Mata Kuliah :
Sastra Anak
Dosen Pembimbing :
Dr. Kembong Daeng, M. Hum.
DONGENG
DISUSUN OLEH
KELAS B
KELOMPOK 1
MUHAMMAD
ILHAM 14B01024
NINING IRAWATI 14B01028
HERIYANTI 14B01030
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2015
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dongeng merupakan salah satu cerita
rakyat yang cukup beragam cakupanya. Bahkan, untuk memudahkan penyebutan, semua
cerita lama termasuk ketiga jenis yang telah dibicarakan di atas, sering begitu
saja disebut sebagai dongeng. Dongeng adalah cerita-cerita fiksi
yang diceritakan pendongeng kepada para pendengar secara lisan yang di dalamnya
terdapat pesan moral positif yang mendidik. Dongeng biasanya didongengkan
kepada anak-anak yang masih kecil, oleh orangtua, kakek, nenek, paman, bibi dan
lain sebagainya. Dongeng bisa disampaikan kepada anak sebelum tidur hingga si
anak tertidur pulas dengan cara bercerita langsung maupun dengan membaca buku
dongeng.
Eksistensi kegiatan mendongeng ini
cenderung makin memudar karena dimakan oleh usia. Padahal terdapat banyak
sekali keuntungan bagi anak-anak kita jika mereka mendapatkan dongeng. Perlu
kita ketahui bahwa dongeng anak-anak sangat berguna meskipun pada praktiknya
kita mempunyai banyak sekali halangan seperti perasaan lelah setelah bekerja
dan menganggap mendongeng untuk anak menjadi sangat merepotkan. Padahal manfaat
dongeng untuk anak sangatlah banyak seperti merekatkan hubungan orang tua
dengan anak dan mendongeng juga bisa membantu mengoptimalkan perkembangan
psikologis dan kecerdasan anak secara emosional. Saat ini perkembangan sastra
anak di Sulawesi Selatan sangat kurang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian dongeng?
2. Apakah
ciri-ciri dongeng?
3. Apakah
jenis-jenis dongeng?
4. Bagaimana
perkembangan sastra anak di Sulawesi Selatan?
5. Bagaimana
pengajaran sastra anak di Sulawesi Selatan?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dongeng.
2. Untuk
mengetahui ciri-ciri dongeng.
3. Untuk
mengetahui jenis-jenis dongeng.
4. Untuk
mengetahui perkembangan sastra anak di Sulawesi Selatan.
5. Untuk
mengetahui pengajaran sastra anak di Sulawesi Selatan.
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dongeng
Dongeng
merupakan salah satu cerita rakyat yang cukup beragam cakupannya. Bahkan, untuk
memudahkan penyebutan. Misalnya Kancil Mencuri Mentimun, Kancil dengan buaya,
asal-usul terjadinya gunung tangkuban perahu, bawang merah bawang putih, dan
timun emas, dan sebagainya. Dongeng bersala dari berbagai kelompok etnis,
masyarakat, atau daerah tertentu di belahan dunia, baik yang berasal dari
tradisi lisan maupun yang semula diciptakan secara tertulis. Pada umumnya
dongeng juga tidak terikat oleh waktu
dan tempat, dapat tehadi di mana dan kapan saja tanpa perlu harus ada
pertanggungjawaban pelataran. Kekuarangjelasan latar tersebut sudah terlihat
sejak cerita dongeng
Dongeng adalah cerita khayal semata
yang sulit dipercaya kebenarannya. Dalam dongeng disajikan hal-hal yang ajaib,
aneh, dan tidak masuk akal. Dahulu dongeng diciptakan untuk anak kecil, isinya
penuh dengan nasihat. Dan karena dongeng muncul pertama kali pada zaman sastra
Purba di Indonesia maka pada mulanya tergolong sastra orai atau sastra lisan, disampaikan dari mulut ke
mulut.
Menurut
Danandjaja (2007: 83), “Dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan
lisan. Selanjutnya dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap
benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun
banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan
sindiran”. Menurut Bascom dalam Danandjaja (2007:50) “Dongeng adalah prosa
rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh empunya cerita dan dongeng
tidak terikat oleh waktu maupun tempat.” Dongeng termasuk kedalam foklor,
karena foklor juga ilmu yang menjelaskan tentang kebudayaan yang berada di
masyarakat seperti ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Didukung oleh Danandjaja (2007: 2) “Foklor
adalah sebagian dari kebudayaan suatu kolektif
yang tersebar dan diwariskanturun-temurun diantara kolektif macam apa
saja, secara tradisional, dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan
maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.”
Dongeng
adalah cerita-cerita fiksi yang diceritakan pendongeng kepada para pendengar
secara lisan yang di dalamnya terdapat pesan moral positif yang mendidik. Dongeng
biasanya didongengkan kepada anak-anak yang masih kecil, oleh orangtua, kakek,
nenek, paman, bibi dan lain sebagainya. Dongeng bisa disampaikan kepada anak
sebelum tidur hingga si anak tertidur pulas dengan cara bercerita langsung
maupun dengan membaca buku dongeng. Walaupun terlihat sederhana, namun
anak-anak biasanya sangat serius mendengarnya jika ceritanya menarik. Dengan
begitu maka alangkah baik jika cerita dongeng yang disampaikan memiliki efek
positif yang tinggi bagi perkembangan mental anak-anak kita. Sebelum dibacakan
kepada anak, sebaiknya kita baca dahulu agar kita bisa mengetahui apakah
dengeng itu layak untuk dibacakan kepada anak atau tidak.
Dongeng
yang menarik terhadap anak memang membutuhkan keterampilan khusus. Mulai dari
cara menyampaikan cerita, kontrol volume dan intonasi suara, hingga menirukan
suara maupun perilaku tiap-tiap karakter yang ada dalam cerita perlu
diperhatikan. Jika anak bisa memahami pesan di baliknya dan menikmati dongeng
yang kita bawakan, maka itu tandanya bahwa kita sudah berhasil.
B. Jenis-jenis Dongeng
Dongeng terdiri dari beberapa jenis.
1.
Mite adalah dongeng yang menceritakan kehidupan makhluk
halus, setan, hantu, ataupun dewa-dewi. Contohnya dongeng Nyi Rara Kidul dan
Nyi Blorong.
2.
Legenda adalah dongeng yang diciptakan masyarakat sehubugan dengan
keadaan alam dan nama suatu daerah. Contohnya dongeng Malin Kundang dan
Banyuwangi.
3.
Sage
adalah dongeng yang di dalamnya mengandung unsur sejarah, namun tetap sukar
dipercaya kebenaranya karena unsur sejarahya terdesak oleh unsur fantasi.
Contohnya dongeng Ciung Wanara dan Jaka Tarub.
4.
Fabel adalah dongeng yang mengangkat kehidupan binatang sebagai
bahan ceritanya. Contohnya Hikayat
sang Kancil dan Hikayat Pelanduk Jenaka.
5.
Parabel adalah dongeng perumpamaan yang di dalamnya mengandung
kiasan-kiasan yang bersifat mendidik. Contohnya Sepasang Selot Kulit.
6.
Dongeng
orang pendir adalah jenis cerita jenaka yang di dalamnya dikisahkan
kekonyolan-kekonyolan yang menimbulkan gelak tawa dari tingkah laku seseorang
karena kebodohannya, bahkan sering kali karena kecerdikannya. Contohnya Si
Kabayan dan Aki Bolang.
Dongeng
terdiri dari beberapa jenis. Menurut Thomson (Danandjaja, 2007: 86),
“Jenis-jenis dongeng ke dalam empat golongan besar yakni. (1) dongeng binatang (animal tales), (2) dongeng biasa (ordinary folktales), (3) lelucon dan
anekdot (jokes and anecdotes), (4)
dongeng berumus (formula tales)”.
Danandjaja
(2007: 86), Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan
dan binatang liar, seperti binatang menyusui, burung, binatang melata
(reptilia), ikan, dan serangga. Binatang-binatang itu dalam cerita jenis ini
dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. Dongeng biasa adalah jenis
dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seorang. Di
Indonesia dongeng biasa yang paling populer adalah yang bertipe Cinderella.
Dongeng biasa yang bertipe Cinderella di Indonesia ada banyak. Di Jawa Tengah
dan Jawa Timur misalnya adalah dongeng Ande-ande Lumut dan Si Melati dan Si
Kecubung, di Jakarta Bawang Putih dan Bawang merah, dan di Bali I Kesuna Ian I
Bawang.
Selanjutnya,
Danandjaja (2007: 117), “Lelucon dan anekdot adalah dongeng-dongeng yang dapat
menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan ketawa bagi yang
mendengarkannya maupun yang meneritakannya. Walaupun demikian bagi kolektif
atau tokoh tertentu, yang menjadi sasaran dongeng itu, dapat menimbulkan rasa
sakit hati”.
Menurut
Danandjaja (2007: 118), “ Perbedaan lelucon dan anekdot adalah: jika anekdot
menyangkut kisah fiktif lucu pribadi seseorang tokoh atau beberapa tokoh, yang
benar-benar ada, maka lelucon menyangkut kisah fiktif lucu anggota suatu
kolektif, seperti suku bangsa, golongan, bangsa, dan ras”.
Anekdot
dinyatakan Danandjaja (2007:118), “Dapat dianggap sebagai bagian dari riwayat
hidup fiktif pribadi tertentu, sedangkan lelucon dapat dianggap sebagai sifat
atau tabiat fiktif anggota suatu kolektif tertentu”.
Dongeng-dongeng berumus dinyatakan
Danandjaja (2007: 139), “Dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan.
Dongeng-dongeng berumus mempunyai beberapa subbentuk, yakni: a. dongeng
bertimbun banyak (cumulative tales), b.
Dongeng untuk mempermaikan orang (catch
tales), dan c. Dongeng yang yang tidak mempunyai akhir (endless tales)”.
C. Ciri-ciri Dongeng
Dongeng
termasuk cerita rakyat dan merupakan bagian tradisi lisan yang disampaikan dari
mulut ke mulut. Sastra lisan tersebut mempunyai beberapa tanda atau ciri-ciri
yang menandakan dongeng atau sastra lisan sebagai berikut.
Ada dua
ciri pokok yang dapat digunakan, yaitu (1) dikatakan dan didengar, dan (2)
situasi tatap muka.” Maksud dari pendapat tersebut, penulis jelaskan bahwa yang
termasuk ciri-ciri sastra lisan yaitu ada yang menjadi pembicara untuk
mengatakan atau menyampaikan dan ada pula yang menjadi pendengar dalam keadaan
tatap muka tanpa ada panghalang waktu.
Ciri-ciri dongeng sebagai berikut :
1.
Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan
melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh yang disertai
dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat), dari satu generasi ke generasi berikutnya;
2.
Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama;
3.
Ada
dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebaran dari
mulut ke mulut ( lisan);
4.
Bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi;
5.
Biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola seperti kata
klise, ungkapan-ungkapan tradisional, kalimat-kalimat atau kata-kata pembukaan
dan penutup baku;
6.
Mempunyai kegunaan (function) dalam
kehidupan bersama suatu kolektif, sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial dan proyeksi
keinginan yang terpendam;
7.
Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang tidak sesuai dengan
logika umum;
8.
Menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini disebabkan
penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota
kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya;
9.
Bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu
spontan. Hal ini dapat dimengerti bahwa dongeng juga merupakan proyeksi emosi
manusia yang paling jujur manifestasinya
D. Manfaat Cerita Dongeng Anak-anak
Bagi Perkembangan Anak-anak
Eksistensi kegiatan mendongeng ini cenderung makin memudar
karena dimakan oleh usia. Padahal terdapat banyak sekali keuntungan bagi
anak-anak kita jika mereka mendapatkan dongeng. Perlu kita ketahui bahwa
dongeng anak-anak sangat berguna meskipun pada praktiknya kita mempunyai banyak
sekali halangan seperti perasaan lelah setelah bekerja dan menganggap
mendongeng untuk anak menjadi sangat merepotkan. Padahal manfaat dongeng untuk
anak sangatlah banyak seperti merekatkan hubungan orang tua dengan anak dan
mendongeng juga bisa membantu mengoptimalkan perkembangan psikologis dan kecerdasan
anak secara emosional. Masih ada lagi manfaat lainnya yang akan diuraikan
dibawah ini:
1. Mengembangkan Daya
Imajinasi Anak
Perlu
kita ketahui bahwa dunia anak adalah dunia imajinasi. Jadi anak mempunyai
dunianya sendiri dan tak jarang mereka berbicara denga teman khayalannya.
Dengan daya imajinasi yang masih sangat bagus ini, maka kita sebagai orang tua
harus bisa mengarahkannya kearah yang positif dan tetap terkontrol. Dengan
dongeng anak-anak maka inilah cara terbaik untuk mengarahkan mereka kearah yang
baik.
2. Meningkatkan
Keterampilan dalam Berbahasa
Dongeng merupakan stimulasi dini yang mampu merangsang
keterampilan berbahasa pada anak-anak. Perlu kita ketahui bahwa cerita dongeng
anak-anak mampu merangsang anak-anak terutama anak perempuan dalam meningkatkan
keterampilan berbahasa mereka. Hal ini dikarenakan anak perempuan lebih fokus
dan konsentrasi daripada anak laki-laki. Kemampuan verbal adalah kemampuan awal
yang dimiliki anak-anak dan inilah mengapa otak kanan mereka lebih berkembang
dan ini juga yang menyebabkan mereka lebih terlatih dalam berbahasa.
Kisah-kisah dongeng yang mengandung cerita positif tentang perilaku dan
sebagainya membuat anak-anak menjadi lebih mudah dalam menyerap tutur kata yang
sopan.
3. Membangkitkan Minat Baca Anak
Jika ingin memiliki anak yang mempunyai minat baca yang
baik, maka mendongeng adalah jalan menuju hasil tersebut. Dengan memberikan
cerita dongeng anak-anak, maka anak-anak akan tertarik dan rasa penasaran ini
membuat mereka ingin mencari tahu. Inilah dimana keinginan untuk membaca
menjadi semakin meningkat. Dengan membacakan buku cerita yang menarik kepada
anak adalah cara paling mudah yang bisa kita lakukan.
4. Membangun
Kecerdasan Emosional Anak
Mendongeng kepada anak bisa membangkitkan kecerdasan emosional
mereka dan ini juga sarana hebat yang mampu merekatkan hubungan ibu dan anak.
Sperti yang kita tahu bahwa anak-anak mempunyai kesulitan dalam mempelajari
nilai-nilai moral dalam kehidupan. Dengan dongeng anak-anak maka kita bisa
memberikan contoh melalui tokoh dalam cerita yang kita dongengkan. Dongeng
anak-anak akan membangtu anak dalam menyerap nilai-nilai emosional pada sesama.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kecerdasan emosional juga penting disamping
kecerdasan kognitif. Kecerdasan emosional sangat penting bagi kehidupan sosial
mereka kelak.
5. Membentuk Rasa
Empati Anak
Melalui stimulasi cerita dongeng anak, kepekaan anak pada
usia 3-7 tahun akan dirangsang mengenai situasai sosial disekitar mereka.
Dengan metode dongeng untuk anak ini maka mereka akan belajar berempati
terhadap lingkungan sekitar. Stimulasi yang akan lebih berhasil adalah dengan
merangsang indera pendengarannya. Penting bagi kita memberikan stimulasi ini
untuk memberikan mereka bekal yang baik untuk masa depannya. Dengan cerita-cerita
dongeng yang mendidik, maka anak akan dengan mudah menyerap nilai positif yang
akan menjadikan mereka anak yang berempati dengan orang lain.
6. Mengajarkan Nilai
Moral Yang Baik
Dengan memilih dongeng yang isi ceritanya bagus, maka akan tertanam nilai-nilai moral yang baik. Setelah mendongeng sebaiknya pendongeng menjelaskan mana yang baik yang patut ditiru dan mana-mana saja yang buruk dan tidak perlu ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai tindak kenakalan dapat dikurangi dari menanamkan perilaku dan sifat yang baik dari mencontoh karakter ataupun sifat-sifat perilaku di dalam cerita dongeng. Mendongeng mungkin memiliki efek yang lebih baik daripada mengatur anak dengan cara kekerasan (memukul, mencubit, menjewer, membentak, dan lain-lain)
Dengan memilih dongeng yang isi ceritanya bagus, maka akan tertanam nilai-nilai moral yang baik. Setelah mendongeng sebaiknya pendongeng menjelaskan mana yang baik yang patut ditiru dan mana-mana saja yang buruk dan tidak perlu ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai tindak kenakalan dapat dikurangi dari menanamkan perilaku dan sifat yang baik dari mencontoh karakter ataupun sifat-sifat perilaku di dalam cerita dongeng. Mendongeng mungkin memiliki efek yang lebih baik daripada mengatur anak dengan cara kekerasan (memukul, mencubit, menjewer, membentak, dan lain-lain)
E. Perkembangan Sastra di Sulawesi Selatan
Sastra Indonesia merupakan salah satu bentuk pengungkapan pemikiran
tentang masyarakat baru Indonesia (Rumusan Seminar Politik Bahasa tahun 1999).
Sastra daerah, yang didalamnya telah direkam berbagai pengalaman yang berbeda,
tetapi saling berinteraksi dan dalam beberapa hal saling mempengaruhi, telah
ada dan berkembang jauh sebelum munculnya sastra Indonesia. Sastra Indonesia
dan daerah, baik yang lama maupun yang baru, tidak terlepas dari pengaruh dan
pertemuannya dengan kebudayaan dan sastra asing. Dalam perkembangan
selanjutnya, sastra Indonesia menjadi media ekspresi berbagai gagasan modern,
percerminan jati diri untuk membangun kebudayaan baru yang diilhami baik oleh
sumber-sumber kebudayaan tradisi maupun oleh kebudayaan modern. Perasaan dan
cita-cita nasional Indonesia telah diekspresikan oleh pengarang Indonesia dalam
bentuk puisi, roman, dan drama sebelum Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi
Kemerdekaan 1945, dan terus-menerus diutarakan dalam karya mereka setelah
perang kemerdekaan. Oleh karena itu, sastra Indonesia sebagai bagian kebudayaan
nasional berkedudukan sebagai wahana ekspresi budaya dalam upaya ikut memupuk
kesadaran sejarah serta semangat dan solidaritas kebangsaan. Pelestarian sastra
lama adalah salah satu upaya pemeliharaan sastra. Pemahaman terhadap karya
sastra akan lebih mudah dicapai jika suatu generasi mengalami kehidupan sastra
itu sendiri. Oleh karena itu, pemeliharaan karya sastra dapat dilakukan melalui
pemeliharaan tradisi bersastra di masyarakat, seperti sastra lisan, pembacaan
naskah lama, penuturan dongeng.
F. Pengajaran sastra di sekolah
Pengajaran sastra di sekolah dasar di Indonesia sangat memprihatinkan.
Anak-anak di SD sangat miskin cerita, baik cerita berbentuk buku maupun yang dilisankan.
Apalagi guru kurang menjelaskan tentang materi sastra. Hal ini dikarenakan guru
merasa kesulitan dalam memilih bentuk dan jenis cerita sastra yang cocok untuk
siswa. Kebanyakan guru kurang mengetahui cara mengapreasiasikan cerita sastra.
Khususnya guru-guru sekolah di Sulawesi Selatan yang lebih banyak didapatkan
saaat mengajarkan cerita rakyat yang ada di buku teks Bahasa Indonesia. Mereka
hanya membaca secara datar tanpa ada intonasi dan penggunaan mimik saat bercerita. Sehingga membuat siswa tidak
tertarik untuk mendengarkan cerita tersebut. Selain itu, siswa tidak mengetahui cerita daerah sendiri
karena guru hanya berpatokan dengan cerita dalam teks buku
Upaya pembinaan sastra melalui pengajaran selalu dikaitkan dengan tujuan
pengajaran sastra di sekolah. Tujuan pengajaran sastra di sekolah, baik sekolah
dasar maupun sekolah menengah tidak pernah tercapai karena porsi pengajaran
sastra hanya mendapat bagian kecil dari pengajaran bahasa. Ketersediaan guru sastra
di sekolah-sekolah sangat terbatas. Begitupun dengan pemanfaatan bahan ajar
sastra yang belum optimal. Berdasarkan hal tersebut, pengajaran sastra
hendaknya memperhatikan hal-hal berikut. 1) Tidak lagi merupakan bagian dari
pengajaran bahasa. 2) Didukung dengan pengadaan guru yang berkelayakan
mengajarkan sastra. 3) Didukung ketersediaan karya sastra yang memadai di
sekolah. 4) Diupayakan sastrawan, baik lokal maupun nasional, lebih banyak
dimanfaatkan melalui kegiatan tatap muka dengan guru sastra dan siswa. 5)
didukung dengan kegiatan ekstrakurikuler. Pemasyarakatan sastra Indonesia
dimaksudkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap
sastra Indonesia. Pemasyarakatan sastra Indonesia hendaklah menyentuh seluruh
lapisan masyarakat. Pemasyarakatan sastra dilakukan dengan tetap memperhatikan
dan memanfaatkan kekayaan sastra nusantara, antara lain mengacu pada
nilai-nilai budaya masyarakat.
G.
Contoh Dongeng dari Sulsel
Nenek
Pakande
Pada zaman dahulu kala, hidup seorang laki-laki yang
bernama La Paitong , dia mempunyai istri dan dua orang anak yang masih kecil.
Dia ini suka mencari ikan di sungai. Dan setiap kali
dia pergi mencari ikan , dia selalu bs mendapatkan ikan2 yang sangat besar.
Sementara org2 lainnya yg sama2 pergi memancing sangat sulit mendapatkan ikan.
Padahal selama memancing sering sekali La Paittong
malah tertidur. Lalu setiap kali dia terbangun , mata kailnya sudah ada
ikannya.
Itulah La Paittong yg dianggap org2 tukang tidur
(patindro) tapi selalu mujur.
Suatu kali dia pergi lagi memancing. Tp kali ini dia
sedang tidak beruntung.
Setelah lama memancing , hanya satu ikan yang
diperolehnya. Karena dia sudah sangat kelaparan , ikan itupun langsung
dimasaknya untuk dimakan.
Pikirnya : nanti setelah makan dia akan mencari ikan
lg khusus untuk anak dan istrinya.
Sambil menunggu ikannya matang , tanpa sengaja dia
pun tertidur lg.
Saat sedang tertidur, tanpa disadari tangannya
menyentuh dan menindih salah satu kayu bakar yang mengakibatkan periuk
terpental dan semua masakannya tumpah ke sungai dimana aliran sungai tersebut
cukup tenang dan sangat dalam. Dalam bahasa Bugis areal sungai seperti ini
disebut "Liwu''. Secara refleks La Paitong berlari ke pinggiran sungai
yang agak terjal, tapi sial baginya waktu berada dipinggiran sungai parangnya
ikut terjatuh ke dasar sungai. Dia segera melepaskan sarungnya dan melemparkan
ke belakang dan segera melompat kesungai untuk mencari parangnya namun ternyata
sarung yang dia lempar kebelakang berada tepat diatas api yang mengakibatkan
sarungnya terbakar. Setelah beberapa menit menyelam dia tidak berhasil
menemukan parangnya. Dengan perasaan kecewa ia naik ke permukaan dan betapa
kagetnya ia ketika melihat seekor anjing sedang memakan bungkusan nasinya. Dia
segera mengambil batu dan melempari anjing itu, berhubung matanya masih kabur
lemparannya tidak mengenai sasaran dan justru mengenai kendi tuaknya yangg ikut
pecah.
Sial sekali nasib La Paitong kali ini.
Sesampainya dirumah istrinya menyambutnya spt biasa
, dan betapa kecewanya istrinya krn La Paitong tdk membawa hasil apa2.
Tidak apa engkau tidak membawa makanan untuk aku,
tapi bagaimana dg anakmu ? "
La Paitong hanya menjawab dengan nada pelan :
"Bersabarlah istriku, suatu saat nanti pasti
saya akan membawakan makanan yang banyak untuk kalian ".
Beberapa bulan telah berlalu tiba2 dikampung tersiar
kabar bahwa ada seorang Nenek Siluman ( Nenek Pakande ) Yang akan menggelar
ritual hajatan. Menurut Cerita, Nenek Pakande ini adalah manusia kanibal yang
sangat ditakuti masyarakat. Nenek ini berhajat akan menunaikn ritual apabila ia
berhasil mengumpulkan 40 orang untuk dia bawa dan akan dia makan. Rencananya
dia akan menyembelih 40 ekor Ayam jantan, 40 ekor Ayam betina, dan memasak 40
liter ketam hitam serta 40 liter ketam Putih. Alhasil keinginginannya pun
terwujud dan dia berhasil menangkap orang yang ke-40. Kabar ini pun sampai
ditelinga La Paitong.
Mendengar hal ini La Paitong pun membayangkan
makanan2 yang akan ada di tempat Nene pakande.
Micci na ro elona La Paitong ,
Tepat pada malam Jum'at, Nenek Pakande telah
mempersiapkan segala sesuatunya yang dibutuhkan untuk ritual tengah malam
nanti. La Paitong pun segera meninggalkan rumahya dan berjalan ke hutan
belantara menuju rumah Nenek Pakande.
Setibanya di sekitaran rumah Nenek Pakande, dia berpikir
apa yang harus dia lakukan agar bisa menyelamatkan semua tawanan Nenek Pakande.
Dan mengambil makanan yg tersedia disana.
Dari kejauhan dia memperhatikan ternyata ada sepohon
kayu yang tumbuh cukup rimbun tepat disamping rumah Nenek Pakande, La Paitong
segera naik ke atas pohon untuk mengamati apa yang sedang dilakukan Nenek
Pakande. Karena dinding rumah itu hanya terbuat dari anyaman daun Nipa, maka ia
dapat memperhatikan apa yang sedang dilakukan Nenek Pakande.
Lama La Paitong diam diatas pohon , sampe dia
ketiduran lagi.
Tengah tertidur tiba2 dia terlonjak kaget. Ada
sesuatu yg mengganggunya. Dan ternyata diatas pohon itu ada seekor monyet yg
sedang memperhatikannya. Tanpa pikir panjang La Paitong menangkap monyet itu
dan mengikatnya di sebatang ranting.
Karena tidak suka diganggu dan ketakutan monyet itu
terus berteriak-teriak.
Nene Pakande pun yg sedang asik dengan kegiatannya ,
terkejut. Dia curiga kenapa ada suara-suara itu didekat rumahnya.
Padahal selama ini tidak pernah terdengar suara
seperti itu. Karena curiga Nenek Pakande akhirnya keluar
rumah untuk melihat apa yang menyebabkan suara-suara yang menyeramkan itu.
Tapi dia tidak melihat ada sesuatu yang mencurigakan
karena La Paitong bersembunyi di atas pohon. Nenek Pakande yang tidak melihat
sesuatu akhirnya masuk kembali ke dalam rumahnya dan melanjutkan pekerjaannya.
Lalu terdengar lagi suara teriakan kera itu dan kali
ini entah kenapa Nenek Pakande merasa merinding dan agak ketakutan.
Mungkin karena selama ini tidak ada manusia biasa
yang berani mendekati rumahnya. Jadi dia tidak pernah berfikir kalau suara itu
disebabkan oleh manusia biasa.
Konon kabarnya di sekitar kampung itu juga ada
seorang Raksasa yg dijuluki Raja Pitu Reppa , yg tubuhnya sangat besar dan
tingginya melebihi pohon-pohon di hutan (sekitar 7 hasta)
Nenek Pakande khawatir jangan-jangan raksasa inilah
yang ingin mengacaukan hajatannya. Namun ia tetap berusaha menenangkan diri dan
mencoba untuk kembali keluar rumah memperhatikan dr mana suara itu. Kali ini
dia membawa Obor untuk penerangan. Tapi cahaya obor itu tdk bisa menembus
rimbunnya dedaunan di pohon tempat La Paitong berada. Nenek Pakande benar-benar
ketakutan tapi dia tetap berusaha untuk menenangkan diri dan kembali naik ke
atas rumah. Melihat tingkah Nenek Pakande yg ketakutan, La Paitong kembali
melanjutkan aksinya.
Dia kembali mengganggu kera itu dan kera itu pun
berteriak lg. Dan akhirnya Nenek Pakande benar-benar ketakutan. Karena sudah
tidak tahan lagi Nenek Pakande turun dari rumahnya dan berlari tanpa tujuan
entah kemana. Karena situasi sudah aman, La Paitong turun dari Pohon dan naik
kerumah Nenek Pakande. Dia lalu membebaskan 40 orang yang ditawan Nenek
Pakande. Betapa gembiranya mereka karena telah bebas dan bisa kembali bertemu
keluarga masing-masing.
Yang dilakukan La Paitong selanjutnya ialah
menyantap makanan yang telah disediakan Nenek Pakande dan yang dia sisakan
hanya 40 liter ketam putih dan 40 ekor ayam betina kemudian dibawa pulang untuk
istri dan anaknya. Betapa senang mereka melihat La Paitong kembali dengan
membawa makanan yang sangat banyak. La Paitong pun berkata :
'' Inilah yang aku janjikan padamu, bahwa suatu saat
nanti aku akan membawa makanan yg banyak untuk kalian dan inilah buktinya ''
III
PENUTUP
Simpulan
1. Dongeng adalah cerita khayal semata
yang sulit dipercaya kebenarannya. Dalam dongeng disajikan hal-hal yang ajaib,
aneh, dan tidak masuk akal.
3. Ciri-ciri dongeng : anonim,
penyebaran secara lisan, berfungsi sebagai hiburan dan nasihat.
4. Pemeliharaan
karya sastra dapat dilakukan melalui pemeliharaan tradisi bersastra di
masyarakat, seperti sastra lisan, pembacaan naskah lama, penuturan dongeng.
5. Pengajaran
sastra di sekolah dasar di Indonesia sangat memprihatinkan. Anak-anak di SD
sangat miskin cerita, baik cerita berbentuk buku maupun yang dilisankan.
Apalagi guru kurang menjelaskan tentang materi sastra
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro Burhan. 2013. Sastra Anak (Pengantar Pemahaman Dunia Anak).
Jogjakarta: Gramedia.
http://planetxperia.blogspot.com/2014/04/pengertian-dongeng-jenis-jenis-dongeng.html
(Diakses tanggal 25 April 2015)
http://www.organisasi.org/1970/01/kegunaan-fungsi-manfaat-dongeng-untuk-anak-anak-cerita-sebelum-tidur.html
(Diakses tanggal 25 April 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar