Analisis
Teks Akademik
Judul :
Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen dengan
Penerapan Metode Conference Writing Siswa
Kelas X SMA Negeri
3 Pare-pare
Penulis : Khairil
Tahun : 2012
I.
PENGANTAR
Teks
akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam berbagai jenis misalnya buku,
proposal penelitian, artikel ilmiah dan laporan penelitian (yang dapat
berbentuk skripsi, tesis, atau disertasi). Sebagai insan yang berada di
lingkungan masyarakat akademik dalam hal ini sebagai mahasiswa maupun dosen
tentunya tidak terlepas dari teks akademik, dan karenanya dianggap perlu untuk
mengetahui lebih jauh tentang seluk beluk teks akademik. Oleh karena itu pada
penelitian ini, peneliti akan fokus mengidentifikasi ciri-ciri teks akademik
pada pembahasan hasil penelitian tesis mahasiswa jurusan bahasa Indonesia
Universitas Negeri Makasssar. Tesis yang dianalisis berjudul Peningkatan
Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen dengan Penerapan Metode Conference Wiriting Siswa Kelas X SMA
Negeri 3 Pare-Pare. Tesis ini ditulis oleh Khairil pada tahun 2012. Analisis
ini fokus mengambil bagian pembahasan karena bagian pembahasan adalah inti dari
sebuah tesis yang menunjukkan kemampuan penulis dalam menuangkan ide atau
gagasannnya.
II. ANALISIS
TEKS PEMBAHASAN TESIS
A.
Jumlah
Kalimat dalam Pembahasan Tesis
Tesis
yang ditulis oleh Khairil tahun 2012 yang brjudul Peningkatan Pembelajaran
Keterampilan Menulis Cerpen dengan Penerapan Metode Conference Wiriting Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Pare-Pare pada
bagian pembahasan jumlah kalimat keseluruhan adalah 37 kalimat. Peneliti mengambil
keseluruhan kalimat dalam bagian pembahasan sebagai sampel dalam pengelompokan
kalimat simpleks dan kompleks sedangkan pada tahap analisis selanjutnya,
peneliti mengambil sampel 8 kalimat (20%) dari 37 kalimat pada bagian
pembahasan.
B.
Teks Akademik Padat Informasi
(Kalimat Simpleks dan Kalimat Kompleks)
Selanjutnya,
peneliti akan membagi kalimat berdasarkan ciri-ciri kalimat simpleks dan
kalimat kompleks (parataktik) dan kompleks (hipotaktik).
1.
Kalimat
Simpleks
Kalimat
yang hanya terdiri dari satu kata verba utama yang menggambarkan aksi,
peristiwa, atau keadaan. kalimat simpleks bisa juga disebut dengan kalimat
tunggal, karena hanya mengandung satu struktur : S - P - O - Ket - Pel. Namun
unsur - unsur tersebut(S - P - O - Ket - Pel) belum tentu ada dalam kalimat
simpleks.
2.
Kalimat
Kompleks
Kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri atas
lebih dari satu aksi, peristiwa, atau keadaan sehingga mempunyai lebih dari
satu verba utama dalam lebih dari satu struktur. Struktur yang satu dengan
struktur yang lainnya biasanya dihubungkan oleh konjungsi.
Kalimat komplek terbagi menjadi 2 jenis yaitu Kalimat
komplek paratataik dan kalimat komplek hipotaktik. Berikut adalah jenis-jenis
kalimat komplek:
1.
Kalimat
Komplek Paratatik
kalimat
kompleks yang terdiri atas dua struktur atau lebih yang dinyatakan dengan
hubungan konjungtif sejajar dengan makna, antara lain “dan”, “tetapi”, “atau”.
2.
Kalimat
Kompleks Hipotaktik
Kalimat komplek hipotaktik adalah kalimat
kompleks yang dapat dinyatakan dengan hubungan konjungtif dan tidak sejajar
dengan makna, antara lain apabila, jika, karena, ketika.
Pada tabel di bawah ini peneliti
menentukan jenis kalimat yang digunakan pada bagian pembahasan, yang tergolong
kalimat simpleks dan kalimat kompleks (parataktik) dan kompleks (hipotaktik).
