Senin, 22 Juni 2015

ASPEK FONETIK (Tugas Linguistik Umum)



Tugas Individu (Aspek Fonetik)
Mata Kuliah               : Linguistik Umum
Nama                          : Heriyanti                             

Masalah yang pertama kali dihadapi oleh seseorang dalam mempelajari bahasa lisan, terutama bahasa asing, ialah masalah ucapannya. Sebelum mempelajari makna berbagai kata dan tata bahasa yang akan dihadapinya, terlebih dahulu ia harus mengenali bunyi-bunyi yang digunakan didalamnya. Fonetik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonetik mengacu pada artikulasi bunyi bahasa.
A.    Pengertian Fonetik
Fonetik adalah suatu cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mempelajari bunyi bahasa secara eksklusif atau  mempelajari bunyi bahasa tanpa melihat apakah bunyi tersebut membedakan arti atau tidak. Secara rinci dapat dikatakan bahwa fonetik adalah ilmu yang merekam dan menganalisis berbagai bunyi dan elemen-elemen bahasa serta penggunaan dan distribusinya di dalam kalimat-kalimat yang bersangkutan. Di dalam penggunaan bahasa lisan hampir selalu ada dua pihak yakni pembicara dan pendengar. Pihak pertama memproduksi bunyi-bunyi bahasa, sedangkan pihak kedua menerima dan memahaminya.
B.     Bidang Kajian Fonetik
1.      Fonetik artikulatoris/ organis/ fisiologis adalah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme  alat-alat   bicara yang ada dalam alat ucap manusia menghasilkan bunyi bahasa, bagaimana bunyi diucapkan dan dibuat, dan bagaimana bunyi bahasa itu diklasifikasikan  berdasarkan artikulasinya.
Catatan : Jenis fonetik ini banyak berhubungan dengan linguistik
2.      Fonetik akustis mempelajari bunyi bahasa dari segi bunyi bahasa sebagai gejala fisis atau fenomena alam.
Bunyi diteliti frekuensi getarannya, amplitudo, intensitas, dan timbrenya
Jenis fonetik ini lebih banyak berhubungan dengan fisika dalam laboratorium fonetis.
Misalnya: dalam pembuatan rekaman suara penyanyi, pembuatan telepon, dubbing , dan lain-lain.
3.      Fonetik auditoris mempelajari  bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi bahasa sebagai getaran udara.
Jenis fonetik ini cenderung masuk bidang neurologi ilmu kedokteran.             

C.    Alat Ucap
Pada bahasan sebelumnya telah disinggung bahwa bunyi bahasa dapat dipelajari dengan berbagai cara: akustik, auditoris, fisiologis (artikulatoris), sehingga tumbuhlah fonetik akustik, fonetik auditoris, dan fonetik artikulatoris. Fonetik artikulatoris membicarakan cara-cara alat ucap membentuk berbagai bunyi bahasa.
Alwi (2003: 47) merumuskan tiga faktor utama yang terlibat dalam pembentukan bunyi bahasa, yakni sumber tenaga, alat ucap yang menimbulkan getaran, dan rongga pengubah getaran.
Chaer (2012: 105) nama alat-alat ucap, atau alat-alat yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa adalah sebagai berikut :
1. paru-paru (lungs)
2. batang tenggorok (trachea)
3. pangkal tenggorok (larynx)
4. pita suara (vocal cord)                                                       
5. krikoid (cricoid)
6. tiroid (thyroid/lekum)
7. aritenoid (arythenoids)
8. dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)
9. epiglotis (epiglottis)
10. akar lidah (root of the tongue)
11. pangkal lidah (back of the tongue, dorsum)
12. tengah lidah (middle of the tongue, medium)
13. daun lidah (blade of the tongue, laminum)
14. ujung lidah (tip of the tongue, apex)
15. anak tekak (uvula)
16. langit-langit lunak (soft palate, velum)
17. langit-langit keras (hard palate, palatum)
18. gusi, lengkung kaki gigi (alveolum)
19. gigi atas (upper teeth, dentum)
20. gigi bawah (lower teeth, dentum)
21. bibir atas (upper lip, labium)
22. bibir bawah (lower lip, labium)
23. mulut (mouth)
24. rongga mulut (oral cavity)
25. rongga hidung (nasal cavity)
D.    Proses Fonasi
Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara bisa terus keluar, pita suara itu harus berada dalam posisi terbuka. Setelah melalui pita suara yang merupakan jalan satu-satunya untuk bisa keluar, entah melalui ronggga mulut atau rongga hidung, udara tadi diteruskan ke udara bebas. Kalau udara yang dari paru-paru itu keluar tanpa mendapat hambatan apa-apa, maka kita tidak akan mendengar bunyi apa-apa, selain barangkali bunyi napas. Hambatan terhadap udara atau arus udara yang keluar dari paru-paru itu dapat terjadi mulai dari tempat yang paling di dalam, yaitu pita suara, sampai pada tempat yang paling luar, yaitu bibir atas dan bawah.
E.     Tulisan Fonetik
Dalam tulisan fonetik setiap huruf atau lambang hanya digunakan untuk melambangkan satu bunyi bahasa, atau, kalau dibalik, setiap bunyi bahasa, sekecil apapun bedanya dengan bunyi yang lain, akan juga dilambangkan hanya dengan satu huruf atau lambang. Bandingkan dengan sistem ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sekarang, misalnya, huruf  e  digunakan untuk melambangkan lebih dari satu bunyi. Samakah bunyi huruf  e  pada kata kera, monyet dan sate? Samakah juga bunyi huruf  u  pada kata-kata Ingris but, put, dan hurt? Tentu saja tidak, sebab huruf  e  dan huruf  u  dalam bahasa Indonesia dan bahasa Ingris tersebut tidak digunakan secara fonetik. Dalam berbagai buku fonetik, atau fonologi, dan juga berbagai kamus bahasa Inggris kita jumpai berbagai macam tulisan fonetik itu.
F.     Klasifikasi Bunyi
Pada umumnya bunyi bahasa pertama-tama dibedakan atas vocal dan konsonan. Bunyi vocal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka sedikit ini menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru. Selanjutnya arus udara itu keluar melalui rongga mulut tanpa mendapat hambatan apa-apa, kecuali bentuk rongga mulut yang berbentuk tertentu sesuai dengan jenis vocal yang dihasilkan. Bunyi konsonan terjadi, setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar, diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi tertentu. Jadi, beda terjadinya huruf vocal dan konsonan adalah ; arus udara dalam pembentukan bunyi vocal; setelah melewati pita suara, tidak mendapat hambatan apa-apa; sedangkan dalam pembentukan bunyi konsonan arus udara itu masih mendapat hambatan atau gangguan. Bunyi konsonan ada yang bersuara ada yang tidak. Yang bersuara terjadi apabila pita suara terbuka sedikit, dan yang tidak bersuara apabila pita suara terbuka agak lebar. Bunyi vocal, semuanya adalah bersuara, sebab dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit.
1.      Klasifikasi Vokal
Bunyi vocal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertical bisa bersifat horizontal. Secara vertical dibedakan adanya vocal tinggi misalnya bunyi [i] dan [u]; vocal tengah misalnya bunyi [e] dan [∂]; dan vocal rendah misalnya bunyi [a]. secara horizontal dibedakan adanya vocal depan, misalnya, bunyi [i] dan [e]; vocal pusat misalnya bunyi [∂], dan vocal belakang  misalnya bunyi [u] dan [o]. kemudian menurut bentuk mulut dibedakan adanya vocal bundar dan vocal tak bundar. Disebut vocal bundar karena bentuk mulut membundar ketika mengucapkan vocal itu, misalnya, vocal [o] dan [u]. disebut vocal tak bundar karena bnetuk mulut tidak membundar, melainkan melebar, pada waktu mengucapkan vokal tersebut, misalnya vocal [i] dan [e].
2.      Diftong atau Vokal Rangkap
Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strikturnya. Namun, yang dihasilkan bukan dua buah bunyi, melainkan hanya sebuah bunyi karena berada dalam satu silabel. Contoh diftong dalam bahasa Indonesia adalah [au] seperti terdapat pada kata kerbau dan harimau. Contoh lainnya, bunyi [ai]seperti terdapat pada kata cukai dan landai. Apabila ada dua buah vikal berturutan, namun yang pertama terletak pada suku kata yang berlainan dari yang kedua, maka disitu tidak ada diftong. Jadi, vocal [au] dan [ai] pada kata seperti bau dan lain bukan diftong.
Diftong sering dibedakan berdasarkan letak dan posisi unsure-unsurnya, sehingga dibedakan adanya diftong naik dan diftong turun. Disebut diftong naik karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari pada bunyi yang kedua. Sebaiknya disebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi kedua. Dalam bahasa Indonesia hanya ada diftong naik. Dalam bahasa Inggris ada diftong naik ada juga diftong turun.
3.      Klasifikasi Konsonan
Bunyi-bunyi konsonan dibedakan berdasarkan tiga kriteria:

1.      Posisi pita suara
Berdasarkan posisi pita suara dibedakan, yaitu:
a.    Bunyi bersuara, terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi bersuara antara lain, bunyi [b] [d] [g] dan [c]. 
b.    Bunyi tak bersuara, terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar sehingga tidak ada getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi tak bersuara antara lain, bunyi [s], [k], [p], dan [t].
2.      Tempat artikulasi
Tempat artikulasi adalah alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi itu. Berdasarkan tempat artikulasinya, kita mengenal antara lain:
a.    Konsonan bilabial, konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir atas. Yang termasuk konsonan bilabial antara lain, bunyi  [b], [p], dan [m]. Bunyi [b] dan [p] adalah bunyi oral (bunyi yang dikeluarkan melalui rongga mulut) sedangkan [m] adalah bunyi nasal (bunyi yang dikeluarkan melalui rongga hidung).
b.    Konsonan labiodental, konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas, gigi bawah merapat pada bibir atas. Yang termasuk konsonan labiodental adalah bunyi [f] dan [v].
c.    Konsonan laminoalveolar, konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi, daun lidah menempel pada gusi. Yang termasuk konsonan laminoalveolar adalah bunyi [t] dan [d].
d.   Konsonan dorsovelar, konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak. Yang termasuk konsonan dorsovelar adalah bunyi [k] dan [g]. 

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. Dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta.

Lolyfatimah’s blogspot. 2013. http://fonem-dan-grafem. (Diakses 24 September 2014).

Julynur’s blogspot. 2012. http://fonologi. (Diakses 24 September 2014).

Odazzander’s blogspot. 2011. http://fonetik-dan-fonemik. (Diakses 24 September 2014)

1 komentar: