TUGAS AKHIR
PENELITIAN
SOSIOLINGUISTIK
TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK PENGGUNAAN BAHASA ALAY DALAM
PERGAULAN REMAJA DAN MEDIA SOSIAL
Disampaikan
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sosiolinguistik
Dosen Pengampu: Prof.
Dr. Hj. Johar Amir, M. Hum.
Disusun oleh
HERIYANTI
14B01030
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi,
bahasa Indonesia bukan saja dipakai sebagai alat komunikasi timbal balik antara
pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja dipakai sebagai alat perhubungan
antardaerah dan antarsuku, tetapi juga dipakai sebagai alat perhubungan formal
pemerintahan dan kegiatan atau peristiwa formal lainnya. Misalnya,
surat-menyurat antarinstansi pemerintahan, penataran para pegawai pemerintahan,
lokakarya masalah pembangunan nasional, dan surat dari karyawan atau pagawai ke
instansi pemerintah.
Bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari lembaga pendidikan terendah (taman
kanak-kanak) sampai dengan lembaga pendidikan tertinggi (perguruan tinggi) di
seluruh Indonesia, kecuali daerah-daerah yang mayoritas masih menggunakan
bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Di daerah ini, bahasa daerah boleh dipakai
sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan tingkat sekolah dasar sampai
dengan tahun ketiga (kelas tiga). Setelah itu, harus menggunakan bahasa
Indonesia. Karya-karya ilmiah di perguruan tinggi (baik buku rujukan, karya
akhir mahasiswa – skripsi, tesis, disertasi, dan hasil atau laporan penelitian)
yang ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan dengan baik
karena bahasa Indonesia itu meruoakan salah satu identitas atau jati diri
bangsaIndonesia. Setiap orang Indonesia patutlah bersikap positif terhadap
bahasa Indonesia, janganlah menganggap remeh dan bersikap negatif. Setiap orang
Indonesia mestilah berusaha agar selalu cermat dan teratur menggunakan bahasa
Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, mestilah dikembangkan
budaya malu apabila meraka tidak memperguanakn bahasa Indonesia dengan baik dan
benar. Anggapan bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang dipenuhi oleh kata,
istilah, dan ungkapan asing merupakan bahasa Indonesia yang “canggih” adalah
anggapan yang keliru. Begitu juga, penggunaan kalimat yang berpanjang-panjang
dan berbelit-belit, sudah tentu memperlihatkan kekacauan cara berpikir orang
yang menggunakan kalimat itu. Apabila seseorang menggunakan bahasa dengan
kacau-balau, sudah tentu hal itu menggambarkan jalan pikiran yang kacau-balau
pula. Sebaliknya, apabila seseorang menggunakan bahasa dengan teratur, jelas,
dan bersistem, cara berpikir orang itu teratur dan jelas pula. Oleh sebab itu,
sudah seharusnyalah setiap orang Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang
teratur, jelas, bersistem, dan benar agar jalan pikiran orang Indonesia
(sebagai pemilik bahasa Indonesia) juga teratur dan mudah dipahami orang lain.
Apabila yang muncul adalah sikap yang negatif, tidak baik,
dan tidak terpuji, akan berdampak pada pemakaian bahasa Indonesia yang kurang
terbina dengan baik. Mereka menggunakan bahasa Indonesia “asal orang mengerti”.
Muncullah pemakaian bahasa Indonesia sejenis bahasa prokem, bahasa plesetan,
dan bahasa jenis lain yang tidak mendukung perkembangan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Mereka tidak lagi memperdulikan pembinaan bahasa
Indonesia. Padalah, pemakai bahasa Indonesia mengenal ungkapan “Bahasa
menunjukkan bangsa”, yang membawa pengertian bahwa bahasa yang digunakan akan
menunjukkan jalan pikiran si pemakai bahasa itu. Apabila pemakai bahasa kurang
berdisiplin dalam berbahasa, berarti pemakai bahasa itu pun kurang berdisiplin
dalam berpikir.
Sikap bangsa Indonesia terhadap bahasa Indonesia cenderung
ambivalen, sehingga terjadi dilematis. Artinya, di satu pihak kita menginginkan
bahasa Indonesia menjadi bahasa modern, dan dapat mengikuti perkembangan zaman
serta mampu merekam ilmu pengetahuan dan teknologi global, tetapi di pihak lain
kita telah melunturkan identitas dan citra diri itu dengan lebih banyak
mengapresiasi bahasa asing sebagai lambang kemodernan (Warsiman, 2006:42-43).
Atas dasar itu, tidak heran jika para remaja masa kini lebih cenderung
menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul sebagai bagian dari hidupnya jika
mereka tidak ingin disebut ketinggalan zaman.
Interaksi global dalam berbagai bidang dewasa ini tidak bisa
dihindari. Akibatnya proses transaksi nilai-nilai global dengan sendirinya juga
akan terjadi. Bagaimana masyarakat kita dengan segala hasil budidayanya,
termasuk bahasa Indonesia.
Pada saat ini, dalam lingkungan pergaulan telah dikenal dan
berkembang bahasa alay (anak lebay). Bahasa alay itu mencampur aduk antara
tulisan, lisan, dan gambar, sehingga semuanya menjadi kacau. Kekacauan bahasa
itu terlihat karena peletakan gambar yang seenaknya dan kadang emosi juga
diungkapkan secara tidak tepat. Bahasa yang rusak itu justru dianggap sebagai
kreatifitas. Penutur bahasa dalam dunia maya memang kreatif, tapi kalau
rusak-rusakan tidak dapat dibilang kreatif. Kerusakan bahasa dan mudahnya
perubahan identitas itu melahirkan generasi yang berani bersikap dan asosial
atau individualis.
Sebenarnya penggunaan kata anak muda dirasa kurang pas,
karena penggunaan bahasa alay ini marak dipopulerkan oleh anak-anak ABG (anak
baru gede) seumuran SMP, maupun SMU. Bahasa ini sangat tidak lazim bagi
orang-orang sehat dan normal. Anak ABG selalu berhasil menciptakan sebuah image
baru mengenai dirinya walaupun hal tersebut banyak menabrak rambu-rambu yang
telah ada. Tidak terkecuali dengan bahasa alay ini, yang menggabungkan huruf
dengan angka, memperpanjang atau memperpendek pemakaian huruf atau memvariasi
huruf besar dan kecil membentuk sebuah kata dan kalimat. Bagi orang dewasa yang
masih berinteraksi dengan anak-anak ABG (baca = alay) tersebut, tentunya akan
sangat menyusahkan bila mereka menuliskan sesuatu (SMS/email misalnya).
Keberadaan bahasa alay dianggap kaum muda sebagai alat
komunikasi dalam pergaulan sehari-hari. Baik lisan maupun tulisan, bahasa ini
dianggap sebagai media berekspresi. Namun, tanpa disadari, lama kelamaan bahasa
alay bisa mengancam eksistensi Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan karena
semakin jauh berbeda dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, agar penelitian
ini jelas dan lebih terarah maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut
:
1.
Hal-hal
apa sajakah yang melatarbelakangi penggunaan bahasa Alay?
2.
Bagaimanakah
wujud penggunaan bahasa Alay dalam pergaulan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini
yakni untuk mendeskripsikan :
1.
Hal-hal
yang melatarbelakangi penggunaan bahasa Alay
2.
Wujud
penggunaan bahasa Alay dalam pergaulan.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat
Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah khazanah teori yang berhubungan dengan penggunaan bahasa Alay.
2.
Manfaat
Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan
manfaat bagi :
a. Bagi Masyarakat
Hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai adanya
faktor-faktor sosiolinguistik yang di terapkan pada pemakaian bahasa Alay.
b. Bagi Pengguna bahasa Alay
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai bahasa Alay
digunakan dalam pergaulan.
c. Peneliti Lain
Hasil
penelitian ini diharapkan mampu memberikan inspirasi maupun bahan pijakan
kepada peneliti lain untuk melaksanakan penelitian lanjutan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat
untuk mengekspresikan gagasan yang telah menjadi konsesus bersama. Ekspresi
bahasa tersebut menggambarkan kecendrungan masyarakat penuturnya. Oleh
karenanya, untuk mempelajari dan menjelaskan bahasa niscaya harus melibatkan
aspek-aspek sosial yang mencitrakan masyarakat tersebut (Harimurti
Kridalaksana, 1985: 4), seperti tatanan sosial, strata sosial, umur, lingkungan
dan lain-lain. Berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Chomsky bahwa bahasa
adalah asosial karena mengabaikan heterogenitas yang ada dalam masyarakat, baik
status sosial, pendidikan, umur, jenis kelamin latar belakang budayanya, dan
lain-lain.
Chomsky (dalam Wardhaugh, 1986: 10) memilah antara bahasa di
satu sisi dan budaya di sisi lain. Dalam mempelajari bahasa yang berhubungan
dengan sosial budaya akan menghasilkan empat kemungkinan. Pertama, struktur
sosial dapat mempengaruhi dan menentukan struktur atau perilaku bahasa. Kedua,
struktur dan perilaku bahasa dapat mempengaruhi dan menentukan struktur sosial.
Ketiga, hubungan keduanya adalah timbal balik. Keempat, struktur sosial dan
struktur bahasa sama sekali tidak berhubungan, inilah yang dianut oleh Chomsky.
Peranan bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk berkomunikasi
antara manusia yang satu dengan yang lain dalam suatu masyarakat. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Mustakim (1994 : 2) bahwa bahasa sebagai alat komunikasi
digunakan oleh anggota masyarakat untuk menjalin hubungan dengan masyarakat
lain yang mempunyai kesamaan bahasa.
Dengan bahasa, manusia dapat saling berhubungan dengan
manusia lainnya, walaupun latar belakang sosial dan budayanya berbeda. Oleh
karena itu, fungsi bahasa yang paling mendasar adalah untuk berkomunikasi
(P.W.J. Nababan, 1993 : 40), yaitu alat pergaulan dan perhubungan sesama
manusia sehingga terbentuk suatu sistem sosial atau masyarakat. Bahasa sebagai
bagian dari masyarakat merupakan gejala sosial yang tidak dapat lepas dari
pemakainya. Sosiolinguistik sebagai cabang ilmu bahasa merupakan
interdisipliner ilmu bahasa dan ilmu sosial, berusaha menempatkan kedudukan
bahasa dalam hubungannya dengan pemakaian di dalam masyarakat.
B.
Fungsi Bahasa dalam Masyarakat
Pada dasarnya, bahasa memiliki
fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni
sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi,
sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan
atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf,
1997: 3).
Bahasa memiliki peranan yang sangat
penting bagi masyarakatnya. Tanpa adanya bahasa, masyarakat tidak akan bisa
berkomunikasi satu sama lain. Dan jika itu terjadi, maka akan menyebabkan
ketidakharmonisan dalam bermasyarakat.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran
perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita
menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam
aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys
Keraf, 1997 : 4).
Di Indonesia terdapat banyak sekali
ragam bahasa, seperti bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Madura, dan masih
banyak lagi ragam bahasa lainnya. Namun dibalik keragaman itu, negara kita
memiliki bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa pemersatu bangsa. Fungsi sebagai
pemersatu telah terbukti selama ini bahwa bahasa Indonesia mampu mengikat
kebinekaan rumpun dan bahasa yang ada dengan mengatasi batas-batas kedaerahan
dan fungsi ini dapat ditingkatkan lagi dengan lebih mengintensifkan usaha
berlakunya suatu bahasa baku yang adab dan yang menjadi salah satu ciri manusia
Indonesia yang modern (Warsiman:2007).
C.
Variasi Bahasa
Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam
studi sosiolinguistik. Menurut Kridalaksana (1974) mendefinisikan
sosiolinguistik sebagai cabang linguistic yang berusaha menjelaskan cirri-ciri
variasi bahasa dan menetapkan korelasi cirri-ciri variasi bahasa tersebut
dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan.
Sebagai sebuah langue sebuah bahasa memiliki sisten dan
subsistem yang dipahami oleh semua penutur bahasa itu. Terjadinya keragaman
atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh penutur yang tidak
homogeny, tetapi juga karena interaksi sosial yang mereka lakukan sangat
beragam.
1.
Variasi
dari Segi Penutur
a.
Variasi
bahasa pertama berdasarkan penuturnya adalah variasi bahasa yang disebut
idiolek, yaitu variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep
idiolek, setiap orang mempunyai varias bahasanya atau idioleknya masing-masing.
Variasi idiolek ini berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa,
susunan klaimta dan sebagainya.
b.
Variasi
bahasa kedua berdasarkan penuturnya adalah dialek,yakni varias bahasa dari
sekelompok penutur yang jumlahnya relative, yang berada pada satu tempat, wilayah,
atau area tertentu. Karena dialek ini berdasarkan pada wilayah atau area tempat
tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional,
dialek geografi. Bidang studi linguistic yang mempelajari dialek-dialek ini
adalah dialektologi. Bidang studi ini dalam kerjanya berusaha membuat peta
batas-batas dialek dari sebuah bahasa, yakni dengan cara membandingkan bentuk
dan makna kosakata yang digunakan dalam dialek-dialek itu.
c.
Variasi
bahasa ketiga berdasarkan penutur adalah kronolek, yakni variasi bahasa yang
digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu.
d.
Variasi
bahasa yang keempat berdasarkan penuturnya adalah sosiolek atau dialek sosial,
yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial
para penuturnya. Perbedaan pekerjaan, profesi, jabatan atau tugas para penutur
dapat juga menyebabkan adanya variasi sosial. Sehubungan dengan variasi bahasa
berkenaan dengan tingkat, golongan , status, dan kelas sosial para penuturnya,
biasanya dikemukakan orang variasi bahasa yang disebut akrolek, basilek,
vulgar, slang kolokial, jargon, argon dan ken. Ada juga yang menambahkan dengan
yang disebut bahasa prokem
2.
Variasi
dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa yang berkenaan dengan penggunaannya,
pemakaiannya, atau fungsinya disebut fungsiolek (Nababan 1984), ragam atau
register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya,
atau tingka keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan
bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa iu digunakan untuk keperluan atau
bidang apa. Misalnya, bidang sastra, jurnalistik, militer, pertanian,
pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan.
Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang tampak cirinya adalah dalam
bidang kosakata.
3.
Variasi
dari Segi Keformalan
Berdasarkan
tingkat keformalan, Martin Joos(1967) dalam bukunya The Five Clock membagi
variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu gaya atau ragam beku, gaya atau
ragam resmi, gaya atau ragam usaha, gaya atau ragam santai, dan gaya atau ragam
akrab.
Dalam
kehidupan kita sehari-hari kelima ragam di atas, yang dilihat dari tingkat
keformalan penggunaannya, mungkin secara bergantian kita gunakan. Sebenarnya
banyak faktor atau variable lain yang menentukan pilihan ragam mana yang harus
digunakan.
4.
Variasi
dari Segi Sarana
Variasi
bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal
ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis, atau ragam dalam
berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, yakni misalnya dalam
bertelepon dan bertelegraf. Adanya ragam bahasa tulis dan bahasa lisan memiliki
wujud struktur yang tidak sama. Adanya ketidaksamaan wujud struktur ini adalah
karena dalam berbahasa lisan atau dalam menyampaikan informasi secara lisan,
kita dibantu oleh unsure-unsur nonsegmental atau unsure nonlinguistic yang
berupa nada suara, gerak-gerik tangan, gelengan kepala dan sejumlah
gejala-gejala fisik lainnya.
D.
Bahasa Alay
Alay berasal dari kata Anak Layangan. Bahasa Alay bisa
dikatakan bahasa kampungan, karena memang bahasa tersebut sungguh-sungguh tidak
memngenal etika berbahasa dan biasanya yang bermain layangan adalah anak-anak
kampung (orang kota juaga sering, namun kota pinggiran). Apabila kita
menggunakan bahasa Alay secara tidak langsung telah melecehkan lawan bicara
kita baik secara tulisan ataupun lisan. Pada umumnya bahasa alay lebih nampak
dalam bentuk tulisan.
Alay, Alah lebay, Anak Layu, atau Anak keLayapan yang
menghubungkannya dengan anak Jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling santer
adalah anak layangan. Dominannya, istilah ini untuk menggambarkan anak yg sok
keren, secara fashion, karya (musik) maupun kelakuan secara umum. Konon asal
usulnya, alay diartikan “anak kampong” karena anak kampung yang rata-rata
berambut merah dan berkulit sawo gelap karena kebanyakan main layangan.
Koentjara Ningrat: "Alay adalah gejala yang dialami
pemuda-pemudi Indonesia, yang ingin diakui statusnya diantara teman-temannya.
Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus
meningkatkan kenarsisan, yang cukup mengganggu masyarakat dunia maya (baca:
Pengguna internet sejati, kayak blogger dan kaskuser). Diharapkan Sifat ini
segera hilang, jika tidak akan mengganggu masyarakat sekitar.
Selo Soemaridjan: "Alay adalah perilaku remaja
Indonesia, yang membuat dirinya merasa keren, cantik, hebat diantara yang lain.
Hal ini bertentangan dengan sifat Rakyat Indonesia yang sopan, santun, dan
ramah. Faktor yang menyebabkan bisa melalui media TV (sinetron), dan musisi
dengan dandanan
seperti itu."
seperti itu."
Salah satu ciri dari alay tersebut adalah tulisannya yang
aneh dan di luar nalar serta akal sehat. Di sini, saya akan mengklasifikasikan
alay-alay ke beberapa tingkatan atau strata menurut dari tulisan mereka (di
sini saya bukan mau ngebahas alay dari wajah atau penampilannya, wajah adalah
pemberian dari Tuhan yang merupakan anugerah untuk kita. Kalo tulisan kan emang
biasanya dibuat oleh para alay itu sendiri).
Sepertinya inilah tren generasi alay. Tulisan gaya alay bisa
dengan mudah ditemukan di blog dan forum di internet. Semua kata dan kalimat
‘dijungkirbalikkan’ begitu saja dengan memadukan huruf dan angka. Penulisan
gaya alay atau anak lebay tidak membutuhkan standar baku atau panduan khusus,
semua dilakukan suka-suka dan bebas saja. Sepertinya inilah tren generasi alay.
Tulisan gaya alay bisa dengan mudah ditemukan di blog dan forum di internet.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, peneliti sebagai
instrumen kunci. Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan
pendekatan kontekstual yang mengarah pada bahasa-bahasa alay yang
digunakan para remaja di media sosial.
B. Data
dan Sumber Data
1.
Data
Data penelitian ini
adalah Data yang
dikumpulkan berupa kata atau kalimat dari layanan SMS
(Short Message Service) dan media sosial.
2. Sumber
Data
Untuk memeroleh data yang diperlukan guna menjawab
masalah penelitian, ditetapkan sumber data, yaitu layanan SMS (Short Message
Service) dan media sosial.
C. Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui teknik pengamatan
dan pencatatan dari sumber data.
D. Teknik
Analisis Data
Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini ialah model analisis interaktif yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992: 15-20). Model analisis interaktif
lebih tepat digunakan sebab relevan dengan rancangan penelitian ini. Relevansi
tersebut dapat dilihat pada karakteristik analisis model interaktif, yakni
dapat dilakukan dengan empat langkah: (1) selama pengumpulan data, (2)
pereduksian data, (3) penyajian data, dan (4) penyimpulan data. Berdasarkan
model analisis interaktif tersebut, analisis data penelitian ini dilakukan
melalui dua tahap. Tahap pertama, yakni proses pengumpulan data dan tahap
kedua, yakni analisis data.
Tahap pertama, yakni
proses pengumpulan data dilakukan melalui langkah-langkah: (1) reduksi, (2)
penyajian, (3) verifikasi data. Tahap kedua, yakni analisis data dilakukan
langkah-langkah (1) skrip, (2) kategorisasi, (3) penafsiran, dan (4)
penyimpulan data.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Faktor-faktor yang Melatarbelakangi
Penggunaan Bahasa Alay
Bahasa hanya bisa muncul akibat adanya interaksi sosial.
Dalam interaksi sosial terjadi saling pengaruh mempengaruhi. Dalam proses
interaksi, orang yang lebih aktif melakukan komunikasi akan mendominasi
interaksi tersebut. Maka tak heran apabila suatu bahasa lebih banyak dipakai,
maka bahasa itu akan berkembang dalam masyarakat. Bahasa dan masyarakat akan selalu menjadi pasangan yang
mengisi satu sama lain, karena adanya interaksi sosial yang menggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi, sebenarnya masih ada alat lain untuk berkomunikasi
akan tetapi bahasa mungkin yang terbaik dalam berkomunikasi. Didalamnya ada
penutur dan juga tindak tutur, bahasa yang bersifat arbitrer dan bersifat
universal sangat memungkinkan utuk melahirkan kata-kata atau padanan baru dalam
bahasa tersebut. Perkembangan bahasa pada masyarakat kita mungkin sudah sejak
dahulu mengalami perkembangan misalnya di era Sembilan puluhan yang pernah
menjadi “trend” yaiitu bahasa prokem atau bahasa gaul yang di populerkan oleh
remaja pada waktu itu. Demkian hal nya pada remaja saat ini mungkin kita sudah sangat sering dan sangat familiar sekali dengan yang namanya
komunitas anak layangan atau yang lebih dikenal dengan nama “alay”.
Alay itu sendiri adalah singkatan dari Anak layangan, Alah
lebay, Anak Layu, atau Anak keLayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul
(Jarang Pulang). Tapi yang paling santer adalah anak layangan. Dominannya,
istilah ini untuk menggambarkan anak yg sok keren, secara fashion, karya
(musik) maupun kelakuan secara umum. Konon asal usulnya, alay diartikan
"anak kampung. karena anak kampung yang rata-rata berambut merah dan
berkulit sawo gelap karena kebanyakan main layangan. Gejala anak layang ini ini
biasanya di tunjukan dengan cara mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakain,
sekaligus meningkatkan kenarsisan. Anak layangan atau alay ini sama seperti
komunitas lainnya yang memiliki bahasa tersendiri yang sebagian besar hanya
komunitas mereka lah yang mengerti
dan
memahami tulisan maupun bahasa mereka. Mengapa dikatakan sebagian besar hanya
anak alay yang mengerti bahasa ataupun tulisan mereka, ini dikarenakan bahasa
alay sangat sulit di mengerti atau dibaca oleh orang awam yang tidak biasa
berbahasa alay. Akan tetapi bahasa ini di anggap oleh komunitas alay sebagai
bahasa yang biasa-biasa saja karena simple dan tidak ribet. Bahasa Alay ini
juga sedikit mengadopsi sedikit logat – logat ke-melayuan, dan hingga saat ini
bahasa ini telah dipakai untuk SMS , Chatting/jejaring sosial, ataupun untuk
penulisan sehari – hari. Bahasa alay juga banyak digunakan oleh sebagian
selebritis dan kalangan remaja tertentu lainnya. Secara perlahan bahasa ini
juga merambah kalangan remaja terutama di kota-kota besar seperti
Bandung. Dikarenakan aturan pembentukan kata bahasa alay cenderung tidak
konsisten, maka untuk orang awam dibutuhkan waktu untuk menghafal dan
memahaminya.
Bahasa alay dapat diartikan sebagai variasi bahasa yang
bersifat sementara yang biasanya berupa singkatan menggabungkan huruf dengan
angka, memperpanjang atau memperpendek dan mencampurkan huruf besar dan kecil
membentuk sebuah kata maupun kalimat. Bahasa alay lebih sering digunakan oleh
anak-anak remaja seumuran SMP maupun SMU, yang secara tidak langsung bahasa
tersebut menjadi suatu budaya. Uniknya, bahasa pergaulan yang sebenarnya
diciptakan untuk kalangan terbatas justru berkembang menjadi bahasa pergaulan
yang digunakan bahasa sehari-hari. Hal itu, karena terjadi kebocoran ragam
bahasa. Bocor dari kelompok social tertentu ke kelompok social lainnya.
Bahasa Alay muncul pertama kalinya sejak ada program SMS
(Short Message Service) atau pesan singkat dari layanan operator yang
mengenakan tarif per karakter ataupun per SMS yang berfungsi untuk menghemat
biaya. Namun dalam perkembangannya kata-kata yang disingkat tersebut semakin
melenceng, apalagi sekarang sudah ada situs jejaring sosial. Dan sekarang
penerapan bahasa Alay sudah diterapkan di situs jejaring sosial tersebut, yang
lebih parahnya
lagi
sudah bukan menyingkat kata lagi, namun sudah merubah kosa katanya bahkan cara
penulisannya pun bisa membuat sakit mata orang yang membaca karena menggunakan
huruf besar kecil yang diacak ditambah dengan angka dan karakter
tanda baca. Bahkan arti kosa katanya pun menceng jauh dari yang dimaksud.
Bahasa alay mulai berkembang melalui jejaring social
“facebook” yang terlihat pada wall/dinding di facebook, coment-coment dan
status para pengguna facebook yang mungkin sering kali kita lihat atau tidak
sengaja membaca kalimat yang berbeda dari tulisan biasanya. Contohnya saja
ketika sesorang remaja mengucapkan kata “akuwh yang artinya aku” atau U ” yang
berarti kamu”. Contoh lainnya yaitu penggunaan bahasa-bahasa alay yang dipakai
oleh Indra Herlambang dalam memandu acara Kaca Mata “ di salah satu stasiun
televisi swasta, Indra mengucapkan kata keren” menjadi krenz” atau,, manis”
menjadi kata ,,maniezt”.
Kehadiran jejaring social “facebook” harus diakui awalnya
sangat ikut mendorong munculnya ragam bahasa tersendiri. Istilah populernya
bahasa alay, akronim dari anak lebay, yakni bahasa tulis berupa campuran bahasa
gaul lisan, bahasa asing khususnya Inggris, singkatan, kode, angka, dan
visualisasi. Bahasa ini berkembang di kalangan remaja, namun dalam pergaulan
media jejaring sosial juga digunakan orang dewasa bahkan lansia. Semakin lama
bahasa ini kian berkembang sehingga seorang dewasa yang telat memiliki akun
menggunakan bahasa alay. Bahasa alay pada dasarnya memanfaatkan bahasa prokem
anak muda Ibu Kota, ragam bahasa yang berkembang di akhir 1980-an, dan kemudian
jadi ragam bahasa ragam bahasa yang berkembang di akhir 1980-an, dan kemudian
jadi ragam bahasa media jejaring sosial yang khas. Dalam pergaulan media
jejaring social, bahasa alay dipergunakan sebagai bahasa pergaulan, karena
sifatnya yang unik, lucu, aneh bila didengar, yang maknanya bisa jadi
bertentangan dengan arti yang lazim. Pesatnya perkembangan jumlah pengguna
bahasa Alay menunjukkan semakin akrabnya genersai muda Indonesia dengan dunia
teknologi terutama internet. Munculnya bahasa Alay juga menunjukkan adanya
perkembangan zaman yang dinamis, karena suatu bahasa harus menyesuaikan dengan
masyarakat penggunanya agar tetap eksis.
Bahasa alay ini bukan hanya alat komunikasi, namun juga alat
identifikasi. Para remaja menggunakan bahasa alay ini bisa jadi untuk
mengidentifikasikan diri mereka sebagai seorang alay. Pengunaan bahasa alay
juga dapat berguna untuk menumbuhkan eksistensi diri. Bahasa ini digunakan oleh
kalangan remaja sebagai bahasa kode atau singkatan agar kata-kata menjadi aneh,
lucu dan menarik. Tidak dipungkiri hingga sekarang bahasa alay semakin luas
pemakaiannya dan semakin banyak para remaja bahkan orang dewasa menggunkan
penulisan atau pengucapan bahsa alay karena adanya unsur daya tarik yang
membuat orang orang yang sebelumnya kurang paham akan bahasa alay ini menjadi
ingin tahu dan akhirnya mengikuti menggucapkan atau menulis dengan bahasa alay.
B.
Wujud penggunaan bahasa alay
1.
Karakteristik
Bahasa Alay
Seiring dengan
semakin banyaknya penggunaan bahasa alay pada kalangan remaja, variasi atau
karasteristiknya pun semakin beragam. Antara lain:
a. Pemakaian huruf
besar kecil yang berantakan dalam satu kalimat,
contohnya: “kaMu Lagi nGapaiN?”
b. Penggunaan
angka sebagai pengganti huruf,
contohnya: “k4mu L49i n94p4in?”
c. Penambahan atau
pengurangan huruf-huruf dalam satu kalimat,
contohnya: “amue agie ngapaein?”
d. Menambahkan
atau mengganti salah satu huruf dalam kalimat,
contohnya: “xmoe agie ngaps?”
e. Penggunaan
simbol-simbol dalam kalimat,
contohnya: “k@mu L@g! nG@p@!n?”
Contoh-contoh tersebut masih sangat sedikit, itu artinya
masih banyak lagi variasi-variasi atau karasteristik penggunaan bahasa alay di
kalangan remaja saat ini. Karasteristik tersebut juga tidak dapat
diketahui dan dijelaskan secara pasti karena kata-kata dalam bahasa alay itu
sendiri tidak mempunyai standar yang pasti, hanya disesuaikan oleh mood atau
teknik penulisan si pembuat kalimat.
2. Wujud penggunaan bahasa alay dalam layanan SMS dan Media
Sosial
Bahasa Inggris sebenarnya lebih banyak alaynya daripada
Bahasa Indonesia. Seperti LOL (laughing out loud), ROFL (rolling on the floor
laughing) misalnya, FYI (For your Information) atau CMIIW (correct me if I'm
wrong) misalnya. Masalahnya pengguna Bahasa Inggris berasal dari berbagai
negara sehingga tiap-tiap negara menciptakan aksen dialek (british, american,
australian, russian, indian, chinese, dan lain-lain) dan belum lagi dicampur
dengan kosakata dari anak muda. Jadi, keberadaan bahasa alay itu normal karena
artinya ada akulturasi budaya.
Berikut
adalah kata-kata yang lazim dipakai oleh komunitas alay:
Add
: Et, Ett (biasanya minta di add
friendster/facebook/twitter)
Aja
: Ja, Ajj
Aku
: Akyu, Akuwh, Akku, q.
Anak
: Nax, Anx, Naq
Apa
: Pa, PPa (PPa ???)
Banget
: Bangedh, Beud, Beut
Baru
: Ru
Belum
: Lom, Lum
Bokep
: Bokebb
Boleh
: Leh
Buat
: Wat, Wad
Cakep
: Ckepp
Cape
: Cppe, Cpeg
Cewek
: Cwekz
Chat
: C8
Cowok
: Cwokz
Cuekin
: Cuxin
Curhat
: Cvrht
Deh
: Dech, Deyh
Dong
: Dumz, Dum
Dulu
: Duluw
Gitu
: Gtw, Gitchu, Gituw
Gue
: W, Wa, Q, Qu, G
Hai
: Ui
Halo
: Alow
Imut
: Imoetz, Mutz
Ini
: Iniyh, Nc
Kakak
: Kakagg
Kalau
: Kaluw, Klw, Low
Kalian
: Klianz
Kamu
: Kamuh, Kamyu, Qmu, Kamuwh
Kan
: Khan, Kant, Kanz
Karena/Soalnya
: Coz, Cz
Kenal
: Nal
Keren
: Krenz, Krent
Ketawa
: wkwkwk, xixixi, haghaghag, w.k.k.k.k.k.,
wkowkowkwo
Khusus
: Khuzuz
Kok
: KoQ, KuQ, Kog, Kug
Kurang
: Krang, Krank (Crank?)
Lagi
: Ghiy, Ghiey, Gi
Lo/kamu
: U
Loh
: Loch, Lochkz, Lochx
Love
: Luph, Luff, Loupz, Louphh
Lucu
: Luthu, Uchul, Luchuw
Lupa
: Lupz
Maaf
: Mu’uv, Muupz, Muuv
Main
: Men
Makan
: Mumz, Mamz
Manis
: Maniezt, Manies
Masuk
: Suk, Mzuk, Mzug, Mzugg
Mengeluh
: Hufft
Nggak
: Gga, Gax, Gag, Gz
Nih
: Niyh, Niech, Nieyh
Nya, contoh : misalnya, jadi misalna,
misal’a, misal.a
Paling
: Plink, P’ling
Pasti
: Pzt
Punya
: Pya, P’y
Reply
: Repp (ini yang paling sering
ditemukan di dunia maya)
Rumah
: Humz, Hozz
Salam
: Lam
Sayang
: Saiank, Saiang
Sempat
: S4
Setiap
: Styp
Siapa
: Sppa, Cppa, Cpa, Spa
Sih
: Siech, Sieyh, Ciyh
SMS
: ZMZ, XMX, MZ
Sorry
: Cowwyy, Sowry
Tapi
: PPi
Tau
: Taw, Tawh, Tw
Telepon
: Tilp
Tempat
: T4
Terus
: Rus, Tyuz, Tyz
Tiap
: Tyap
Tuh
: Tuwh, Tuch
Udah
: Dagh
Ya/Iya
: Yupz, Ia, Iupz
Yang
: Iank/Iang, Eank/Eang (ada juga yang
iiank/iiang)
Yuk
: Yuq, Yuqz, Yukz
Contoh
kalimat alay:
Aq 4L4Y — QM Maw Ap4h?!
Aq 4L4Y — QM Maw Ap4h?!
QmO
dLaM iDopQhO (kamu dalam hidupku..)
q
tWo……… (aku tau……)
qMo
mANk cLiD wAd cYanK m qHo (kamu memang sulit buat sayang sama aku)
tPhE
qMo pLu tHwO„„„ (tapi kamu perlu tau….)
mY
LuPi”…… (my love, cintaku, lupi lupi di kuping gue kedengerannya kayak permen
yupi) aLwaYs 4’U……… (always for you, cuman buat kamu)
cO’nA
cMa qMo YaNk Co WaD qHo cYuM… (soalnya cuma kamu yang cowo buat aku senyum -oke
ni si ophi jelas jelas tidak mengikuti kaidah yang benar dalam membuat struktur
kalimat)
k’tHwA„„„„„„„� ��„„ (ketawa…)
cNeNk……………..
(dan senang)
tHanKz
b’4„„„„„„ (thanks before, terimakasih sebelumnya)
yOz
aLaWAiCe d bEzT……… (you always the best, kamu selalu yang terbaik -ALAWAICE?
WTF?)
iN
meYe heArD„„„„„„, (in my heart, dalam hatiku)
tHo_tHo……
(dadah -ini dadah)
LupHz
yOu„„ (love you, sayang kamu)
bU_bU„„„
(tidur)
I’m
ReGrEeEeeEEeeEet nOw……………. (aku menyesal sekarang)
naFaZ„„„„„„„„� ��, (napas)
bNcHi
qOh nGmBAnK………………. (benci aku ngambang)
hOeKkkKKk……………..
(sound effect muntah, HOEEEKK).
nPhA
jDe gnE????????? ?????? (mengapa jadi begini?)
i
dOn’t LiKe tHaT………….. (I don’t like that, aku tidak suka itu)
qOh
g Mo iDoP dLAM kmNfqAn………. (aku ga mau hidup dalam kemunafikan)
tHiZ
iZ buLLsHiT!!!! !!!!!!! (this is bullshit!, ini semua omong
kosong!!! -penuh amarah membara)
kosong!!! -penuh amarah membara)
sHiT!!!!!!!!
!!!!!!!!! !!!!! !!!!!!!!!!!! !!!! (shit!!!!!! TA* )
SADAM
WITHOUT WORD!!!!!!!! !!!!!!!!! !! (sadam without word, sadam tanpa kata -WTF
tiba tiba bawa sadam? ato DIAM maksudnya? oh diam deh kayaknya)
HAifTf………………
(huff)
TaKe
mE 2 yOuR hEaRtZzz???? ????????? ????? (take me to your heart, bawa aku ke
dalam hatimu)
cXnK
qMoh tO cKiDnAAAAaaaAaAaaaa……. (sayang kamu tuh sakitnya…)
m_tHa
apOn YoH……………… (minta ampun ya…)
qoH
tLuZ”aN uCHA bWaD tTeP qEqEUh cXnK qMo………. (aku terus terusan berusaha buat
tetep kekeuh sayang kamu…)
bUD„„„„„„„„„
, (but, tetapi…)
UhuHuHfTFTf…………..
.. (huft huft -ehem ophi centil deh)
cIa”
adJA………………… (sia sia aja -CIA? yang di amerika?)
shIt????????
???? (TA*??????)
maYbe???????
???????? (maybe, mungkin????? )
ckIdDDdddDDDd„„„„„� �, „„„„„„„„„„ „„„ „„ (SAKIIIIIIT!
-ini ngomong sakitdoang kayak suara ban ngerem ehm)
pGEn
qOh tO bLanK……………………. . (pengen aku tuh bilang)
U
bLOkE mY hEaLtH!!!!!! !!!!!!!!! ! (you bloke my health, kamu cowokesehatanku,
atau kamu merusak kesehatanku? -HAHAHAHAHA YOU BROKE MY HEART KOK JADI YOU
BLOKE MY HEALTH? jauh gitu artinyaaaa! LOL)
i
tHinK…………….. (aku pikir…)
it’Z
DISGUSTING vOiCE……………….. (itu suara menjijkan -ga nyambung)
anDeE………………….
(andaiii…)
adJA
g2 dRe wAL…………….. (aja gitu dari awal)
qTaH
gAg mKeN dIEM”aN gNe tOh???!?@??@ ?@??@@?@? (kita ga makin diem dieman gini
tho’?)
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tata bahasa Indonesia saat ini sudah
banyak mengalami perubahan. Masyarakat Indonesia sudah tidak bisa lagi
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, terutama pada kalangan
remaja. Hal tersebut terjadi karena adanya budaya asing dan berbagai variasi
bahasa yang mereka anggap sebagai kreatifitas. Mereka lebih memilih menggunakan
bahasa baru tersebut daripada bahasa Indonesia, karena mereka takut dikatakan
sebagai remaja yang kampungan dan ketinggalan jaman. Bahasa baru itu mereka
sebut dengan “bahasa Alay”.
Penggunaaan bahasa Alay sudah semakin
berkembang dikalangan remaja saat ini. Hal tersebut tentunya sangat
mengkhawatirkan dan berdampak buruk bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa
Indonesia itu sendiri. Karena masyarakat Indonesia nantinya akan melupakan dan
tidak lagi menggnakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Ada pun upaya dalam
meinggalkan bahasa alay untuk meningkatkan penguasaan bahasa Indonesia itu
harus dimulai dari diri sendiri, sebab untuk merubah sesuatu hal apa pun yang
besar harus dimulai dari dalam diri kita sendiri. Begitu pula dengan penguasaan
bahasa Indonesia dan meninggalkan bahasa alay, dengan menerapkan hal-hal yang
sudah diberikan penulis di atas, bukan tidak mungkin kemampuan dalam penguasaan
bahasa Indonesia kita akan meningkat.
B.
Saran
Sebenarnya sah-sah saja bagi mereka
(terutama remaja) yang menggunakan bahasa alay, karena hal tersebut merupakan
bentuk kreatifitas yang mereka buat. Namun sebaiknya penggunaan bahasa alay
dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi atau tidak digunakan pada
situasi-situasi yang formal. Misalnya pada saat berbicara dengan teman. Teman
disini adalah mereka yang mengetahui dan mengerti bahasa alay tersebut. Tetapi
juga jangan sampai menghilangkan budaya berbahasa Indonesia kita. Karena biar
bagaimanapun bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa kebanggaan kita dan wajib
untuk dijaga serta dilestarikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aslinda,
dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Rifika
Aditama.
Chaer,
Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hudson. R.A. 1980. Sociolinguistics.
Cambridge: Cambridge
Kridalaksana, Harimurti. 1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Flores: Nusa Indah.
Miles & Huberman.
1992. Model Analisis data. Bandung.
Tarsito.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke
Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nababan, P.W.J. (1993) Sosiolinguistik: suatu
pengantar/P.W.J. Nababan. Jakarta Gramedia Pustaka Utama 1993.
Penggunaan Bahasa.” (http://www2,kompas. com.htm, diakses 25
April 2015).
Seminar Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa. Chaer, A.
& Agustina, L. 1995. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Wardhaugh, Ronald. 1986. An Intriduction to Lingusitics. New
York: Basil, Blackwell
Warsiman. 2007. Kaidah bahasa Indonesia yang Benar: untuk
Penulisan Karya Ilmiah (Laporan-Skripsi-Tesis-Desertasi). Bandung: Dewa
Ruchi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar