Tugas Individu (Aspek Fonologi/Fonemik)
Mata Kuliah : Linguistik Umum
Nama :
Heriyanti
Linguistik
adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan
runtunan bunyi-bunyi bahasa. Secara etimologi terbentuk dari fon yaiti
bunyi, dan logi yaitu ilmu.
Fonologi berasal dari bahasa inggris phonology, dalam bahasa Indonesia
fonologi. Pada perkembangannya istilah fonologi lebih sering digunakan sebagai
bidang khusus dalam linguistic yang bertugas mengamati bunyi-bunyi suatu bahasa
menurut fungsinya untuk membedakan makna leksikal dalam bahasa. Jadi, fonologi
adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada
umumnya. Chaer (2012 : 102) Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek
studinya, fonologi dibedakan menjadi dua, yaitu fonetik dan fonemik.
Namun perlu diketahui sebelumnya bahwa ada juga pakar yang menggunakan istilah
fonologi untuk pengertian yang di sini kita sebut fonemik.
A.
Pengertian
Fonemik
Fonemik
adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan
fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Sebagai contoh perbedaan bunyi [p]
dan [b] yang terdapat, misalnya pada kata [paru] dan [baru] adalah menjadi
contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b] itu menyebabkan
berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu. Jika bunyi itu membedakan makna,
maka bunyi tersebut kita sebut fonem, dan jika tidak membedakan makna adalah
bukan fonem.
B.
Bidang
Kajian Fonemik
Kajian
pada fonemik ini merupakan lanjutan dari kajian fonetik. Pada bidang fonemik,
bunyi-bunyi yang telah dideskripsikan tersebut lalu dianalisis berdasarkan
konteks tertentu, apakah pada suku kata maupun pada kata sehingga dapat
membedakan arti secara jelas. Untuk mengetahui perbedaan masing-masing bunyi
bahasa yang dituliskan ke dalam simbol/lambang tersebut harus dibandingkan
dengan simbol-simbol yang lain. Perbandingan ini apakah pada suku kata atau
pada kata. Pendeskripsian bunyi-bunyi bahasa yang dapat membedakan makna
disebut transkripsi fonemis. Penulisan transkripsi fonemis pada masing-masing
simbol baik fonem, suku kata, maupun kata, dibatasi tanda /.../. misalnya fonem
/r/ berbeda dengan fonem /t/ setelah dipasangkan pada pasangan minimal berupa
kata “hari dan” “hati”.
1.
Identitas
Fonem
Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita
harus mencari sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi
tersebut, lalu membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan
satuan bahas yang pertama. Kalau ternyata kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya,
maka berarti bunyi tersebut adalah sebuah fonem, karena dia bisa atau berfungsi
membedakan makna kedua bahasa itu. Misalnya kata Indonesia laba dan raba.
Kedua kata itu mirip benar, masing-masing terdiri dari empat buah
bunyi. Yang pertama mempunyai bunyi [l], [a], [b], dan [a]; dan yang kedua
mempunyai bunyi [r], [a], [b], dan [a]. Teryata perbedaannya hanya pada bunyi
yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. Maka dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa bunyi [l] dan bunyi [r] adalah dua buah fonem yang berbeda di
dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
2.
Alofon
Bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem
disebut alofon.
Alofon- alofon dari sebuah fonem memiliki kemirian fonetis. Artinya banyak
mempunyai kesamaan dalam pengucapannya. Tentang distribusinya mungkin bersifat komplementer
mungkin juga bersifat bebas.
1.
Distribusi
komplementer adalah distribusi yang tempatnya tidak bisa dipertukarkan.
2.
Distribusi
bebas adalaah bahwa alofon-alofon itu boleh igunakan tanpaa persyaratan lingkungan
bunyi tertentu.
3. Klasifikasi fonem
Kriteria dan prosedur klasifikasi fonem sama dengan
klasifikasi bunyi dan unsur suprasegmental. Fonem-fonem yang berupa bunyi yang
didapat sebagai hasil segmentasi terhadap arus ujaran disebut fonem segmental.
Fonem yang berupa unsur suprasegmental disebut fonem suprasegmental atau fonem
nonsegmental.
4. Khazanah Fonem
Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam
satu bahasa.
Berapa jumlah fonem yang dimiliki suatu bahasa tidak sama jumlahnya dengan yang
dimiliki bahasa lain.
5. Perubahan Fonem
a) Asimilasi dan Disimilasi
v Asimilasi adalah peristiwa
berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagaiakibat dari bunyi yang
ada di lingkungannya sehingga bunyi itu menjadi sama. Contoh, sabtu dalam bahasa
Indonesia lazim diucapkan [saptu]
ü Asimilasi fonemis adalah perubahan
yang menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem.
ü Asimilasi fonetis adalah perubahan
yang tidak menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem.
Asimilasi dibedakan menjadi 3 :
1) Asimilasi Progresif : bunyi yang
diubah terletak dibelakang bunyi yang mempengaruhinya.
2) Asimilasi Regresif : Bunyi
yang diubah itu terletak dimuka bunyi yang mempengaruhinya
3) Asimilasi Resiprokal : Perubahan itu
terjadi pada kedua bunyi yang saling mempengaruhi.
v Disasimilasi adalah peristiwa
perebahan yang menyebabkan dua buah fonem yang sama menjadi berbeda.
b) Netralisasi dan Arkifonem
ü Contoh hasil netralisasi, adanya
bunyi [t] pada posisi akhir kata yang dieja hard.
ü Contoh hasil arkifonem, fonem [d]
pada kata hard yang bias berwujud [t] dan [d]
c)
Umlaut,
Ablaut, dan Harmoni Vocal
ü Umlaut adalah perubahan vocal
sedemikian rupa sehingga vocal itu diubah menjadi vocal yang lebih tinggi
sebagai akibat dari vocal yang berikutnya yang tinggi.
ü Ablaut adalah perubahan vocal yang
kita temukan dalam bahasa-bahasa Indo-Jerman untuk menandai pelbagai fungsi
gramatikal.
ü Harmoni vocal adalah perubahan
bunyi.
d) Kontraksi
Kontraksi adalah suatu pemendekan yang dapat berupa
hilangnya sebuah fonem atau lebih
e) Metatesis dan Epentesis
ü Metatesis merupakan proses mengubah
urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata.
ü Epentesis adalah sebuah fonem
tertentu disisipkan kedalam sebuah kata.
f) Fonem dan Grafem
ü Fonem adalah satuan bunyi bahasa
terkecil yang fungsional atau dapat membedakan makna kata.
ü Grafem
adalah sistem pelambangan bunyi alih-alih disebut system ejaan,pada dasarnya
grafem adalah huruf. Grafem ada dua macam,yaitu grafem yang mengikuti system fonetis
dan grafem yang mengikuti system fonemis.Grafem yang mengikuti system fonetis
lebih popular disebut ejaan fonetis ini melambangkan bunyi-bunyi yang diucapkan
penutur dalam bentuk huruf.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi,
Hasan. Dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta. Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.
Chaer,
Abdul. 2012. Linguistik Umum.
Jakarta. Rineka Cipta.
seharus nya tidak perlu memakai script anti copas, jadi ribet.
BalasHapus