Tabel
1. Kalimat Simpleks dan Kompleks dalam Pembahasan Tesis
No
|
Kalimat
|
Jenis
Kalimat
|
Pola
|
1.
|
Pada
bagian ini dipaparkan temuan
penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui penerapan
metode conference writing siswa kelas X-B SMA Negeri 3 Parepare.
|
Simpleks
|
S-P-O-K
|
2.
|
Temuan
tersebut, yaitu (1) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek
perencanaan, (2) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek pelaksanaan
tindakan, dan (3) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek penilaian
atau evaluasi.
|
Simpleks
|
|
3.
|
Pembahasan
hasil penelitian pada dasarnya ditujukan untuk menemukan jawaban atas
permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
|
Simpleks
|
|
4.
|
Secara
umum masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan
keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Parepare setelah
penerapan metode conference writing.
|
Simpleks
|
|
5.
|
Persoalan
peningkatan keterampilan menulis cerpen dapat dijawab dengan deskripsi data
secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan rata-rata keterampilan siswa menulis
cerpen berdasarkan pembahasan siklus I, dan siklus II.
|
Simpleks
|
|
6.
|
Perencanaan
pembelajaran yang telah disusun oleh guru dan peneliti pada siklus pertama
menunjukkan hasil yang belum optimal.
|
Simpleks
|
|
7.
|
Berbagai
kelemahan masih ditemukan misalnya, kejelasan indikator, pengembangan materi,
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, penggunaan media,
metode, dan sumber belajar serta alat evaluasi.
|
Simpleks
|
|
8.
|
Pelaksanaan
pembelajaran masih kaku, siswa masih kaku dan belum terbiasa dengan
penggunaan Metode conference writing karena
kurangnya arahan guru terhadap langkah-langkah pembelajaran pada tiap
kegiatan.
|
Kompleks
Hipotaktik
|
|
9.
|
Siswa
mengalami kesulitan saat menggali ide karena
keterbatasan pemahamannnya dalam mengembangkan cerpen yang sesuai dengan
tema, ketidakmampuan siswa memilih topik yang sebagian siswa belum berani
untuk berkomentar, bahkan masih canggung untuk memajang cerpennya di mading
kelas.
|
Kompleks
Hipotaktik
|
|
10.
|
Pada
aspek evaluasi, hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menulis
cerpen melalui penggunaan Metode conference writing siswa kelas X-B SMA
Negeri 3 Parepare, siklus pertama belum mencapai kriteria keberhasilan, yaitu
tingkat persentase ketuntasan minimal 68,75%, ditemukan masih minim skor yang
diperoleh siswa secara kualitatif dan kuantitatif.
|
Simpleks
|
|
11.
|
Kemampuan
siswa menulis cerpen dari seluruh aspek penilaian menunjukkan hasil yang
maksimal.
|
Simpleks
|
|
12.
|
Keterbatasan
dan kelemahan yang terjadi pada siklus pertama disebabkan oleh karena
perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi pembelajaran masih belum
terlaksana dengan baik.
|
Simpleks
|
|
13.
|
Untuk
menyempurnakan hasilnya maka perlu perbaikan
pada siklus kedua.
|
Kompleks
Parataktik
|
|
14.
|
Recana
pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua ditemukan pada kejelasan indikator
yang mau dicapai, penggunaan media untuk membangkitkan inspirasi dalam
menulis cerpen.
|
Simpleks
|
|
15.
|
Pada
tahap pramenulis, siswa lebih diarahkan dalam menulis cerpen, membimbing
mencari topik dengan keterkaitan tema, pada tahap saat menulis siswa
diarahkan menulis cerpen, kegiatan tersebut siswa bekerja sama merevisi
cerpen untuk mengganti atau memilih topik berdasarkan pengalaman.
|
Simpleks
|
|
16.
|
Pada
tahap pascamenulis, siswa memilih cerpen yang terbaik dari masing-masing
kelompok untuk dipresentasikan, kelompok lain memberikan tanggapan dan
komentar.
|
Simpleks
|
|
17.
|
Cerpen
terbaik tiap kelompok dipajang di mading kelas.
|
Simpleks
|
|
18.
|
Pelaksanaan
pembelajaran menulis cerpen melalui teknik penggunaan Metode conference
writing disesuaikan dengan rencana pembelajaran dan alokasi waktu yang telah
direncanakan.
|
Simpleks
|
|
19.
|
Pelaksanaan
pembelajaran terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap pramenulis, saat menulis,
dan pascamenulis.
|
Simpleks
|
|
20.
|
Pada
awal pembelajaran, guru menekankan tujuan pembelajaran pada hari itu dengan
menjelaskan indikatornya, serta bertanya jawab tentang materi sebelumnya yang
dikaitkan dengan proses penulisan cerpen.
|
Simpleks
|
|
21.
|
Guru
memberi motivasi dengan menampilkan cerpen terbaik pada pertemuan sebelumnya.
|
Simpleks
|
|
22.
|
Pada
tahap pramenulis, fokus pelaksanaan tindakan adalah memilih topik yang tepat
yang dapat membangkitkan kesamaan imajinasi dan pengalaman orang lain,
mengkonkretkan ide atau pikiran yang telah terkonstruksi dituangkan dalam
tulisan, dan menciptakan tulisan sesuai petunjuk yang telah dijelaskan oleh
guru.
|
Simpleks
|
|
23.
|
Siswa
dalam tahap ini menggunakan pengalaman dan imajinasi sendiri, kemudian membuat daftar kejadian untuk cerita yang
memungkinkan, selanjutnya memilih satu subyek yang akan dibuat cerita
terbaik, menulis sketsa tokoh yang singkat untuk tiap orang dalam cerita, dan
menciptakan setting atau pelataran sendiri serta menyusun semua kejadian
dalam cerita secara runtut.
|
Kompleks
Parataktik
|
|
24.
|
Pada
tahap menulis, fokus tindakan lebih diutamakan pada kemampuan siswa untuk
menuangkan gagasan, dalam menuangkan gagasan, dalam menuangkan tulisan
menjadi karangan utuh yang padu, menciptakan verifikasi yang baik, sehingga
tercipta cerpen yang baik pula.
|
Simpleks
|
|
25.
|
Pada
tahap ini siswa menulis awal cerita dengan memerhatikan karakter, setting dan
cerita.
|
Simpleks
|
|
26.
|
Pada
tahap pascamenulis, fokus tindakan diutaman kemampuan siswa memberikan
argumen terhadap tulisan orang lain, kesesuaian judul dengan tema, yang mampu
menciptakan suasana yang mampu membangkitkan emosi atau perasaan pembaca.
|
Simpleks
|
|
27.
|
Ketiga
tahap yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran menunjukkan peningkatan,
siswa mulai terampil menulis cerpen yang lebih baik, siswa lebih berani
mengoreksi cerpen temannya pada saat merevisi, dan
antusias serta berani mengajukan pertanyaan berkaitan dengan semua unsur yang
terdapat dalam cerpen.
|
Kompleks
Parataktik
|
|
28.
|
Siswa
aktif menata cerpen di mading kelas dengan mempertimbangkan tata letak dan
estetikanya.
|
Simpleks
|
|
29.
|
Untuk
mengetahui perkembangan dan kemajuan pembelajaran dan kemampuan siswa menulis
cerpen, digunakan penilaian proses dan hasil.
|
Simpleks
|
|
30.
|
Penilaian
dilaksanakan sesuai dengan rambu-rambu analisis proses dan produk yang telah
ditetapkan.
|
|
|
31.
|
Pada
saat pembelajaran, guru memantau, mengamati, dan mencatat aktivitas siswa,
baik secara individu maupun kelompok.
|
Simpleks
|
|
32.
|
Pengamatan
terhadap proses pembelajaran dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala yang
dihadapi siswa dan kemajuan yang telah
dicapai.
|
Kompleks
Parataktik
|
|
33.
|
Penilaian
hasil dilakukan guru dengan menilai kesesuaian karya siswa dengan pedoman
analisis yang telah ditetapkan.
|
Simpleks
|
|
34.
|
Setelah
dilaksanakan evaluasi terhadap hasil belajar menulis cerpen melalui teknik
penggunaan Metode Conference writing di siklus kedua diperoleh hasil yang
maksimal yakni 80,25%.
|
Simpleks
|
|
35.
|
Kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan tercapai.
|
Simpleks
|
|
36.
|
Tingkat
keberhasilan secara klasikal, yaitu 75% telah terpenuhi.
|
Simpleks
|
|
37.
|
Hal
tersebut terlaksana karena perencanaan,
pelaksanaan tindakan, dan evaluasi pembelajaran sebagai perbaikan dari siklus
sebelumnya sudah meningkat dan berjalan baik.
|
Kompleks
Hipotaktik
|
|
Dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada teks pembahasan tesis yang
dianalisis didominasi dengn penggunaan kalimat simpleks sebagai salah satu cara
penulis untuk memadatkan informasi. Jumlah kalimat simpleks yang terdapat dalam
teks pembahasan tesis yakni
x 100
= 83,8%. Jumlah kalimat kompleks parataktik
x
100 = 8,1% dan jumlah kalimat kompleks hipotaktik
x 100 = 8,1%.
Berdasarkan
analisis struktur kalimat yang terdapat dalam pembahasan tesis yang ditulis
oleh Khairil
tahun 2012 yang brjudul Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen
dengan Penerapan Metode Conference
Wiriting Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Pare-Pare maka persentase penggunaan
kalimat simpleks lebih banyak dibandingkan dengan kalimat kompleks parataktik
dan kalimat kompleks hipotaktik. Persentase kalimat simpleks yakni 83,8%,
persentase kalimat kompleks parataktik yakni 8,1%, dan persentase kalimat
kompleks hipotaktik yakni 8,1%.
Dengan
demikian, dari sisi pemadatan informasi melalui kalimat simpleks, menunjukkan
ciri teks akademik secara ideasional. Namun, yang perlu digaris bawahi adalah
kesederhanaan dalam struktur kalimat dan struktur kelompok nomina.
C. Teks
Akademik Padat Kata Leksikal
Teks akademik lebih banyak mengandung kata leksikal atau kata isi
(nomina, verba-predikator, adjectiva, dan adverbia tertentu) daripada kata
struktural (konjungsi, kata sandang, preposisi, dan sebagainya).
Pada
bagian analisis teks akademik padat kata leksikal, peneliti mengambil sampel 8
kalimat (20%) dari 37 kalimat pada bagian pembahasan.
Tabel
2. Penggunaan Kata Leksikal dan Struktural
No
|
Kalimat
|
Jenis
Kata
|
Keterangan
|
1.
|
Pada
bagian ini dipaparkan temuan
penelitian tentang peningkatan
kemampuan menulis cerpen melalui penerapan metode conference writing siswa
kelas X-B SMA Negeri 3 Parepare.
|
Leksikal
(19)
Struktural
(3)
|
Jumlah
kalimat keseluruhan= 179
Jumlah
kalimat leksikal= 143
Jumlah
kalimat struktural= 36
x100%= 79,9%
x 100%=
20,1%
|
2.
|
Temuan
tersebut, yaitu (1) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek perencanaan, (2)
peningkatan kemampuan menulis cerpen dari
aspek pelaksanaan tindakan, dan (3)
peningkatan kemampuan menulis cerpen dari
aspek penilaian atau evaluasi.
|
Leksikal
(21)
Struktural
(7)
|
|
3.
|
Pembahasan
hasil penelitian pada dasarnya
ditujukan untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
|
Leksikal
(10)
Struktural
(5)
|
|
4.
|
Secara
umum masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 3
Parepare setelah penerapan metode conference writing.
|
Leksikal
(19)
Struktural
(5)
|
|
5.
|
Persoalan
peningkatan keterampilan menulis cerpen dapat dijawab dengan deskripsi data secara
kuantitatif untuk mengetahui
peningkatan rata-rata keterampilan siswa menulis cerpen berdasarkan
pembahasan siklus I, dan siklus
II.
|
Leksikal
(21)
Struktural
(4)
|
|
6.
|
Perencanaan
pembelajaran yang telah disusun oleh guru dan peneliti pada
siklus pertama menunjukkan hasil yang
belum optimal.
|
Leksikal
(12)
Struktural
(5)
|
|
7.
|
Berbagai
kelemahan masih ditemukan misalnya, kejelasan indikator, pengembangan materi,
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, penggunaan media,
metode, dan sumber belajar serta alat evaluasi.
|
Leksikal
(21)
Struktural
(2)
|
|
8.
|
Pelaksanaan
pembelajaran masih kaku, siswa masih kaku dan belum terbiasa dengan
penggunaan Metode conference writing karena
kurangnya arahan guru terhadap langkah-langkah
pembelajaran pada tiap kegiatan.
|
Leksikal
(20)
Struktural
(5)
|
Berdasarkan pesrsentase
kalimat yang memiliki kata leksikal dan kata struktural maka dapat disimpulkan
bahwa 20% sampel kalimat yang dianalisis menunjukkan bahwa teks akademik berupa
teks pembahasan tesis yang ditulis oleh Khairil tahun 2012 yang brjudul Peningkatan
Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen dengan Penerapan Metode Conference Wiriting Siswa Kelas X SMA
Negeri 3 Pare-Pare menunjukkan bahwa teks pembahasan tesis ini dapat dikatakan
ilmiah. Hal ini dibuktikan dari persentase kata leksikal sebanyak 143 kalimat
(79,9%) dan kata struktural sebanyak 36 kalimat (20,1%) dari jumlah keseluruhan
179 kalimat.
D.
Nominalisasi
pada Teks Akademik
Realisasi
leksis pada teks-teks akademik yang dinominalisasikan digunakan untuk
memadatkan informasi. Sebagai upaya pembendaan, nominalisasi ditempuh dengan
mengubah leksis nonbenda (antara lain verba, adjectiva, adverbia, konjungsi)
menjadi leksis benda (nomina). Nominalisasi pada teks akademik ditujukan untuk
mengungkapkan pengetahuan yang lebih ringkas dan padat . Oleh karena itu,
nominalisasi menjadi ciri yang sangat penting pada teks akademik.
Pada bagian
analisis nominalisasi pada teks akademik, peneliti mengambil sampel 8 kalimat
(20%) dari 37 kalimat pada bagian pembahasan.
Tabel
3. Nominalisasi pada Teks Akademik
No
|
Kalimat
|
Keterangan
|
1.
|
Pada
bagian ini dipaparkan temuan penelitian tentang peningkatan
kemampuan menulis cerpen melalui penerapan metode conference writing siswa kelas X-B
SMA Negeri 3 Parepare.
|
-
Pada kalimat (1,2,3,4,5,6,7,8)
contoh-contoh nominalisasi yang dimaksud dicetak berwarna.
-
Contoh-contoh diambil dari bagian
pembahasan tesis yang dianalisis tersebut mengandung nominalisasi :
(1) temuan, penelitian, peningkatan, penerapan
(yang dibendakan dari verba: menemukan, meneliti,
meningkatkan, menerapkan) dan kemampuan
(yang dibendakan dari adjectiva mampu).
(2) perencanaan, pelaksanaan, tindakan, penilaian, evaluasi
(yang dibendakan dari verba: merencanakan,
melaksanakan, bertindak, menilai, mengevaluasi)
(3) pembahasan, jawaban, permasalahan (yang dibendakan dari verba: membahas, menjawab, mempermasalahkan)
(4) keterampilan (yang
dibendakan dari adjectiva terampil).
(5) deskripsi (yang dibendakan dari verba: mendeskripsikan)
(6) pembelajaran (yang dibendakan dari verba: belajar)
(7) kelemahan, kejelasan (yang dibendakan
dari adjectiva: lemah, jelas) dan pengembangan, penyusunan, (yang dibendakan dari
verba: mengembangkan, menyusun).
(8) penggunaan (yang dibendakan dari verba: menggunakan)
|
2.
|
Temuan tersebut, yaitu (1) peningkatan kemampuan
menulis cerpen dari aspek perencanaan, (2) peningkatan kemampuan
menulis cerpen dari aspek pelaksanaan
tindakan, dan (3) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek penilaian atau evaluasi.
|
|
3.
|
Pembahasan hasil penelitian
pada dasarnya ditujukan untuk menemukan jawaban
atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
|
|
4.
|
Secara
umum masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X
SMA Negeri 3 Parepare setelah penerapan metode
conference writing.
|
|
5.
|
Persoalan
peningkatan keterampilan
menulis cerpen dapat dijawab dengan deskripsi
data secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan
rata-rata keterampilan siswa menulis
cerpen berdasarkan pembahasan siklus I, dan
siklus II.
|
|
6.
|
Perencanaan pembelajaran yang telah disusun
oleh guru dan peneliti pada siklus pertama menunjukkan hasil yang belum
optimal.
|
|
7.
|
Berbagai
kelemahan masih ditemukan misalnya, kejelasan indikator, pengembangan
materi, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, penggunaan media, metode, dan sumber belajar serta alat evaluasi.
|
|
8.
|
Pelaksanaan pembelajaran
masih kaku, siswa masih kaku dan belum terbiasa dengan penggunaan Metode conference writing karena
kurangnya arahan guru terhadap langkah-langkah pembelajaran
pada tiap kegiatan.
|
Dari hasil analisis pada tabel di atas
dapat disimpulkan bahwa nominalisasi mengakibatkan pemadatan informasi. Pemadatan
informasi akan menjadi semakin kompleks apabila dua atau lebih leksis hasil
nominalisasi tersebut dihimpun dalam satu gugusan pada kelompok nomina. Hasil
penghimpunan yang diambil dari kalimat (1,2,3,4,5,6,7,8) di atas adalah “temuan penelitian
tentang peningkatan kemampuan
menulis cerpen”, “peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek perencanaan”, “peningkatan kemampuan
menulis cerpen dari aspek pelaksanaan tindakan”,
“peningkatan kemampuan
menulis cerpen dari aspek penilaian atau evaluasi”, “pembahasan hasil penelitian”,
“jawaban atas permasalahan yang diangkat
dalam penelitian”, “peningkatan keterampilan menulis cerpen”, “peningkatan rata-rata keterampilan
siswa”, “pelaksanaan pembelajaran
masih kaku”. Dari teks-teks akademik yang dicontohkan, gugusan leksis cenderung
berupa kelompok nomina sehingga dari sudut pandang nominalisasi dapat
disimpulkan bahwa teks-teks tersebut menunjukkan ciri keilmiahan secara
ideasional.
E.
Metafora
Gramatika pada Teks Akademik melalui Ungkapan
Inkongruen
Metafora
gramatika adalah pergeseran dari satu jenis leksis ke leksis lain atau dari
tataran gramatika yang lebih tinggi ke tataran gramatika yang lebih rendah.
Dari segi metafora gramatika teks-teks akademik menunjukkan ciri keilmiahan
baik secara ideasional maupun tekstual. Secara ideasional, melalui metafora
gramatika isi materi yang disampaikan menjadi lebih padat dan secara tekstual,
cara penyampaian materi yang melibatkan tataran tersebut berdampak pada
perbedaan tata organisasi di tingkat kelompok kata atau kalimat.
Metafora gramatika pada bagian pembahasan tesis ini ditunjukkan
dengan leksis-leksis yang mengalami pergeseran.
Tabel 4. Pemanfaatan Metafora
Gramatika
No
|
Kalimat
|
Keterangan
|
1.
|
Pada
bagian ini dipaparkan temuan penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis
cerpen melalui penerapan metode conference writing siswa kelas X-B SMA Negeri
3 Parepare.
|
-
Kalimat-kalimat yang digunakan
sudah memanfaatkan metafora gramatika melalui ungkapan inkongruen
-
Kalimat simpleks yang digunakan
penulis merupakan pemadatan atau pergeseran dari beberapa kalimat sekaligus.
|
2.
|
Temuan
tersebut, yaitu (1) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek
perencanaan, (2) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek pelaksanaan
tindakan, dan (3) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek penilaian
atau evaluasi.
|
|
3.
|
Pembahasan
hasil penelitian pada dasarnya ditujukan untuk menemukan jawaban atas
permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
|
|
4.
|
Secara
umum masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan
keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Parepare setelah
penerapan metode conference writing.
|
|
5.
|
Persoalan
peningkatan keterampilan menulis cerpen dapat dijawab dengan deskripsi data
secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan rata-rata keterampilan siswa
menulis cerpen berdasarkan pembahasan siklus I, dan siklus II.
|
|
6.
|
Perencanaan
pembelajaran yang telah disusun oleh guru dan peneliti pada siklus pertama menunjukkan
hasil yang belum optimal.
|
|
7.
|
Berbagai
kelemahan masih ditemukan misalnya, kejelasan indikator, pengembangan materi,
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, penggunaan media,
metode, dan sumber belajar serta alat evaluasi.
|
|
8.
|
Pelaksanaan
pembelajaran masih kaku, siswa masih kaku dan belum terbiasa dengan
penggunaan Metode conference writing karena kurangnya arahan guru terhadap
langkah-langkah pembelajaran pada tiap kegiatan.
|
F.
Istilah
Teknis pada Teks Akademik
Pada
prinsipnya istilah teknis merupakan penamaan kepada sesuatu dengan menggunakan
nomina. Istilah teknis merupakan salah satu ciri penting pada teks akademik
karena digunakan sesuai dengan tuntutan bidang ilmu dan latar pokok persoalan
yang disajikan di dalamnya. Terkait dengan bidang ilmu, istilah teknis yang
sama mungkin mengandung makna yang berbeda apabila istilah tersebut digunakan
di bidang ilmu yang berbeda.
Pada
teks akademik bagian pembahasan tesis yang dianalisis dapat ditemukan beberapa
istilah teknis yang terkait dengan bidang ilmu dan pokok persoalan yang
disajikan. Hal tersebut seperti yang terlihat pada kata yang dicetak berwarna
pada kalimat berikut :
Tabel
5. Istilah Teknis pada Teks Akademik
No
|
Kalimat
|
Arti/Makna
Istilah Teknis
|
1.
|
Pada
bagian ini dipaparkan temuan penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis
cerpen melalui penerapan metode conference writing
siswa kelas X-B SMA Negeri 3 Parepare.
|
Metode
conference writing memiliki arti metode menulis bersama
|
5.
|
Persoalan
peningkatan keterampilan menulis cerpen dapat dijawab dengan deskripsi data
secara kuantitatif untuk mengetahui
peningkatan rata-rata keterampilan siswa menulis cerpen berdasarkan
pembahasan siklus I, dan siklus II.
|
Siklus
mengandung makna putaran waktu yg di dalamnya
terdapat rangkaian kejadian yg berulang-ulang secara tetap dan teratur; daur sedangkan
terkait dengan pokok persoalan yang disajikan mengandung makna pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada proses
pembelajaran secara terstruktur sesuai dengan hasilnya.
|
10.
|
Pada
aspek evaluasi, hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menulis
cerpen melalui penggunaan Metode conference writing siswa kelas X-B SMA
Negeri 3 Parepare, siklus pertama belum mencapai kriteria keberhasilan, yaitu
tingkat persentase ketuntasan minimal 68,75%, ditemukan masih minim skor yang
diperoleh siswa secara kualitatif dan kuantitatif.
|
Kualitatif
mengandung makna berdasarkan mutu atau kualitas
Kuantitatif
mengandung makna
berdasarkan jumlah atau banyaknya sedangkan
dalam bidang ilmu yang lain mengandung makna berdasarkan
bagian dari energi yg tidak dapat dibagi lagi
|
24.
|
Pada
tahap menulis, fokus tindakan lebih diutamakan pada kemampuan siswa untuk
menuangkan gagasan, dalam menuangkan gagasan, dalam menuangkan tulisan
menjadi karangan utuh yang padu, menciptakan verifikasi
yang baik, sehingga tercipta cerpen yang baik pula.
|
Verifikasi
mengandung makna pemeriksaan terhadap kebenaran
laporan, pernyataan.
Sedangkan
dalam bidang ilmu ekonomi mengandung makna perhitungan
atau pemeriksaan uang
|
35.
|
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan tercapai.
|
Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mengandung makna kriteria paling rendah untuk
menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan.
|
36.
|
Tingkat
keberhasilan secara klasikal, yaitu 75% telah
terpenuhi.
|
Klasikal
mengandung makna dilakukan secara bersama-sama
|
G.
Taksonomi
dan abstrak pada Teks Akademik
Pada
dasarnya taksonomi adalah pemetaan pokok persoalan melalui klasifikasi terhadap
sesuatu. Sedangkan teks akademik dikatakan abstrak karena pokok persoalan yang
dibicarakan didalamnya seringkali merupakan hasil dari pemformulasian nyata
menjadi teori.
No
|
Kalimat
|
Keterangan
|
1.
|
Pada
bagian ini dipaparkan temuan penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis
cerpen melalui penerapan metode conference writing siswa kelas X-B SMA Negeri
3 Parepare.
|
Bersifat
abstrak karena pokok persoalan yang dibicarakan merupakan pemformulasian
nyata menjadi teori.
|
2.
|
Temuan
tersebut, yaitu (1) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek perencanaan,
(2) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek pelaksanaan tindakan, dan
(3) peningkatan kemampuan menulis cerpen dari aspek penilaian atau evaluasi.
|
Bersifat
taksonomik karena pokok persoalan diklasifikasikan
|
3.
|
Pembahasan
hasil penelitian pada dasarnya ditujukan untuk menemukan jawaban atas
permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
|
Bersifat
abstrak karena pokok persoalan yang dibicarakan merupakan pemformulasian
nyata menjadi teori.
|
4.
|
Secara
umum masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan
keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Parepare setelah
penerapan metode conference writing.
|
Bersifat
taksonomik karena pokok persoalan diklasifikasikan
|
5.
|
Persoalan
peningkatan keterampilan menulis cerpen dapat dijawab dengan deskripsi data
secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan rata-rata keterampilan siswa
menulis cerpen berdasarkan pembahasan siklus I, dan siklus II.
|
Bersifat
abstrak karena pokok persoalan yang dibicarakan merupakan pemformulasian
nyata menjadi teori
|
6.
|
Perencanaan
pembelajaran yang telah disusun oleh guru dan peneliti pada siklus pertama
menunjukkan hasil yang belum optimal.
|
Bersifat
abstrak karena pokok persoalan yang dibicarakan merupakan pemformulasian
nyata menjadi teori
|
7.
|
Berbagai
kelemahan masih ditemukan misalnya, kejelasan indikator, pengembangan materi,
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, penggunaan media,
metode, dan sumber belajar serta alat evaluasi.
|
Bersifat
taksonomik karena pokok persoalan diklasifikasikan
|
8.
|
Pelaksanaan
pembelajaran masih kaku, siswa masih kaku dan belum terbiasa dengan
penggunaan Metode conference writing karena kurangnya arahan guru terhadap
langkah-langkah pembelajaran pada tiap kegiatan.
|
Bersifat
abstrak karena pokok persoalan yang dibicarakan merupakan pemformulasian
nyata menjadi teori
|
H.
Pengacuan
Esfora pada Teks Akademik
Pengacuan
esfora dimanfaatkan pada teks akademik untuk menunjukkan prinsip generalitas,
bahwa benda yang disebut di dalam kelompok nomina tersebut bukan benda yang
mengacu kepada penyebutan sebelumnya (Martin, 1992:138). Benda yang diacu
berupa kalimat sematan yang diletakkan di dalam tanda [[…]], atau kelompok
adverbia yang diletakkan di dalam tanda […].
(1)
Pada bagian ini dipaparkan temuan penelitian [tentang
peningkatan kemampuan menulis cerpen…] (Teks pembahasan, Khairil, 2012)
Keterangan
: “Temuan penelitian” mengacu kepada “[tentang peningkatan kemampuan menulis
cerpen…]”
(3)
Pembahasan hasil penelitian pada dasarnya ditujukan untuk menemukan jawaban atas permasalahan [[yang diangkat dalam penelitian]]
(Teks pembahasan, Khairil, 2012)
Keterangan : “Jawaban
atas permasahan” mengacu kepada “[[yang diangkat dalam penelitian]]”
(6)
Perencanaan pembelajaran [[yang telah disusun oleh guru
dan peneliti…]] (Teks pembahasan, Khairil, 2012)
Keterangan :
“Perencanaan pembelajaran” mengacu kepada “[[yang telah disusun oleh guru dan
peneliti…]]”
(9)
Siswa mengalami kesulitan saat menggali ide karena keterbatasan
pemahaman [dalam mengembangkan cerpen yang sesuai dengan tema…] (Teks
pembahasan, Khairil, 2012)
Keterangan :
“Keterbatasan pemahaman” mengacu kepada “[dalam mengembangkan cerpen yang
sesuai dengan tema…]”
(14)
Penggunaan media untuk membangkitkan inspirasi [dalam
menulis cerpen] (Teks pembahasan, Khairil, 2012)
Keterangan
: “Inspirasi” mengacu kepada “[dalam menulis cerpen]”
III.
KESIMPULAN
Masalah
utama yang diteliti pada tesis ini adalah realisasi ciri-ciri teks akademik
yang mencakup sederhana dalam hal struktur kalimat, padat informasi, banyak
memanfaatkan nominalisasi, memanfaatkan metafora gramatika, memanfaatkan
istilah teknis, bersifat taksonomi dan abstrak serta banyak memanfaatkan sistem
pengacuan esfora. Data pada penelitian
ini adalah bagian pembahasan pada tesis yang berupa runtutan kata dan kalimat,
terdiri dari 37 kalimat.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa teks pembahasan tesis yang ditulis oleh Khairil tahun 2012 yang
berjudul Peningkatan Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen dengan Penerapan
Metode Conference Wiriting Siswa
Kelas X SMA Negeri 3 Pare-Pare dapat dikategorikan sebagai teks yang bersifat ilmiah.
Hal tersebut disimpulkan karena ciri-ciri teks akademik yang banyak
menggunakan kalimat simpleks dibandingkan dengan kalimat kompleks sehingga
kalimat dalam teks pembahasan tesis ini padat informasi, banyak menggunakan
kata-kata leksikal dibandingkan dengan kata struktural, proses nominalisasi, pemanfaatan
metafora gramatika, pemanfaatan istilah teknis, pemanfaatan pengacuan esfora,
dan teks yang bersifat taksonomi dan abstrak.
DAFTAR
PUSTAKA
Mahsun, 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia;
Kurikulum 2013. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Wiratno, Tri., Dwi
Purnanto, dan Vismaia S. Damaianti. 2014. Bahasa
Indonesia; Ekspresi Diri dan Akademik untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
DIKTI.
copy
BalasHapusizin copi
BalasHapusizin kpi
BalasHapusLuar biasa kk yang punya tugas kuliah ini, saya sukaaaaa😊
BalasHapusizin copy
BalasHapusizin copy
BalasHapusIzin copy
BalasHapusizin mengutip
BalasHapusizin copy
BalasHapusmakasih banyak😎
BalasHapusizin copy ya
BalasHapusIzin copy y
BalasHapusIzin copy
BalasHapusizin copy
BalasHapusizin copy
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusizin copy
BalasHapusIzin copy ya kak
BalasHapusizin copy ya kak
BalasHapusIzin copy kak
BalasHapusizin copy kak
BalasHapusizin copy kak.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusizin mengutip kak
BalasHapus