Senin, 18 Mei 2015

Tugas Penelitian Sosiolinguistik tentang Bahasa Alay




UNM

TUGAS AKHIR
PENELITIAN SOSIOLINGUISTIK
TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK PENGGUNAAN BAHASA ALAY DALAM PERGAULAN REMAJA DAN MEDIA SOSIAL

Disampaikan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sosiolinguistik
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hj. Johar Amir, M. Hum.

Disusun oleh

HERIYANTI
14B01030

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia bukan saja dipakai sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja dipakai sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, tetapi juga dipakai sebagai alat perhubungan formal pemerintahan dan kegiatan atau peristiwa formal lainnya. Misalnya, surat-menyurat antarinstansi pemerintahan, penataran para pegawai pemerintahan, lokakarya masalah pembangunan nasional, dan surat dari karyawan atau pagawai ke instansi pemerintah.
Bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari lembaga pendidikan terendah (taman kanak-kanak) sampai dengan lembaga pendidikan tertinggi (perguruan tinggi) di seluruh Indonesia, kecuali daerah-daerah yang mayoritas masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Di daerah ini, bahasa daerah boleh dipakai sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan tingkat sekolah dasar sampai dengan tahun ketiga (kelas tiga). Setelah itu, harus menggunakan bahasa Indonesia. Karya-karya ilmiah di perguruan tinggi (baik buku rujukan, karya akhir mahasiswa – skripsi, tesis, disertasi, dan hasil atau laporan penelitian) yang ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan dengan baik karena bahasa Indonesia itu meruoakan salah satu identitas atau jati diri bangsaIndonesia. Setiap orang Indonesia patutlah bersikap positif terhadap bahasa Indonesia, janganlah menganggap remeh dan bersikap negatif. Setiap orang Indonesia mestilah berusaha agar selalu cermat dan teratur menggunakan bahasa Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, mestilah dikembangkan budaya malu apabila meraka tidak memperguanakn bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Anggapan bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang dipenuhi oleh kata, istilah, dan ungkapan asing merupakan bahasa Indonesia yang “canggih” adalah anggapan yang keliru. Begitu juga, penggunaan kalimat yang berpanjang-panjang dan berbelit-belit, sudah tentu memperlihatkan kekacauan cara berpikir orang yang menggunakan kalimat itu. Apabila seseorang menggunakan bahasa dengan kacau-balau, sudah tentu hal itu menggambarkan jalan pikiran yang kacau-balau pula. Sebaliknya, apabila seseorang menggunakan bahasa dengan teratur, jelas, dan bersistem, cara berpikir orang itu teratur dan jelas pula. Oleh sebab itu, sudah seharusnyalah setiap orang Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang teratur, jelas, bersistem, dan benar agar jalan pikiran orang Indonesia (sebagai pemilik bahasa Indonesia) juga teratur dan mudah dipahami orang lain.
Apabila yang muncul adalah sikap yang negatif, tidak baik, dan tidak terpuji, akan berdampak pada pemakaian bahasa Indonesia yang kurang terbina dengan baik. Mereka menggunakan bahasa Indonesia “asal orang mengerti”. Muncullah pemakaian bahasa Indonesia sejenis bahasa prokem, bahasa plesetan, dan bahasa jenis lain yang tidak mendukung perkembangan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Mereka tidak lagi memperdulikan pembinaan bahasa Indonesia. Padalah, pemakai bahasa Indonesia mengenal ungkapan “Bahasa menunjukkan bangsa”, yang membawa pengertian bahwa bahasa yang digunakan akan menunjukkan jalan pikiran si pemakai bahasa itu. Apabila pemakai bahasa kurang berdisiplin dalam berbahasa, berarti pemakai bahasa itu pun kurang berdisiplin dalam berpikir.
Sikap bangsa Indonesia terhadap bahasa Indonesia cenderung ambivalen, sehingga terjadi dilematis. Artinya, di satu pihak kita menginginkan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern, dan dapat mengikuti perkembangan zaman serta mampu merekam ilmu pengetahuan dan teknologi global, tetapi di pihak lain kita telah melunturkan identitas dan citra diri itu dengan lebih banyak mengapresiasi bahasa asing sebagai lambang kemodernan (Warsiman, 2006:42-43). Atas dasar itu, tidak heran jika para remaja masa kini lebih cenderung menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul sebagai bagian dari hidupnya jika mereka tidak ingin disebut ketinggalan zaman.
Interaksi global dalam berbagai bidang dewasa ini tidak bisa dihindari. Akibatnya proses transaksi nilai-nilai global dengan sendirinya juga akan terjadi. Bagaimana masyarakat kita dengan segala hasil budidayanya, termasuk bahasa Indonesia.
Pada saat ini, dalam lingkungan pergaulan telah dikenal dan berkembang bahasa alay (anak lebay). Bahasa alay itu mencampur aduk antara tulisan, lisan, dan gambar, sehingga semuanya menjadi kacau. Kekacauan bahasa itu terlihat karena peletakan gambar yang seenaknya dan kadang emosi juga diungkapkan secara tidak tepat. Bahasa yang rusak itu justru dianggap sebagai kreatifitas. Penutur bahasa dalam dunia maya memang kreatif, tapi kalau rusak-rusakan tidak dapat dibilang kreatif. Kerusakan bahasa dan mudahnya perubahan identitas itu melahirkan generasi yang berani bersikap dan asosial atau individualis.
Sebenarnya penggunaan kata anak muda dirasa kurang pas, karena penggunaan bahasa alay ini marak dipopulerkan oleh anak-anak ABG (anak baru gede) seumuran SMP, maupun SMU. Bahasa ini sangat tidak lazim bagi orang-orang sehat dan normal. Anak ABG selalu berhasil menciptakan sebuah image baru mengenai dirinya walaupun hal tersebut banyak menabrak rambu-rambu yang telah ada. Tidak terkecuali dengan bahasa alay ini, yang menggabungkan huruf dengan angka, memperpanjang atau memperpendek pemakaian huruf atau memvariasi huruf besar dan kecil membentuk sebuah kata dan kalimat. Bagi orang dewasa yang masih berinteraksi dengan anak-anak ABG (baca = alay) tersebut, tentunya akan sangat menyusahkan bila mereka menuliskan sesuatu (SMS/email misalnya).
Keberadaan bahasa alay dianggap kaum muda sebagai alat komunikasi dalam pergaulan sehari-hari. Baik lisan maupun tulisan, bahasa ini dianggap sebagai media berekspresi. Namun, tanpa disadari, lama kelamaan bahasa alay bisa mengancam eksistensi Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan karena semakin jauh berbeda dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, agar penelitian ini jelas dan lebih terarah maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1.      Hal-hal apa sajakah yang melatarbelakangi penggunaan bahasa Alay?
2.      Bagaimanakah wujud penggunaan bahasa Alay dalam pergaulan?
C.     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yakni untuk mendeskripsikan :
1.      Hal-hal yang melatarbelakangi penggunaan bahasa Alay
2.      Wujud penggunaan bahasa Alay dalam pergaulan.
D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah teori yang berhubungan dengan penggunaan bahasa Alay.
2.      Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi :
a.       Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai adanya faktor-faktor sosiolinguistik yang di terapkan pada pemakaian bahasa Alay.
b.      Bagi Pengguna bahasa Alay
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai bahasa Alay digunakan dalam pergaulan.
c.       Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan inspirasi maupun bahan pijakan kepada peneliti lain untuk melaksanakan penelitian lanjutan.
BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Pengertian Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat untuk mengekspresikan gagasan yang telah menjadi konsesus bersama. Ekspresi bahasa tersebut menggambarkan kecendrungan masyarakat penuturnya. Oleh karenanya, untuk mempelajari dan menjelaskan bahasa niscaya harus melibatkan aspek-aspek sosial yang mencitrakan masyarakat tersebut (Harimurti Kridalaksana, 1985: 4), seperti tatanan sosial, strata sosial, umur, lingkungan dan lain-lain. Berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Chomsky bahwa bahasa adalah asosial karena mengabaikan heterogenitas yang ada dalam masyarakat, baik status sosial, pendidikan, umur, jenis kelamin latar belakang budayanya, dan lain-lain.
Chomsky (dalam Wardhaugh, 1986: 10) memilah antara bahasa di satu sisi dan budaya di sisi lain. Dalam mempelajari bahasa yang berhubungan dengan sosial budaya akan menghasilkan empat kemungkinan. Pertama, struktur sosial dapat mempengaruhi dan menentukan struktur atau perilaku bahasa. Kedua, struktur dan perilaku bahasa dapat mempengaruhi dan menentukan struktur sosial. Ketiga, hubungan keduanya adalah timbal balik. Keempat, struktur sosial dan struktur bahasa sama sekali tidak berhubungan, inilah yang dianut oleh Chomsky.
Peranan bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk berkomunikasi antara manusia yang satu dengan yang lain dalam suatu masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mustakim (1994 : 2) bahwa bahasa sebagai alat komunikasi digunakan oleh anggota masyarakat untuk menjalin hubungan dengan masyarakat lain yang mempunyai kesamaan bahasa.
Dengan bahasa, manusia dapat saling berhubungan dengan manusia lainnya, walaupun latar belakang sosial dan budayanya berbeda. Oleh karena itu, fungsi bahasa yang paling mendasar adalah untuk berkomunikasi (P.W.J. Nababan, 1993 : 40), yaitu alat pergaulan dan perhubungan sesama manusia sehingga terbentuk suatu sistem sosial atau masyarakat. Bahasa sebagai bagian dari masyarakat merupakan gejala sosial yang tidak dapat lepas dari pemakainya. Sosiolinguistik sebagai cabang ilmu bahasa merupakan interdisipliner ilmu bahasa dan ilmu sosial, berusaha menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakaian di dalam masyarakat.
B.     Fungsi Bahasa dalam Masyarakat
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3).
Bahasa memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakatnya. Tanpa adanya bahasa, masyarakat tidak akan bisa berkomunikasi satu sama lain. Dan jika itu terjadi, maka akan menyebabkan ketidakharmonisan dalam bermasyarakat.

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Di Indonesia terdapat banyak sekali ragam bahasa, seperti bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Madura, dan masih banyak lagi ragam bahasa lainnya. Namun dibalik keragaman itu, negara kita memiliki bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa pemersatu bangsa. Fungsi sebagai pemersatu telah terbukti selama ini bahwa bahasa Indonesia mampu mengikat kebinekaan rumpun dan bahasa yang ada dengan mengatasi batas-batas kedaerahan dan fungsi ini dapat ditingkatkan lagi dengan lebih mengintensifkan usaha berlakunya suatu bahasa baku yang adab dan yang menjadi salah satu ciri manusia Indonesia yang modern (Warsiman:2007).
C.    Variasi Bahasa
Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik. Menurut Kridalaksana (1974) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistic yang berusaha menjelaskan cirri-ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi cirri-ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan.
Sebagai sebuah langue sebuah bahasa memiliki sisten dan subsistem yang dipahami oleh semua penutur bahasa itu. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh penutur yang tidak homogeny, tetapi juga karena interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.
1.      Variasi dari Segi Penutur
a.      Variasi bahasa pertama berdasarkan penuturnya adalah variasi bahasa yang disebut idiolek, yaitu variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai varias bahasanya atau idioleknya masing-masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan klaimta dan sebagainya.
b.      Variasi bahasa kedua berdasarkan penuturnya adalah dialek,yakni varias bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relative, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Karena dialek ini berdasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional, dialek geografi. Bidang studi linguistic yang mempelajari dialek-dialek ini adalah dialektologi. Bidang studi ini dalam kerjanya berusaha membuat peta batas-batas dialek dari sebuah bahasa, yakni dengan cara membandingkan bentuk dan makna kosakata yang digunakan dalam dialek-dialek itu.
c.       Variasi bahasa ketiga berdasarkan penutur adalah kronolek, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu.
d.      Variasi bahasa yang keempat berdasarkan penuturnya adalah sosiolek atau dialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Perbedaan pekerjaan, profesi, jabatan atau tugas para penutur dapat juga menyebabkan adanya variasi sosial. Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan , status, dan kelas sosial para penuturnya, biasanya dikemukakan orang variasi bahasa yang disebut akrolek, basilek, vulgar, slang kolokial, jargon, argon dan ken. Ada juga yang menambahkan dengan yang disebut bahasa prokem
2.      Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa yang berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya disebut fungsiolek (Nababan 1984), ragam atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingka keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa iu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra, jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan. Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang tampak cirinya adalah dalam bidang kosakata.
3.      Variasi dari Segi Keformalan
Berdasarkan tingkat keformalan, Martin Joos(1967) dalam bukunya The Five Clock membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu gaya atau ragam beku, gaya atau ragam resmi, gaya atau ragam usaha, gaya atau ragam santai, dan gaya atau ragam akrab.
Dalam kehidupan kita sehari-hari kelima ragam di atas, yang dilihat dari tingkat keformalan penggunaannya, mungkin secara bergantian kita gunakan. Sebenarnya banyak faktor atau variable lain yang menentukan pilihan ragam mana yang harus digunakan.
4.      Variasi dari Segi Sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis, atau ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, yakni misalnya dalam bertelepon dan bertelegraf. Adanya ragam bahasa tulis dan bahasa lisan memiliki wujud struktur yang tidak sama. Adanya ketidaksamaan wujud struktur ini adalah karena dalam berbahasa lisan atau dalam menyampaikan informasi secara lisan, kita dibantu oleh unsure-unsur nonsegmental atau unsure nonlinguistic yang berupa nada suara, gerak-gerik tangan, gelengan kepala dan sejumlah gejala-gejala fisik lainnya.
D.    Bahasa Alay
Alay berasal dari kata Anak Layangan. Bahasa Alay bisa dikatakan bahasa kampungan, karena memang bahasa tersebut sungguh-sungguh tidak memngenal etika berbahasa dan biasanya yang bermain layangan adalah anak-anak kampung (orang kota juaga sering, namun kota pinggiran). Apabila kita menggunakan bahasa Alay secara tidak langsung telah melecehkan lawan bicara kita baik secara tulisan ataupun lisan. Pada umumnya bahasa alay lebih nampak dalam bentuk tulisan.
Alay, Alah lebay, Anak Layu, atau Anak keLayapan yang menghubungkannya dengan anak Jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling santer adalah anak layangan. Dominannya, istilah ini untuk menggambarkan anak yg sok keren, secara fashion, karya (musik) maupun kelakuan secara umum. Konon asal usulnya, alay diartikan “anak kampong” karena anak kampung yang rata-rata berambut merah dan berkulit sawo gelap karena kebanyakan main layangan.
Berikut adalah pengertian alay menurut beberapa ahli (Wahyu Adi Putra Ginting, 2010):
Koentjara Ningrat: "Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia, yang ingin diakui statusnya diantara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup mengganggu masyarakat dunia maya (baca: Pengguna internet sejati, kayak blogger dan kaskuser). Diharapkan Sifat ini segera hilang, jika tidak akan mengganggu masyarakat sekitar.
Selo Soemaridjan: "Alay adalah perilaku remaja Indonesia, yang membuat dirinya merasa keren, cantik, hebat diantara yang lain. Hal ini bertentangan dengan sifat Rakyat Indonesia yang sopan, santun, dan ramah. Faktor yang menyebabkan bisa melalui media TV (sinetron), dan musisi dengan dandanan
seperti itu."
Salah satu ciri dari alay tersebut adalah tulisannya yang aneh dan di luar nalar serta akal sehat. Di sini, saya akan mengklasifikasikan alay-alay ke beberapa tingkatan atau strata menurut dari tulisan mereka (di sini saya bukan mau ngebahas alay dari wajah atau penampilannya, wajah adalah pemberian dari Tuhan yang merupakan anugerah untuk kita. Kalo tulisan kan emang biasanya dibuat oleh para alay itu sendiri).
Sepertinya inilah tren generasi alay. Tulisan gaya alay bisa dengan mudah ditemukan di blog dan forum di internet. Semua kata dan kalimat ‘dijungkirbalikkan’ begitu saja dengan memadukan huruf dan angka. Penulisan gaya alay atau anak lebay tidak membutuhkan standar baku atau panduan khusus, semua dilakukan suka-suka dan bebas saja. Sepertinya inilah tren generasi alay. Tulisan gaya alay bisa dengan mudah ditemukan di blog dan forum di internet.

















BAB III
METODE PENELITIAN

A.  Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, peneliti sebagai instrumen kunci. Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan pendekatan kontekstual yang mengarah pada bahasa-bahasa alay yang digunakan para remaja di media sosial.
B.  Data dan Sumber Data
1.      Data
Data penelitian ini adalah Data yang dikumpulkan berupa kata atau kalimat dari layanan SMS (Short Message Service) dan media sosial.
2.   Sumber Data
Untuk memeroleh data yang diperlukan guna menjawab masalah penelitian, ditetapkan sumber data, yaitu layanan SMS (Short Message Service) dan media sosial.
C.  Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui teknik pengamatan dan pencatatan dari sumber data.
D.  Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah model analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992: 15-20). Model analisis interaktif lebih tepat digunakan sebab relevan dengan rancangan penelitian ini. Relevansi tersebut dapat dilihat pada karakteristik analisis model interaktif, yakni dapat dilakukan dengan empat langkah: (1) selama pengumpulan data, (2) pereduksian data, (3) penyajian data, dan (4) penyimpulan data. Berdasarkan model analisis interaktif tersebut, analisis data penelitian ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, yakni proses pengumpulan data dan tahap kedua, yakni analisis data.
Tahap pertama, yakni proses pengumpulan data dilakukan melalui langkah-langkah: (1) reduksi, (2) penyajian, (3) verifikasi data. Tahap kedua, yakni analisis data dilakukan langkah-langkah (1) skrip, (2) kategorisasi, (3) penafsiran, dan (4) penyimpulan data.












BAB IV
PEMBAHASAN

A.    Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Bahasa Alay
Bahasa hanya bisa muncul akibat adanya interaksi sosial. Dalam interaksi sosial terjadi saling pengaruh mempengaruhi. Dalam proses interaksi, orang yang lebih aktif melakukan komunikasi akan mendominasi interaksi tersebut. Maka tak heran apabila suatu bahasa lebih banyak dipakai, maka bahasa itu akan berkembang dalam masyarakat. Bahasa dan  masyarakat akan selalu menjadi pasangan yang mengisi satu sama lain, karena adanya interaksi sosial yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, sebenarnya masih ada alat lain untuk berkomunikasi akan tetapi bahasa mungkin yang terbaik dalam berkomunikasi. Didalamnya ada penutur dan juga tindak tutur, bahasa yang bersifat arbitrer dan bersifat universal sangat memungkinkan utuk melahirkan kata-kata atau padanan baru dalam bahasa tersebut. Perkembangan bahasa pada masyarakat kita mungkin sudah sejak dahulu mengalami perkembangan misalnya di era Sembilan puluhan yang pernah menjadi “trend” yaiitu bahasa prokem atau bahasa gaul yang di populerkan oleh remaja pada waktu itu. Demkian hal nya pada remaja saat ini mungkin kita sudah sangat sering dan sangat familiar sekali dengan yang namanya komunitas anak layangan atau yang lebih dikenal dengan nama “alay”.
Alay itu sendiri adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak Layu, atau Anak keLayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling santer adalah anak layangan. Dominannya, istilah ini untuk menggambarkan anak yg sok keren, secara fashion, karya (musik) maupun kelakuan secara umum. Konon asal usulnya, alay diartikan "anak kampung. karena anak kampung yang rata-rata berambut merah dan berkulit sawo gelap karena kebanyakan main layangan. Gejala anak layang ini ini biasanya di tunjukan dengan cara mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan. Anak layangan atau alay ini sama seperti komunitas lainnya yang memiliki bahasa tersendiri yang sebagian besar hanya komunitas mereka lah yang mengerti
dan memahami tulisan maupun bahasa mereka. Mengapa dikatakan sebagian besar hanya anak alay yang mengerti bahasa ataupun tulisan mereka, ini dikarenakan bahasa alay sangat sulit di mengerti atau dibaca oleh orang awam yang tidak biasa berbahasa alay. Akan tetapi bahasa ini di anggap oleh komunitas alay sebagai bahasa yang biasa-biasa saja karena simple dan tidak ribet. Bahasa Alay ini juga sedikit mengadopsi sedikit logat – logat ke-melayuan, dan hingga saat ini bahasa ini telah dipakai untuk SMS , Chatting/jejaring sosial, ataupun untuk penulisan sehari – hari. Bahasa alay juga banyak digunakan oleh sebagian selebritis dan kalangan remaja tertentu lainnya. Secara perlahan bahasa ini juga merambah kalangan remaja terutama di kota-kota besar seperti Bandung. Dikarenakan aturan pembentukan kata bahasa alay cenderung tidak konsisten, maka untuk orang awam dibutuhkan waktu untuk menghafal dan memahaminya.
Bahasa alay dapat diartikan sebagai variasi bahasa yang bersifat sementara yang biasanya berupa singkatan menggabungkan huruf dengan angka, memperpanjang atau memperpendek dan mencampurkan huruf besar dan kecil membentuk sebuah kata maupun kalimat. Bahasa alay lebih sering digunakan oleh anak-anak remaja seumuran SMP maupun SMU, yang secara tidak langsung bahasa tersebut menjadi suatu budaya. Uniknya, bahasa pergaulan yang sebenarnya diciptakan untuk kalangan terbatas justru berkembang menjadi bahasa pergaulan yang digunakan bahasa sehari-hari. Hal itu, karena terjadi kebocoran ragam bahasa. Bocor dari kelompok social tertentu ke kelompok social lainnya.
Bahasa Alay muncul pertama kalinya sejak ada program SMS (Short Message Service) atau pesan singkat dari layanan operator yang mengenakan tarif per karakter ataupun per SMS yang berfungsi untuk menghemat biaya. Namun dalam perkembangannya kata-kata yang disingkat tersebut semakin melenceng, apalagi sekarang sudah ada situs jejaring sosial. Dan sekarang penerapan bahasa Alay sudah diterapkan di situs jejaring sosial tersebut, yang lebih parahnya
lagi sudah bukan menyingkat kata lagi, namun sudah merubah kosa katanya bahkan cara penulisannya pun bisa membuat sakit mata orang yang membaca karena menggunakan huruf besar kecil yang diacak ditambah dengan angka dan karakter tanda baca. Bahkan arti kosa katanya pun menceng jauh dari yang dimaksud.
Bahasa alay mulai berkembang melalui jejaring social “facebook” yang terlihat pada wall/dinding di facebook, coment-coment dan status para pengguna facebook yang mungkin sering kali kita lihat atau tidak sengaja membaca kalimat yang berbeda dari tulisan biasanya. Contohnya saja ketika sesorang remaja mengucapkan kata “akuwh yang artinya aku” atau U ” yang berarti kamu”. Contoh lainnya yaitu penggunaan bahasa-bahasa alay yang dipakai oleh Indra Herlambang dalam memandu acara Kaca Mata “ di salah satu stasiun televisi swasta, Indra mengucapkan kata keren” menjadi krenz” atau,, manis” menjadi kata ,,maniezt”.
Kehadiran jejaring social “facebook” harus diakui awalnya sangat ikut mendorong munculnya ragam bahasa tersendiri. Istilah populernya bahasa alay, akronim dari anak lebay, yakni bahasa tulis berupa campuran bahasa gaul lisan, bahasa asing khususnya Inggris, singkatan, kode, angka, dan visualisasi. Bahasa ini berkembang di kalangan remaja, namun dalam pergaulan media jejaring sosial juga digunakan orang dewasa bahkan lansia. Semakin lama bahasa ini kian berkembang sehingga seorang dewasa yang telat memiliki akun menggunakan bahasa alay. Bahasa alay pada dasarnya memanfaatkan bahasa prokem anak muda Ibu Kota, ragam bahasa yang berkembang di akhir 1980-an, dan kemudian jadi ragam bahasa ragam bahasa yang berkembang di akhir 1980-an, dan kemudian jadi ragam bahasa media jejaring sosial yang khas. Dalam pergaulan media jejaring social, bahasa alay dipergunakan sebagai bahasa pergaulan, karena sifatnya yang unik, lucu, aneh bila didengar, yang maknanya bisa jadi bertentangan dengan arti yang lazim. Pesatnya perkembangan jumlah pengguna bahasa Alay menunjukkan semakin akrabnya genersai muda Indonesia dengan dunia teknologi terutama internet. Munculnya bahasa Alay juga menunjukkan adanya perkembangan zaman yang dinamis, karena suatu bahasa harus menyesuaikan dengan masyarakat penggunanya agar tetap eksis.
Bahasa alay ini bukan hanya alat komunikasi, namun juga alat identifikasi. Para remaja menggunakan bahasa alay ini bisa jadi untuk mengidentifikasikan diri mereka sebagai seorang alay. Pengunaan bahasa alay juga dapat berguna untuk menumbuhkan eksistensi diri. Bahasa ini digunakan oleh kalangan remaja sebagai bahasa kode atau singkatan agar kata-kata menjadi aneh, lucu dan menarik. Tidak dipungkiri hingga sekarang bahasa alay semakin luas pemakaiannya dan semakin banyak para remaja bahkan orang dewasa menggunkan penulisan atau pengucapan bahsa alay karena adanya unsur daya tarik yang membuat orang orang yang sebelumnya kurang paham akan bahasa alay ini menjadi ingin tahu dan akhirnya mengikuti menggucapkan atau menulis dengan bahasa alay.
B.      Wujud penggunaan bahasa alay
1.      Karakteristik Bahasa Alay
Seiring dengan semakin banyaknya penggunaan bahasa alay pada kalangan remaja, variasi atau karasteristiknya pun semakin beragam. Antara lain:
a.       Pemakaian huruf besar kecil yang berantakan dalam satu kalimat,
contohnya: “kaMu Lagi nGapaiN?”
b.      Penggunaan angka sebagai pengganti huruf,
contohnya: “k4mu L49i n94p4in?”
c.       Penambahan atau pengurangan huruf-huruf  dalam satu kalimat,
contohnya: “amue agie ngapaein?”
d.      Menambahkan atau mengganti salah satu huruf dalam kalimat,
contohnya: “xmoe agie ngaps?”
e.       Penggunaan simbol-simbol dalam kalimat,
contohnya: “k@mu L@g! nG@p@!n?”
Contoh-contoh tersebut masih sangat sedikit, itu artinya masih banyak lagi variasi-variasi atau karasteristik penggunaan bahasa alay di kalangan remaja saat ini. Karasteristik tersebut juga  tidak dapat diketahui dan dijelaskan secara pasti karena kata-kata dalam bahasa alay itu sendiri tidak mempunyai standar yang pasti, hanya disesuaikan oleh mood atau teknik penulisan si pembuat kalimat.
2. Wujud penggunaan bahasa alay dalam layanan SMS dan Media Sosial
Bahasa Inggris sebenarnya lebih banyak alaynya daripada Bahasa Indonesia. Seperti LOL (laughing out loud), ROFL (rolling on the floor laughing) misalnya, FYI (For your Information) atau CMIIW (correct me if I'm wrong) misalnya. Masalahnya pengguna Bahasa Inggris berasal dari berbagai negara sehingga tiap-tiap negara menciptakan aksen dialek (british, american, australian, russian, indian, chinese, dan lain-lain) dan belum lagi dicampur dengan kosakata dari anak muda. Jadi, keberadaan bahasa alay itu normal karena artinya ada akulturasi budaya.
Berikut adalah kata-kata yang lazim dipakai oleh komunitas alay:
Add : Et, Ett (biasanya minta di add friendster/facebook/twitter)
Aja : Ja, Ajj
Aku : Akyu, Akuwh, Akku, q.
Anak : Nax, Anx, Naq
Apa : Pa, PPa (PPa ???)
Banget : Bangedh, Beud, Beut
Baru : Ru
Belum : Lom, Lum
Bokep : Bokebb
Boleh : Leh
Buat : Wat, Wad
Cakep : Ckepp
Cape : Cppe, Cpeg
Cewek : Cwekz
Chat : C8
Cowok : Cwokz
Cuekin : Cuxin
Curhat : Cvrht
Deh : Dech, Deyh
Dong : Dumz, Dum
Dulu : Duluw
Gitu : Gtw, Gitchu, Gituw
Gue : W, Wa, Q, Qu, G
Hai : Ui
Halo : Alow
Imut : Imoetz, Mutz
Ini : Iniyh, Nc
Kakak : Kakagg
Kalau : Kaluw, Klw, Low
Kalian : Klianz
Kamu : Kamuh, Kamyu, Qmu, Kamuwh
Kan : Khan, Kant, Kanz
Karena/Soalnya : Coz, Cz
Kenal : Nal
Keren : Krenz, Krent
Ketawa : wkwkwk, xixixi, haghaghag, w.k.k.k.k.k., wkowkowkwo
Khusus : Khuzuz
Kok : KoQ, KuQ, Kog, Kug
Kurang : Krang, Krank (Crank?)
Lagi : Ghiy, Ghiey, Gi
Lo/kamu : U
Loh : Loch, Lochkz, Lochx
Love : Luph, Luff, Loupz, Louphh
Lucu : Luthu, Uchul, Luchuw
Lupa : Lupz
Maaf : Mu’uv, Muupz, Muuv
Main : Men
Makan : Mumz, Mamz
Manis : Maniezt, Manies
Masuk : Suk, Mzuk, Mzug, Mzugg
Mengeluh : Hufft
Nggak : Gga, Gax, Gag, Gz
Nih : Niyh, Niech, Nieyh
Nya, contoh : misalnya, jadi misalna, misal’a, misal.a
Paling : Plink, P’ling
Pasti : Pzt
Punya : Pya, P’y
Reply : Repp (ini yang paling sering ditemukan di dunia maya)
Rumah : Humz, Hozz
Salam : Lam
Sayang : Saiank, Saiang
Sempat : S4
Setiap : Styp
Siapa : Sppa, Cppa, Cpa, Spa
Sih : Siech, Sieyh, Ciyh
SMS : ZMZ, XMX, MZ
Sorry : Cowwyy, Sowry
Tapi : PPi
Tau : Taw, Tawh, Tw
Telepon : Tilp
Tempat : T4
Terus : Rus, Tyuz, Tyz
Tiap : Tyap
Tuh : Tuwh, Tuch
Udah : Dagh
Ya/Iya : Yupz, Ia, Iupz
Yang : Iank/Iang, Eank/Eang (ada juga yang iiank/iiang)
Yuk : Yuq, Yuqz, Yukz
Contoh kalimat alay:
Aq 4L4Y — QM Maw Ap4h?!
QmO dLaM iDopQhO (kamu dalam hidupku..)
q tWo……… (aku tau……)
qMo mANk cLiD wAd cYanK m qHo (kamu memang sulit buat sayang sama aku)
tPhE qMo pLu tHwO„„„ (tapi kamu perlu tau….)
mY LuPi”…… (my love, cintaku, lupi lupi di kuping gue kedengerannya kayak permen yupi) aLwaYs 4’U……… (always for you, cuman buat kamu)
cO’nA cMa qMo YaNk Co WaD qHo cYuM… (soalnya cuma kamu yang cowo buat aku senyum -oke ni si ophi jelas jelas tidak mengikuti kaidah yang benar dalam membuat struktur kalimat)
k’tHwA„„„„„„„ ��„„ (ketawa…)
cNeNk…………….. (dan senang)
tHanKz b’4„„„„„„ (thanks before, terimakasih sebelumnya)
yOz aLaWAiCe d bEzT……… (you always the best, kamu selalu yang terbaik -ALAWAICE? WTF?)
iN meYe heArD„„„„„„, (in my heart, dalam hatiku)
tHo_tHo…… (dadah -ini dadah)
LupHz yOu„„ (love you, sayang kamu)
bU_bU„„„ (tidur)
I’m ReGrEeEeeEEeeEet nOw……………. (aku menyesal sekarang)
naFaZ„„„„„„„„ ��, (napas)
bNcHi qOh nGmBAnK………………. (benci aku ngambang)
hOeKkkKKk…………….. (sound effect muntah, HOEEEKK).
nPhA jDe gnE????????? ?????? (mengapa jadi begini?)
i dOn’t LiKe tHaT………….. (I don’t like that, aku tidak suka itu)
qOh g Mo iDoP dLAM kmNfqAn………. (aku ga mau hidup dalam kemunafikan)
tHiZ iZ buLLsHiT!!!! !!!!!!! (this is bullshit!, ini semua omong
kosong!!! -penuh amarah membara)
sHiT!!!!!!!! !!!!!!!!! !!!!! !!!!!!!!!!!! !!!! (shit!!!!!! TA* )
SADAM WITHOUT WORD!!!!!!!! !!!!!!!!! !! (sadam without word, sadam tanpa kata -WTF tiba tiba bawa sadam? ato DIAM maksudnya? oh diam deh kayaknya)
HAifTf……………… (huff)
TaKe mE 2 yOuR hEaRtZzz???? ????????? ????? (take me to your heart, bawa aku ke dalam hatimu)
cXnK qMoh tO cKiDnAAAAaaaAaAaaaa……. (sayang kamu tuh sakitnya…)
m_tHa apOn YoH……………… (minta ampun ya…)
qoH tLuZ”aN uCHA bWaD tTeP qEqEUh cXnK qMo………. (aku terus terusan berusaha buat tetep kekeuh sayang kamu…)
bUD„„„„„„„„„ , (but, tetapi…)
UhuHuHfTFTf………….. .. (huft huft -ehem ophi centil deh)
cIa” adJA………………… (sia sia aja -CIA? yang di amerika?)
shIt???????? ???? (TA*??????)
maYbe??????? ???????? (maybe, mungkin????? )
ckIdDDdddDDDd„„„„„ , „„„„„„„„„„ „„„ „„ (SAKIIIIIIT! -ini ngomong sakitdoang kayak suara ban ngerem ehm)
pGEn qOh tO bLanK……………………. . (pengen aku tuh bilang)
U bLOkE mY hEaLtH!!!!!! !!!!!!!!! ! (you bloke my health, kamu cowokesehatanku, atau kamu merusak kesehatanku? -HAHAHAHAHA YOU BROKE MY HEART KOK JADI YOU BLOKE MY HEALTH? jauh gitu artinyaaaa! LOL)
i tHinK…………….. (aku pikir…)
it’Z DISGUSTING vOiCE……………….. (itu suara menjijkan -ga nyambung)
anDeE…………………. (andaiii…)
adJA g2 dRe wAL…………….. (aja gitu dari awal)
qTaH gAg mKeN dIEM”aN gNe tOh???!?@??@ ?@??@@?@? (kita ga makin diem dieman gini tho’?)








BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tata bahasa Indonesia saat ini sudah banyak mengalami perubahan. Masyarakat Indonesia sudah tidak bisa lagi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, terutama pada kalangan remaja. Hal tersebut terjadi karena adanya budaya asing dan berbagai variasi bahasa yang mereka anggap sebagai kreatifitas. Mereka lebih memilih menggunakan bahasa baru tersebut daripada bahasa Indonesia, karena mereka takut dikatakan sebagai remaja yang kampungan dan ketinggalan jaman. Bahasa baru itu mereka sebut dengan “bahasa Alay”.
Penggunaaan bahasa Alay sudah semakin berkembang dikalangan remaja saat ini. Hal tersebut tentunya sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia itu sendiri. Karena masyarakat Indonesia nantinya akan melupakan dan tidak lagi menggnakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Ada pun upaya dalam meinggalkan bahasa alay untuk meningkatkan penguasaan bahasa Indonesia itu harus dimulai dari diri sendiri, sebab untuk merubah sesuatu hal apa pun yang besar harus dimulai dari dalam diri kita sendiri. Begitu pula dengan penguasaan bahasa Indonesia dan meninggalkan bahasa alay, dengan menerapkan hal-hal yang sudah diberikan penulis di atas, bukan tidak mungkin kemampuan dalam penguasaan bahasa Indonesia kita akan meningkat.

B.     Saran
Sebenarnya sah-sah saja bagi mereka (terutama remaja) yang menggunakan bahasa alay, karena hal tersebut merupakan bentuk kreatifitas yang mereka buat. Namun sebaiknya penggunaan bahasa alay dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi atau tidak digunakan pada situasi-situasi yang formal. Misalnya pada saat berbicara dengan teman. Teman disini adalah mereka yang mengetahui dan mengerti bahasa alay tersebut. Tetapi juga jangan sampai menghilangkan budaya berbahasa Indonesia kita. Karena biar bagaimanapun bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa kebanggaan kita dan wajib untuk dijaga serta dilestarikan.









DAFTAR PUSTAKA
Aslinda, dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Rifika Aditama.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Hudson. R.A. 1980. Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge
Kridalaksana, Harimurti. 1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Flores: Nusa Indah.
Miles & Huberman. 1992. Model Analisis data. Bandung. Tarsito.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nababan, P.W.J. (1993) Sosiolinguistik: suatu pengantar/P.W.J. Nababan. Jakarta Gramedia Pustaka Utama 1993.
Penggunaan Bahasa.” (http://www2,kompas. com.htm, diakses 25 April 2015).
Seminar Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa. Chaer, A. & Agustina, L. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Wardhaugh, Ronald. 1986. An Intriduction to Lingusitics. New York: Basil, Blackwell
Warsiman. 2007. Kaidah bahasa Indonesia yang Benar: untuk Penulisan Karya Ilmiah (Laporan-Skripsi-Tesis-Desertasi). Bandung: Dewa Ruchi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar