penilaian atau evaluasi.
Simpleks

3.
Pembahasan hasil penelitian pada dasarnya ditujukan untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Simpleks

4.
Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Parepare setelah penerapan metode conference writing.
Simpleks

5.
Persoalan peningkatan keterampilan menulis cerpen dapat dijawab dengan deskripsi data secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan rata-rata keterampilan siswa menulis cerpen berdasarkan pembahasan siklus I, dan siklus II.
Simpleks

6.
Perencanaan pembelajaran yang telah disusun oleh guru dan peneliti pada siklus pertama menunjukkan hasil yang belum optimal.
Simpleks

7.
Berbagai kelemahan masih ditemukan misalnya, kejelasan indikator, pengembangan materi, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, penggunaan media, metode, dan sumber belajar serta alat evaluasi.
Simpleks

8.
Pelaksanaan pembelajaran masih kaku, siswa masih kaku dan belum terbiasa dengan penggunaan Metode conference writing karena kurangnya arahan guru terhadap langkah-langkah pembelajaran pada tiap kegiatan.
Kompleks Hipotaktik

9.
Siswa mengalami kesulitan saat menggali ide karena keterbatasan pemahamannnya dalam mengembangkan cerpen yang sesuai dengan tema, ketidakmampuan siswa memilih topik yang sebagian siswa belum berani untuk berkomentar, bahkan masih canggung untuk memajang cerpennya di mading kelas.
Kompleks Hipotaktik

10.
Pada aspek evaluasi, hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menulis cerpen melalui penggunaan Metode conference writing siswa kelas X-B SMA Negeri 3 Parepare, siklus pertama belum mencapai kriteria keberhasilan, yaitu tingkat persentase ketuntasan minimal 68,75%, ditemukan masih minim skor yang diperoleh siswa secara kualitatif dan kuantitatif.
Simpleks

11.
Kemampuan siswa menulis cerpen dari seluruh aspek penilaian menunjukkan hasil yang maksimal.
Simpleks

12.
Keterbatasan dan kelemahan yang terjadi pada siklus pertama disebabkan oleh karena perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi pembelajaran masih belum terlaksana dengan baik.
Simpleks

13.
Untuk menyempurnakan hasilnya maka perlu perbaikan pada siklus kedua.
Kompleks Parataktik

14.
Recana pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua ditemukan pada kejelasan indikator yang mau dicapai, penggunaan media untuk membangkitkan inspirasi dalam menulis cerpen.
Simpleks

15.
Pada tahap pramenulis, siswa lebih diarahkan dalam menulis cerpen, membimbing mencari topik dengan keterkaitan tema, pada tahap saat menulis siswa diarahkan menulis cerpen, kegiatan tersebut siswa bekerja sama merevisi cerpen untuk mengganti atau memilih topik berdasarkan pengalaman.
Simpleks

16.
Pada tahap pascamenulis, siswa memilih cerpen yang terbaik dari masing-masing kelompok untuk dipresentasikan, kelompok lain memberikan tanggapan dan komentar.
Simpleks

17.
Cerpen terbaik tiap kelompok dipajang di mading kelas.
Simpleks

18.
Pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen melalui teknik penggunaan Metode conference writing disesuaikan dengan rencana pembelajaran dan alokasi waktu yang telah direncanakan.
Simpleks

19.
Pelaksanaan pembelajaran terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap pramenulis, saat menulis, dan pascamenulis.
Simpleks

20.
Pada awal pembelajaran, guru menekankan tujuan pembelajaran pada hari itu dengan menjelaskan indikatornya, serta bertanya jawab tentang materi sebelumnya yang dikaitkan dengan proses penulisan cerpen.
Simpleks

21.
Guru memberi motivasi dengan menampilkan cerpen terbaik pada pertemuan sebelumnya.
Simpleks

22.
Pada tahap pramenulis, fokus pelaksanaan tindakan adalah memilih topik yang tepat yang dapat membangkitkan kesamaan imajinasi dan pengalaman orang lain, mengkonkretkan ide atau pikiran yang telah terkonstruksi dituangkan dalam tulisan, dan menciptakan tulisan sesuai petunjuk yang telah dijelaskan oleh guru.
Simpleks

23.
Siswa dalam tahap ini menggunakan pengalaman dan imajinasi sendiri, kemudian membuat daftar kejadian untuk cerita yang memungkinkan, selanjutnya memilih satu subyek yang akan dibuat cerita terbaik, menulis sketsa tokoh yang singkat untuk tiap orang dalam cerita, dan menciptakan setting atau pelataran sendiri serta menyusun semua kejadian dalam cerita secara runtut.
Kompleks Parataktik

24.
Pada tahap menulis, fokus tindakan lebih diutamakan pada kemampuan siswa untuk menuangkan gagasan, dalam menuangkan gagasan, dalam menuangkan tulisan menjadi karangan utuh yang padu, menciptakan verifikasi yang baik, sehingga tercipta cerpen yang baik pula.
Simpleks

25.
Pada tahap ini siswa menulis awal cerita dengan memerhatikan karakter, setting dan cerita.
Simpleks

26.
Pada tahap pascamenulis, fokus tindakan diutaman kemampuan siswa memberikan argumen terhadap tulisan orang lain, kesesuaian judul dengan tema, yang mampu menciptakan suasana yang mampu membangkitkan emosi atau perasaan pembaca.
Simpleks

27.
Ketiga tahap yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran menunjukkan peningkatan, siswa mulai terampil menulis cerpen yang lebih baik, siswa lebih berani mengoreksi cerpen temannya pada saat merevisi, dan antusias serta berani mengajukan pertanyaan berkaitan dengan semua unsur yang terdapat dalam cerpen.
Kompleks Parataktik

28.
Siswa aktif menata cerpen di mading kelas dengan mempertimbangkan tata letak dan estetikanya.
Simpleks

29.
Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan pembelajaran dan kemampuan siswa menulis cerpen, digunakan penilaian proses dan hasil.
Simpleks

30.
Penilaian dilaksanakan sesuai dengan rambu-rambu analisis proses dan produk yang telah ditetapkan.


31.
Pada saat pembelajaran, guru memantau, mengamati, dan mencatat aktivitas siswa, baik secara individu maupun kelompok.
Simpleks

32.
Pengamatan terhadap proses pembelajaran dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi siswa dan kemajuan yang telah dicapai.
Kompleks Parataktik

33.
Penilaian hasil dilakukan guru dengan menilai kesesuaian karya siswa dengan pedoman analisis yang telah ditetapkan.
Simpleks

34.
Setelah dilaksanakan evaluasi terhadap hasil belajar menulis cerpen melalui teknik penggunaan Metode Conference writing di siklus kedua diperoleh hasil yang maksimal yakni 80,25%.
Simpleks

35.
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan tercapai.
Simpleks

36.
Tingkat keberhasilan secara klasikal, yaitu 75% telah terpenuhi.
Simpleks

37.
Hal tersebut terlaksana karena perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi pembelajaran sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya sudah meningkat dan berjalan baik.
Kompleks Hipotaktik


Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada teks pembahasan tesis yang dianalisis didominasi dengn penggunaan kalimat simpleks sebagai salah satu cara penulis untuk memadatkan informasi. Jumlah kalimat simpleks yang terdapat dalam teks pembahasan tesis yakni    x 100 = 83,8%. Jumlah kalimat kompleks parataktik  x 100 = 8,1% dan jumlah kalimat kompleks hipotaktik x 100 = 8,1%.
Berdasarkan analisis struktur kalimat yang terdapat dalam pembahasan tesis yang ditulis oleh Khairil tahun 2012 yang brjudul Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen dengan Penerapan Metode Conference Wiriting Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Pare-Pare maka persentase penggunaan kalimat simpleks lebih banyak dibandingkan dengan kalimat kompleks parataktik dan kalimat kompleks hipotaktik. Persentase kalimat simpleks yakni 83,8%, persentase kalimat kompleks parataktik yakni 8,1%, dan persentase kalimat kompleks hipotaktik yakni 8,1%.
Dengan demikian, dari sisi pemadatan informasi melalui kalimat simpleks, menunjukkan ciri teks akademik secara ideasional. Namun, yang perlu digaris bawahi adalah kesederhanaan dalam struktur kalimat dan struktur kelompok nomina.
C.    Teks Akademik Padat Kata Leksikal
Teks akademik lebih banyak mengandung kata leksikal atau kata isi (nomina, verba-predikator, adjectiva, dan adverbia tertentu) daripada kata struktural (konjungsi, kata sandang, preposisi, dan sebagainya).
Pada bagian analisis teks akademik padat kata leksikal, peneliti mengambil sampel 8 kalimat (20%) dari 37 kalimat pada bagian pembahasan.
Tabel 2. Penggunaan Kata Leksikal dan Struktural
No
Kalimat
Jenis Kata
Keterangan
1.
Pada bagian ini dipaparkan temuan penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui penerapan metode conference writing siswa kelas X-B SMA Negeri 3 Parepare.
Leksikal (19)
Struktural (3)
Jumlah kalimat keseluruhan= 179
Jumlah kalimat leksikal= 143
Jumlah kalimat struktural= 36
x100%= 79,9%
x 100%=
20,1%
2.
Temuan tersebut, yaitu (1) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek perencanaan, (2) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek pelaksanaan tindakan, dan (3) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek penilaian atau evaluasi.
Leksikal (21)
Struktural (7)
3.
Pembahasan hasil penelitian pada dasarnya ditujukan untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Leksikal (10)
Struktural (5)
4.
Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Parepare setelah penerapan metode conference writing.
Leksikal (19)
Struktural (5)
5.
Persoalan peningkatan keterampilan menulis cerpen dapat dijawab dengan deskripsi data secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan rata-rata keterampilan siswa menulis cerpen berdasarkan pembahasan siklus I, dan siklus II.
Leksikal (21)
Struktural (4)
6.
Perencanaan pembelajaran yang telah disusun oleh guru dan peneliti pada siklus pertama menunjukkan hasil yang belum optimal.
Leksikal (12)
Struktural (5)
7.
Berbagai kelemahan masih ditemukan misalnya, kejelasan indikator, pengembangan materi, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, penggunaan media, metode, dan sumber belajar serta alat evaluasi.
Leksikal (21)
Struktural (2)
8.
Pelaksanaan pembelajaran masih kaku, siswa masih kaku dan belum terbiasa dengan penggunaan Metode conference writing karena kurangnya arahan guru terhadap langkah-langkah pembelajaran pada tiap kegiatan.
Leksikal (20)
Struktural (5)

Berdasarkan pesrsentase kalimat yang memiliki kata leksikal dan kata struktural maka dapat disimpulkan bahwa 20% sampel kalimat yang dianalisis menunjukkan bahwa teks akademik berupa teks pembahasan tesis yang ditulis oleh Khairil tahun 2012 yang brjudul Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen dengan Penerapan Metode Conference Wiriting Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Pare-Pare menunjukkan bahwa teks pembahasan tesis ini dapat dikatakan ilmiah. Hal ini dibuktikan dari persentase kata leksikal sebanyak 143 kalimat (79,9%) dan kata struktural sebanyak 36 kalimat (20,1%) dari jumlah keseluruhan 179 kalimat.
D.    Nominalisasi pada Teks Akademik
Realisasi leksis pada teks-teks akademik yang dinominalisasikan digunakan untuk memadatkan informasi. Sebagai upaya pembendaan, nominalisasi ditempuh dengan mengubah leksis nonbenda (antara lain verba, adjectiva, adverbia, konjungsi) menjadi leksis benda (nomina). Nominalisasi pada teks akademik ditujukan untuk mengungkapkan pengetahuan yang lebih ringkas dan padat . Oleh karena itu, nominalisasi menjadi ciri yang sangat penting pada teks akademik.
Pada bagian analisis nominalisasi pada teks akademik, peneliti mengambil sampel 8 kalimat (20%) dari 37 kalimat pada bagian pembahasan.
Tabel 3. Nominalisasi pada Teks Akademik
No
Kalimat
                                                                                
Keterangan
1.
Pada bagian ini dipaparkan temuan penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui penerapan metode conference writing siswa kelas X-B SMA Negeri 3 Parepare.
-          Pada kalimat (1,2,3,4,5,6,7,8) contoh-contoh nominalisasi yang dimaksud dicetak berwarna.
-          Contoh-contoh diambil dari bagian pembahasan tesis yang dianalisis tersebut mengandung nominalisasi :
(1)   temuan, penelitian, peningkatan, penerapan (yang dibendakan dari verba: menemukan, meneliti, meningkatkan, menerapkan) dan kemampuan (yang dibendakan dari adjectiva mampu).
(2)   perencanaan, pelaksanaan, tindakan, penilaian, evaluasi (yang dibendakan dari verba: merencanakan, melaksanakan, bertindak, menilai, mengevaluasi)
(3)   pembahasan, jawaban, permasalahan (yang  dibendakan dari verba: membahas, menjawab, mempermasalahkan)
(4)   keterampilan (yang dibendakan dari adjectiva terampil).
(5)   deskripsi (yang dibendakan dari verba: mendeskripsikan)
(6)   pembelajaran (yang dibendakan dari verba: belajar)
(7)   kelemahan, kejelasan (yang dibendakan dari adjectiva: lemah, jelas) dan pengembangan, penyusunan, (yang dibendakan dari verba: mengembangkan, menyusun).
(8)   penggunaan (yang dibendakan dari verba: menggunakan)

2.
Temuan tersebut, yaitu (1) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek perencanaan, (2) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek pelaksanaan tindakan, dan (3) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek penilaian atau evaluasi.
3.
Pembahasan hasil penelitian pada dasarnya ditujukan untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
4.
Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Parepare setelah penerapan metode conference writing.
5.
Persoalan peningkatan keterampilan menulis cerpen dapat dijawab dengan deskripsi data secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan rata-rata keterampilan siswa menulis cerpen berdasarkan pembahasan siklus I, dan siklus II.
6.
Perencanaan pembelajaran yang telah disusun oleh guru dan peneliti pada siklus pertama menunjukkan hasil yang belum optimal.
7.
Berbagai kelemahan masih ditemukan misalnya, kejelasan indikator, pengembangan materi, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, penggunaan media, metode, dan sumber belajar serta alat evaluasi.
8.
Pelaksanaan pembelajaran masih kaku, siswa masih kaku dan belum terbiasa dengan penggunaan Metode conference writing karena kurangnya arahan guru terhadap langkah-langkah pembelajaran pada tiap kegiatan.

Dari hasil analisis pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nominalisasi mengakibatkan pemadatan informasi. Pemadatan informasi akan menjadi semakin kompleks apabila dua atau lebih leksis hasil nominalisasi tersebut dihimpun dalam satu gugusan pada kelompok nomina. Hasil penghimpunan yang diambil dari kalimat (1,2,3,4,5,6,7,8) di atas adalah “temuan penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis cerpen”, “peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek perencanaan”, “peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek pelaksanaan tindakan”, “peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek penilaian atau evaluasi”, “pembahasan hasil penelitian”, “jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian”, “peningkatan keterampilan menulis cerpen”, “peningkatan rata-rata keterampilan siswa”, “pelaksanaan pembelajaran masih kaku”. Dari teks-teks akademik yang dicontohkan, gugusan leksis cenderung berupa kelompok nomina sehingga dari sudut pandang nominalisasi dapat disimpulkan bahwa teks-teks tersebut menunjukkan ciri keilmiahan secara ideasional.
E.     Metafora Gramatika pada Teks Akademik melalui Ungkapan Inkongruen
Metafora gramatika adalah pergeseran dari satu jenis leksis ke leksis lain atau dari tataran gramatika yang lebih tinggi ke tataran gramatika yang lebih rendah. Dari segi metafora gramatika teks-teks akademik menunjukkan ciri keilmiahan baik secara ideasional maupun tekstual. Secara ideasional, melalui metafora gramatika isi materi yang disampaikan menjadi lebih padat dan secara tekstual, cara penyampaian materi yang melibatkan tataran tersebut berdampak pada perbedaan tata organisasi di tingkat kelompok kata atau kalimat.
      Metafora gramatika pada bagian pembahasan tesis ini ditunjukkan dengan leksis-leksis yang mengalami pergeseran.
Tabel 4. Pemanfaatan Metafora Gramatika
No
Kalimat
Keterangan
1.
Pada bagian ini dipaparkan temuan penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui penerapan metode conference writing siswa kelas X-B SMA Negeri 3 Parepare.
-          Kalimat-kalimat yang digunakan sudah memanfaatkan metafora gramatika melalui ungkapan inkongruen
-          Kalimat simpleks yang digunakan penulis merupakan pemadatan atau pergeseran dari beberapa kalimat sekaligus.
2.
Temuan tersebut, yaitu (1) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek perencanaan, (2) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek pelaksanaan tindakan, dan (3) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek penilaian atau evaluasi.
3.
Pembahasan hasil penelitian pada dasarnya ditujukan untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
4.
Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Parepare setelah penerapan metode conference writing.
5.
Persoalan peningkatan keterampilan menulis cerpen dapat dijawab dengan deskripsi data secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan rata-rata keterampilan siswa menulis cerpen berdasarkan pembahasan siklus I, dan siklus II.
6.
Perencanaan pembelajaran yang telah disusun oleh guru dan peneliti pada siklus pertama menunjukkan hasil yang belum optimal.
7.
Berbagai kelemahan masih ditemukan misalnya, kejelasan indikator, pengembangan materi, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, penggunaan media, metode, dan sumber belajar serta alat evaluasi.
8.
Pelaksanaan pembelajaran masih kaku, siswa masih kaku dan belum terbiasa dengan penggunaan Metode conference writing karena kurangnya arahan guru terhadap langkah-langkah pembelajaran pada tiap kegiatan.

F.     Istilah Teknis pada Teks Akademik
Pada prinsipnya istilah teknis merupakan penamaan kepada sesuatu dengan menggunakan nomina. Istilah teknis merupakan salah satu ciri penting pada teks akademik karena digunakan sesuai dengan tuntutan bidang ilmu dan latar pokok persoalan yang disajikan di dalamnya. Terkait dengan bidang ilmu, istilah teknis yang sama mungkin mengandung makna yang berbeda apabila istilah tersebut digunakan di bidang ilmu yang berbeda.
Pada teks akademik bagian pembahasan tesis yang dianalisis dapat ditemukan beberapa istilah teknis yang terkait dengan bidang ilmu dan pokok persoalan yang disajikan. Hal tersebut seperti yang terlihat pada kata yang dicetak berwarna pada kalimat berikut :



Tabel 5. Istilah Teknis pada Teks Akademik
No
Kalimat
Arti/Makna Istilah Teknis
1.
Pada bagian ini dipaparkan temuan penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui penerapan metode conference writing siswa kelas X-B SMA Negeri 3 Parepare.
Metode conference writing memiliki arti metode menulis bersama
5.
Persoalan peningkatan keterampilan menulis cerpen dapat dijawab dengan deskripsi data secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan rata-rata keterampilan siswa menulis cerpen berdasarkan pembahasan siklus I, dan siklus II.
Siklus mengandung makna putaran waktu yg di dalamnya terdapat rangkaian kejadian yg berulang-ulang secara tetap dan teratur; daur sedangkan terkait dengan pokok persoalan yang disajikan mengandung makna pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada proses pembelajaran secara terstruktur sesuai dengan hasilnya.
10.
Pada aspek evaluasi, hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menulis cerpen melalui penggunaan Metode conference writing siswa kelas X-B SMA Negeri 3 Parepare, siklus pertama belum mencapai kriteria keberhasilan, yaitu tingkat persentase ketuntasan minimal 68,75%, ditemukan masih minim skor yang diperoleh siswa secara kualitatif dan kuantitatif.
Kualitatif mengandung makna berdasarkan mutu atau kualitas
Kuantitatif mengandung makna
berdasarkan jumlah atau banyaknya sedangkan dalam bidang ilmu yang lain mengandung makna berdasarkan bagian dari energi yg tidak dapat dibagi lagi
24.
Pada tahap menulis, fokus tindakan lebih diutamakan pada kemampuan siswa untuk menuangkan gagasan, dalam menuangkan gagasan, dalam menuangkan tulisan menjadi karangan utuh yang padu, menciptakan verifikasi yang baik, sehingga tercipta cerpen yang baik pula.
Verifikasi mengandung makna pemeriksaan terhadap kebenaran laporan, pernyataan.
Sedangkan dalam bidang ilmu ekonomi mengandung makna perhitungan atau pemeriksaan uang
35.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan tercapai.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mengandung makna kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan.
36.
Tingkat keberhasilan secara klasikal, yaitu 75% telah terpenuhi.
Klasikal mengandung makna dilakukan secara bersama-sama

G.    Taksonomi dan abstrak pada Teks Akademik
Pada dasarnya taksonomi adalah pemetaan pokok persoalan melalui klasifikasi terhadap sesuatu. Sedangkan teks akademik dikatakan abstrak karena pokok persoalan yang dibicarakan didalamnya seringkali merupakan hasil dari pemformulasian nyata menjadi teori.
No
Kalimat
Keterangan
1.
Pada bagian ini dipaparkan temuan penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui penerapan metode conference writing siswa kelas X-B SMA Negeri 3 Parepare.
Bersifat abstrak karena pokok persoalan yang dibicarakan merupakan pemformulasian nyata menjadi teori.

2.
Temuan tersebut, yaitu (1) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek perencanaan, (2) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek pelaksanaan tindakan, dan (3) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek penilaian atau evaluasi.
Bersifat taksonomik karena pokok persoalan diklasifikasikan
3.
Pembahasan hasil penelitian pada dasarnya ditujukan untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Bersifat abstrak karena pokok persoalan yang dibicarakan merupakan pemformulasian nyata menjadi teori.

4.
Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Parepare setelah penerapan metode conference writing.
Bersifat taksonomik karena pokok persoalan diklasifikasikan
5.
Persoalan peningkatan keterampilan menulis cerpen dapat dijawab dengan deskripsi data secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan rata-rata keterampilan siswa menulis cerpen berdasarkan pembahasan siklus I, dan siklus II.
Bersifat abstrak karena pokok persoalan yang dibicarakan merupakan pemformulasian nyata menjadi teori
6.
Perencanaan pembelajaran yang telah disusun oleh guru dan peneliti pada siklus pertama menunjukkan hasil yang belum optimal.
Bersifat abstrak karena pokok persoalan yang dibicarakan merupakan pemformulasian nyata menjadi teori
7.
Berbagai kelemahan masih ditemukan misalnya, kejelasan indikator, pengembangan materi, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, penggunaan media, metode, dan sumber belajar serta alat evaluasi.
Bersifat taksonomik karena pokok persoalan diklasifikasikan
8.
Pelaksanaan pembelajaran masih kaku, siswa masih kaku dan belum terbiasa dengan penggunaan Metode conference writing karena kurangnya arahan guru terhadap langkah-langkah pembelajaran pada tiap kegiatan.
Bersifat abstrak karena pokok persoalan yang dibicarakan merupakan pemformulasian nyata menjadi teori

H.    Pengacuan Esfora pada Teks Akademik
Pengacuan esfora dimanfaatkan pada teks akademik untuk menunjukkan prinsip generalitas, bahwa benda yang disebut di dalam kelompok nomina tersebut bukan benda yang mengacu kepada penyebutan sebelumnya (Martin, 1992:138). Benda yang diacu berupa kalimat sematan yang diletakkan di dalam tanda [[…]], atau kelompok adverbia yang diletakkan di dalam tanda […].
(1) Pada bagian ini dipaparkan temuan penelitian [tentang peningkatan kemampuan menulis cerpen…] (Teks pembahasan, Khairil, 2012)
Keterangan : “Temuan penelitian” mengacu kepada “[tentang peningkatan kemampuan menulis cerpen…]”
(3) Pembahasan hasil penelitian pada dasarnya ditujukan untuk menemukan jawaban atas permasalahan [[yang diangkat dalam penelitian]] (Teks pembahasan, Khairil, 2012)
Keterangan : “Jawaban atas permasahan” mengacu kepada “[[yang diangkat dalam penelitian]]”
(6) Perencanaan pembelajaran [[yang telah disusun oleh guru dan peneliti…]] (Teks pembahasan, Khairil, 2012)
Keterangan : “Perencanaan pembelajaran” mengacu kepada “[[yang telah disusun oleh guru dan peneliti…]]”
(9) Siswa mengalami kesulitan saat menggali ide karena keterbatasan pemahaman [dalam mengembangkan cerpen yang sesuai dengan tema…] (Teks pembahasan, Khairil, 2012)
Keterangan : “Keterbatasan pemahaman” mengacu kepada “[dalam mengembangkan cerpen yang sesuai dengan tema…]”
(14) Penggunaan media untuk membangkitkan inspirasi [dalam menulis cerpen] (Teks pembahasan, Khairil, 2012)
Keterangan : “Inspirasi” mengacu kepada “[dalam menulis cerpen]”

III.   KESIMPULAN
Masalah utama yang diteliti pada tesis ini adalah realisasi ciri-ciri teks akademik yang mencakup sederhana dalam hal struktur kalimat, padat informasi, banyak memanfaatkan nominalisasi, memanfaatkan metafora gramatika, memanfaatkan istilah teknis, bersifat taksonomi dan abstrak serta banyak memanfaatkan sistem pengacuan esfora.  Data pada penelitian ini adalah bagian pembahasan pada tesis yang berupa runtutan kata dan kalimat, terdiri dari 37 kalimat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teks pembahasan tesis yang ditulis oleh Khairil tahun 2012 yang berjudul Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen dengan Penerapan Metode Conference Wiriting Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Pare-Pare dapat dikategorikan sebagai teks yang bersifat ilmiah. Hal tersebut disimpulkan karena ciri-ciri teks akademik yang banyak menggunakan kalimat simpleks dibandingkan dengan kalimat kompleks sehingga kalimat dalam teks pembahasan tesis ini padat informasi, banyak menggunakan kata-kata leksikal dibandingkan dengan kata struktural, proses nominalisasi, pemanfaatan metafora gramatika, pemanfaatan istilah teknis, pemanfaatan pengacuan esfora, dan teks yang bersifat taksonomi dan abstrak.
DAFTAR PUSTAKA

Mahsun, 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia; Kurikulum 2013. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Wiratno, Tri., Dwi Purnanto, dan Vismaia S. Damaianti. 2014. Bahasa Indonesia; Ekspresi Diri dan Akademik untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: DIKTI.

24 komentar:

  1. Luar biasa kk yang punya tugas kuliah ini, saya sukaaaaa😊

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus