TES
KEMAMPUAN PRODUKTIF
(TES
KEMAMPUAN MENULIS)
Aktifitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi
kemampuan (ketrampilan) berbahasa paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah
kemampuan mendengarkan/menyimak, berbicara dan membaca. Dibanding tiga kemapuan
berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur
asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan kemampuan menulis
menghendaki penguasaan berbagai unsur kebhasaan dan unsur di liar bahasa itu
sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi
haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut
dan padu.
Jika dalam kegiatan berbicara orang harus menguasai
lambang-lambang bunyi, kegiatan menulis menghendaki orang untuk menguasai
lambang atau simbol-simbol visual dan aturan tata tulis, khususnya menyangkut
masalah ejaan. Karena kelancaran komunikasi dalam suatu karangan sama sekali
tegantung pada bahasa yang dilambang visualkan.
1.
Menulis
sebagai Tugas Pragmatik
Tes kemampuan menulis cukup potensial untuk dijadikan tes
yang bersifat pragmatik. Pada umumnya, aktifitas orang menghasilkan bahasa
tidak semata-mata hanya bertujuan demi produktifitas bahasa itu sendiri,
melainkan karena ada sesuatu yang ingin dikomunikasikan lewat bahasa. Dengan
kata lain, bahasa hanya merupakan sarana dan gagasan apa yang ingin
dikomunikasikan.
Hal tersebut haruslah mempunyai dampak langsung bagi tugas-tugas
menulis. Tes tugas menulis hendaklah bukan semata-mata tuga untuk memilih dan menghasilkan
bhasa saja, melainkan bagaimana mengungkapkan gagasan dengan mempergunakan
sarana bahasa tulis secara tepat. Artinya tugas tersebut melatih siswa untuk
mengkomunikasikan gagasaanya seperti halnya tujuan komunikatif penulisan pada
umumnya. Yang demikian itu ditinjau dari segi tes kebahsaan adalah tes yang
bersifat pragmatik.
Tes kemampuan menulis yang hanya dimaksudkan mengungkap
kemampuan kebahasaan atau lebih tepatnya unsur-unsur tertentu kebhasaan saja,
cenderung akan bersifat diskrit atau mungkin integratif. Tes menulis yang
demikian dapat ditolelir jika ditunjukkan kepada pelajar bahasa tahap awal.
Unsur-unsur kebahasaan yang diteskan biasanya berupa strukur dan kosa kata.
Misalnya contoh berikut :
- Kesesuaian subjek dengan bentuk kata kerja
Buku itu (membaca/dibaca) si Amin
- Kesejajaran bentuk kata (kerja) dalam kalimat yang panjang
Setelah dikupasnya mangga itu. Lalu
(memberi/diberinya) bergula, meletakkannya/diletakkannya) di atas piring, baru
(memakannya/dimakannya)
- Tes pemakaian gaya bahasa dan kosa kata
Betapa sedihnya hatinya mendengar
berita, bahwa orang tuanya yang sangat dicintainya itu telah
(mati/berpulang/meninggal/mampus/wafat)
Bentuk-bentuk tes mungkin berupa mengenal kesalahan,
melengkapi kalimat ataupun membetulkan kalimat. Tugas-tugas tes seperti diatas
kurang dapat mengungkapkan kemampuan menulis siswa yang sebenarnya. Tes di atas
di samping tidak menuntut siswa untuk memikirkan unsur isi, juga hanya mengukur
aspek-aspek tertentu secara terpisah. Oleh karena itu, tugas itu tidak bersifat
alami seperti halnya tujuan komunikatif kegiatan menulis pada umumnya.
2.
Bentuk-bentuk
Tugas kemampuan menulis
Dilihat dari kemampuan berbahasa, menulis adalah aktifitas
aktif produktif, aktivitas yang menghasilkan bahasa. Dilihat dari pengertian
secara umum, menulis adalah aktifitas mengemukakan gagasan melalui media
bahasa. Aktifitas yang pertama menekankan unsu bahasa, sedang yang kedua gagasan.
Kedua unsur tersebut dalam tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah
hendaklah diberi penekanan yang sama. Artinya, walaupun tugas itu diberikan
dalam rangka mengukur kemampuan berbahasa, penilaian yang dilakukan hendaklah
mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi. Jadi,
penilaian kemampuan siswa mengorganisasikan dan mengemukakan gagasan dalam
bahasa yang tepat.
Sesuai dengan pemikiran di atas, tugas kemampuan menulis
adalah yang menuntut siswa mempertimbangkan sendiri unsur bahasa dan gagasan.
Dan tugas yang sesuai adalah tugas menulis secara esai (bentuk tes esai).
Adapun tugas menulis secara esai dapat bermacam-macam, sbb:
a) Tugas menyusun Alinea (Tes Objektif)
Tes kemampuan menulis bentuk
objektif yang mampu menuntut siswa untuk mempertimbangkan unsur bahasa dan
gagasan adalah tugas menyusun alinea berdasarkan kalimat-kalimat (biasanya
empat buah)yang disediakan. Tugas tersebut menuntut siswa untuk menyusun gagasan
secara tepat, menentukan kalimat yang berisi gagasan pokok dan pikiran-pikiran
penjelas, dan menemukan urutan kalimat secara logis. Untuk mengerjakan tugas
itu, siswa harus mempertimbangkan ide tiap kalimat sekaligus bahasanya. Contoh
:
1. Kita
harus menghadapi dan berusaha mengatasinya.
2. Atau,
jika tidak, kita akan semakin jauh tertinggal dibandingkan bangsa yang lain.
3. Kita
menyadari betul bahwa tantangan pembangunan menghadang disegala bidang
4. Kita
pasti berhasil asal kita bekerja keras, dan alternative lain tidak ada.
Keempat kalimat di atas akan menjadi
sebuah alinea yang baik jika disusun dengan urutan yang benar.
b) Menulis Berdasarkan Rangsang Visual
Bentuk-bentuk visual sebagai rangsang untuk menghasilkan
bahasa dapat berupa gambar atau film. Gambar yang dimaksud adalah gambar-gambar
yang membentuk rangkaian cerita, bisa berupa gambar yang disengaja dibuat untuk
tugas tes, gambar kartun, ataupun komik yang dapat diambil dari buku, majalah
atau surat kabar. Gambar tersebut hatuslah tidak mengandung tulisan yang
menjelaskan.
Contoh :
1. Berikut
disediakan empat buah gambar yang membentuk sebuah cerita
2. Buatlah
sebuah karangan berdasarkan gambar itu yang panjangnya kira-kira satu halaman
(sebagai variasi misalnya: tiap satu gambar menjadi satu alinea)
3. Jangan
lupa karangan harus diberi judul
Film yang dimaksudkan sebagai
rangsang tugas menulis dapat berupa film strip ataupun film bisu. Teknik
pelaksanaan yang biasa dilakukan adalah menyuruh siswa mengarang berdasarkan
informasi yang terdapat dalam film yang disajikan. Agar informasi itu dapat
lebih dipahami siswa, pemutarannya hendaklah lebih dari satu kali, dan sesudah
itu barulah siswa disuruh menulis.
c)
Menulis
Berdasarkan Rangsang Suara
Bentuk-bentuk suara yang dapat
disajikan rangsang tugas menulis bisa berupa suara langsung maupun suara
tidak langsung (melalui media tertentu).
Suara tak langsung adalah bentuk
bahasa yang dihasilkan dalam komunikasi konkret sepert percakapan, diskusi,
ceramah, dll. Tugas yang diberikan kepada siswa adalah menulis berdasarkan
masalah yang dibicarakan dalam percakapan, diskusi, ceramah yang diikutinya.
Bentuk suara tidak langsung adalah
bentuk bahasa yang tidak lagsung didengar dari orang yang menghasilkannya.
Misalnya berupa program rekaman atau radio seperti percakapan, ceramah,
pembacaan buku, drama ataupun acara siaran tertentu di aradio. Tugas yang
diberikan adalah menulis berdasarkan pesan atau informasi yang didengarnya
melalui sarana rekaman atau radio. Tugas rangsang ini bersifat tumpang tindih
dengan tugas mendengarkan.
d) Menulis dengan Rangsang Buku
Buku sebagai bahan atau rangsang
untuk tugas menulis sudah lazim dan banyak dilakukan di sekolah dan perguruan
tinggi. Pada tingkat yang sekolah yang ledih rendah (dasar,menengah petama ,dan
atas) untuk melatih siswa secara produktif menghasilkan bahasa. Hal ini
disebabkan isi karangan telah secara pasti ditetapkan di buku, sehingga tugas
menulis itu sebenarnya berupa latihan membahasaan sendiri gagasan yang telah
ditemukan. Pada tingkat sekolah yang lebih tinggi, tidak lagi sebagai latihan
tetapi tugas menulis berupa laporan, misalnya laporan telah membaca buku,
seperti rangkuman.
Buku yang dijadikan perangsang tugas
menulis dapat dibedakan dua macam yaitu buku fiksi dan nonfiksi. Tugas menulis
buku fiksi (cerita: cerpen, novel, roman) inilah yang lebih banyak dilakukan
untuk melatih kemampuan menulis siswa.
Contoh :
Ceritakan kembali dalam bentuk
karangan buku Mutiara dari Sebuah
Dusun yang anda baca, atau jika untuk siswa yang lebih tinggi: Buatlah
ringkasan cerita novel Keberangkatan.
Tugas menulis yang berupa tugas
membuat laporan biasanya dilakukan terhadap buku-buku nonfiksi. Jadi, tugas ini
lebih dikaitkan dengan tujuan memahami isi pelajaran dalam suatu mata
pelajaran.
Tugas menulis berdasarkan rangsang
buku yang lain misalnya berupa tugas membuat resensi buku, ini lebih sulit
karena harus menguasai isi buku yang bersangkutan dan teknik membuat resensi.
e)
Menulis
Laporan
Dalam kaitannya dengan pengajaran
bahasa, menulis laporan pun dapat dimanfaatkan untuk melatih siswa dan
mengungkap kemampuan menulis siswa. Ada banyak hal bisa dijadikan bahan
penulisan laporan, misalnya laporan kegiatan perjalanan, darmawisata, laporan penelitian,
laporan mengikuti pelajaran tertentu seperti seminar, dsb.
Penyusunan yang paling sering
ditugaskan kepada siswa adalah laporan peninjauan ke objek-objek tertentu atau
darmawiasata. Sebaiknya guru memberitahukan terlebih dahulu dan menjelaskan hal-hal
apa saja yang harus dilakukan.
f) Menulis Surat
Mengingat pentingnya peranan surat
untuk berbagai keperluan, menulis surat hendaklah telah dilatih dan ditugaskan
kepada siswa di sekolah. Sebagian guru mungkin kurang memperhatikan tugas
tersebut. Tetapi menulis surat dapat dipakai sebagai salah satu sarana untuk
melatih dan mengungkap kemampuan menulis siswa.
Jenis surat yang ditulis hendaknya
di tekankan pada surat resmi, atau penulisan surat yang menutut
penggunaan bahasa secara baik dan benar. Untuk penulisan surat-surat resmi,
misalnya surat lamaran pekerjaan atau undangan. Siswa diperbolehkan memilih
model sendiri, dan tidak harus mencontoh model yang telah lazim.
g) Menulis Berdasarkan Tema Tertentu
Tes kemampuan menulis yang paling
sering diberikan kepada siswa adalah dengan menyediakan tema atau sejumlah
tema, ada kalanya bisa berupa judul-judul harus dipilih salah satu di
antaranya.
3. Teknik penilaian hasil Karangan
Model atau teknik penilaian yang dilakukan terhadap karangan
siswa biasanya bersifat holistik, impresif dan selintas. Jadi, penilaian yang
bersifat menyeluruh berdasarkan pesan yang diperoleh dari membaca karangan
secara selintas. Penilaian yang demikian, jika dilakukan oleh orang yang ahli
dan berpengalaman memang sedikit banyak dapat dipertanggungjawabkan. Akan
tetapi, keahlian itu belum tentu dimiliki oleh para guru di sekolah.
Penilaian
hendaknya sekaligus disertai dengan penilaiaan yang bersifat analisis.
Penilaian yang bersifat analisis memerinci karangan ke dalam beberapa unsur
tertentu. Perincian unsur tesebut dapat berbeda tergantung jenis karangan itu
sendiri. Adapun perinciannya sendiri bervariasi. Salah satu modelnya seperti
Unsur-unsur yang dimaksud meliputi :
(1)
Content ( isi, gagasan yang dikemukakan)
(2)
Form ( organisasi isi)
(3)
Grammar (tata bahasa dan pola kalimat)
(4)
Style ( gaya: pilihan struktur dan kosa kata)
(5)
Mechanics (ejaan)
Untuk keperluan praktis, perlu menentukan bobot atau
besarnya porsi untuk masing-masing unsur tersebut. Bobot yang diberikan mungkin
sama, misalnya model skala 1 sampai 10. Akan tetapi mungkin juga menganggap
tidak adil jika tiap unsur itu diberi bobot sama. Idealnya, pembobotan itu
mencerminkan tingkat pentingnya masing-masing unsur dalam karangan. Dengan
demikian, unsur yang lebih penting diberi bobot yang lebih tinggi. Berdasarkan
pertimbangan terakhir tersebut, berikut dicoba membobot masing-masing unsur
karangan di atas dengan kemungkinan sekor maksimum 100.
Model penilaian Tugas menulis dengan pembobotan masing-masing
unsur
NO
|
UNSUR
YANG DINILAI
|
SKOR
MAKSIMUM
|
SKOR
SISWA
|
1
|
Isi gagasan yang dikemukan
|
35
|
……
|
2
|
Organisasi isi
|
25
|
……
|
3
|
Tata bahasa
|
20
|
……
|
4
|
Gaya: pilihan srtuktur dan kosa
kata
|
15
|
……
|
5
|
Ejaan
|
5
|
……
|
JUMLAH
|
100
|
……
|
Pembobotan yang dicontohkan dalam model di atas tidaklah
bersifat mutlak. Tiap guru tentu saja dapat membuat atau memilh model yang
dianggapnya paling sesuai. Hanya saja pemilihan model itu hendaklah disertai
kesadaran bahwa kita berusaha untuk menilai karangan dengan seobjektif dan
secermat mungkin. Untuk itu disarankan, tiap karangan hendaklah dibaca dengan
teliti peling tidak dua kali, dan ada baiknya pula nama siswa ditutup.
4.
Tingkat
Tes Kemampuan Menulis
Seperti halnya dengan
tingkatan tes kemampuan berbicara, tingkatan tes kemampuan menulis pun tidak
semata-mata hanya melibatkan kognitif saja, melainkan juga psikomotorik yang
berupa aktifitas (otot) untuk menulis. Namun, aktivitas kognitif memang lebih
jauh menonjol daripada psikomotoris. Dalam kegiatan menulis, terdapat dua
masalah pokok yang terlibatkan: memilih (mungkin menentukan) gagasan yang akan
dikemukakan dan memilih ungkapan (baca: bahasa) untuk mengemukakan gagasan.
Singkatnya kedua masalah yang terlibat itu adalah unsur gagasan dan bahasa.
Proses pemilihan terhadap kedua unsur tersebut merupakan kerja kognitif. Tugas
menulis menuntut kemampuan kognitif yang tinggi, pengetahuan yang luas, dan
lain-lain termasuk kepekaan menulis.
1) Tes
kemampuan menulis tingkat ingatan
Tes
kemampuan menulis pada tingkat ingatan, seperti halnya tes kemampuan berbicara
lebih bersifat teoritis. Artinya, tes lebih berhubungan dengan teori atau
pengetahuan tentang menulis yang sering diajarkan sebelum siswa disuruh praktik
menulis. Pengetahuan yang dimaksud misalnya yang berhubungan dengan masalah
definisi, pengertian, konsep, fakta, dan istilah-istilah yang biasanya ditemui
dalam pelajaran. Misalnya masalah alinea, macam-macam alinea, jenis-jenis
karangan, kalimat penjelasan, dan sebagainya.
2) Tes
kemampuan menulis tingkat pemahaman
Tes
kemampuan menulis untuk tingkat pemahaman pun, seperti halnya tingkat ingatan
diatas, masih lebih bersifat teoritis. Tes pada tingkat ini juga belum menugasi
siswa untuk menghasilkan karya tulis secara sungguh-sungguh. Artinya,
menghasilkan karangan yang lebih gagasan maupun bahasanya berasal dari siswa.
Tes yang ditanyakan pada siswa masih berkaitan dengan pengetahuan tentang seluk
beluk tugas menulis, tetapi lebih dari sekedar yang bersifat mengingat saja.
3) Tes
kemampuan menulis pada tingkat penerapan
Tes
kemampuan menulis pada tingkat penerapan telah menuntut siswa untuk benar-benar
menghasilkan karya tulis. Tugas-tugas menulis yang di maksud adalah dalam
kaitannya dengan teori menulis yang tingkatan tesnya berada dalam tingkat
ingatan dan pemahaman di atas. Jika dalam kedua tingkatan tes di atas siswa
hanya ditanyai, misalnya, pengertian alinea, macam-macamnya, jenis-jenis
karangan, dan sebagainya, dalam tes tingkat penerapan siswa di minta untuk menulis
sendiri alinea dengan macam tertentu, jenis karangan tertentu, dan sebagainya.
Pendek kata, siswa telah di minta untuk mengemukakan gagasan sendiri sekaligus
dengan bahasa sebagai sarannya.
4.
Catatan
tes kemampuan menulis tingkat Analisis ke Atas
Tes kemampuan menulis
pada tingkat analisis, sitensis, dan evaluasi, sesuai dengan tingkatannya yang di
atas penerapan, juga menghendaki siswa untuk praktik untuk menghasilkan karya
tulis. Dalam kegiatan menulis, baik berdasarkan rangsang fisual, suara, buku,
maupun yang lain, ketiga aktifitas kognitif tersebut akan sama-sama terlibat
dan tidak mudah di bedakan karya tulis yang di hasilkan merupakan data yang
padu yang secara garis besar hanya dapat di bedakan berdasarkan bahasa dan isi
yang di kemukakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurgiantoro,
Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Nurgiantoro,
Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta:
BPFE.
izin kopas boleh? terimakasih
BalasHapussksksksk
BalasHapus