Senin, 18 Mei 2015

Tes Kemampuan Menulis (Tugas Evaluasi)



TES KEMAMPUAN PRODUKTIF
(TES KEMAMPUAN MENULIS)

Aktifitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan (ketrampilan) berbahasa paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan/menyimak, berbicara dan membaca. Dibanding tiga kemapuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebhasaan dan unsur di liar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu.
Jika dalam kegiatan berbicara orang harus menguasai lambang-lambang bunyi, kegiatan menulis menghendaki orang untuk menguasai lambang atau simbol-simbol visual dan aturan tata tulis, khususnya menyangkut masalah ejaan. Karena kelancaran komunikasi dalam suatu karangan sama sekali tegantung pada bahasa yang dilambang visualkan.
1.      Menulis sebagai Tugas Pragmatik
Tes kemampuan menulis cukup potensial untuk dijadikan tes yang bersifat pragmatik. Pada umumnya, aktifitas orang menghasilkan bahasa tidak semata-mata hanya bertujuan demi produktifitas bahasa itu sendiri, melainkan karena ada sesuatu yang ingin dikomunikasikan lewat bahasa. Dengan kata lain, bahasa hanya merupakan sarana dan gagasan apa yang ingin dikomunikasikan.
Hal tersebut haruslah mempunyai dampak langsung bagi tugas-tugas menulis. Tes tugas menulis hendaklah bukan semata-mata tuga untuk memilih dan menghasilkan bhasa saja, melainkan bagaimana mengungkapkan gagasan dengan mempergunakan sarana bahasa tulis secara tepat. Artinya tugas tersebut melatih siswa untuk mengkomunikasikan gagasaanya seperti halnya tujuan komunikatif penulisan pada umumnya. Yang demikian itu ditinjau dari segi tes kebahsaan adalah tes yang bersifat pragmatik.
Tes kemampuan menulis yang hanya dimaksudkan mengungkap kemampuan kebahasaan atau lebih tepatnya unsur-unsur tertentu kebhasaan saja, cenderung akan bersifat diskrit atau mungkin integratif. Tes menulis yang demikian dapat ditolelir jika ditunjukkan kepada pelajar bahasa tahap awal. Unsur-unsur kebahasaan yang diteskan biasanya berupa strukur dan kosa kata. Misalnya contoh berikut :
  • Kesesuaian subjek dengan bentuk kata kerja
Buku itu (membaca/dibaca) si Amin
  • Kesejajaran bentuk kata (kerja) dalam kalimat yang panjang
Setelah dikupasnya mangga itu. Lalu (memberi/diberinya) bergula, meletakkannya/diletakkannya) di atas piring, baru (memakannya/dimakannya)
  • Tes pemakaian gaya bahasa dan kosa kata
Betapa sedihnya hatinya mendengar berita, bahwa orang tuanya yang sangat dicintainya itu telah (mati/berpulang/meninggal/mampus/wafat)
Bentuk-bentuk tes mungkin berupa mengenal kesalahan, melengkapi kalimat ataupun membetulkan kalimat. Tugas-tugas tes seperti diatas kurang dapat mengungkapkan kemampuan menulis siswa yang sebenarnya. Tes di atas di samping tidak menuntut siswa untuk memikirkan unsur isi, juga hanya mengukur aspek-aspek tertentu secara terpisah. Oleh karena itu, tugas itu tidak bersifat alami seperti halnya tujuan komunikatif kegiatan menulis pada umumnya.
2.      Bentuk-bentuk Tugas kemampuan menulis
Dilihat dari kemampuan berbahasa, menulis adalah aktifitas aktif produktif, aktivitas yang menghasilkan bahasa. Dilihat dari pengertian secara umum, menulis adalah aktifitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktifitas yang pertama menekankan unsu bahasa, sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut dalam tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaklah diberi penekanan yang sama. Artinya, walaupun tugas itu diberikan dalam rangka mengukur kemampuan berbahasa, penilaian yang dilakukan hendaklah mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi. Jadi, penilaian kemampuan siswa mengorganisasikan dan mengemukakan gagasan dalam bahasa yang tepat.
Sesuai dengan pemikiran di atas, tugas kemampuan menulis adalah yang menuntut siswa mempertimbangkan sendiri unsur bahasa dan gagasan. Dan tugas yang sesuai adalah tugas menulis secara esai (bentuk tes esai). Adapun tugas menulis secara esai dapat bermacam-macam, sbb:
a)      Tugas menyusun Alinea (Tes Objektif)
Tes kemampuan menulis bentuk objektif yang mampu menuntut siswa untuk mempertimbangkan unsur bahasa dan gagasan adalah tugas menyusun alinea berdasarkan kalimat-kalimat (biasanya empat buah)yang disediakan. Tugas tersebut menuntut siswa untuk menyusun gagasan secara tepat, menentukan kalimat yang berisi gagasan pokok dan pikiran-pikiran penjelas, dan menemukan urutan kalimat secara logis. Untuk mengerjakan tugas itu, siswa harus mempertimbangkan ide tiap kalimat sekaligus bahasanya. Contoh  :
1.      Kita harus menghadapi dan berusaha mengatasinya.
2.      Atau, jika tidak, kita akan semakin jauh tertinggal dibandingkan bangsa yang lain.
3.      Kita menyadari betul bahwa tantangan pembangunan menghadang disegala bidang
4.      Kita pasti berhasil asal kita bekerja keras, dan alternative lain tidak ada.
Keempat kalimat di atas akan menjadi sebuah alinea yang baik jika disusun dengan urutan yang benar.
b)      Menulis Berdasarkan Rangsang Visual
Bentuk-bentuk visual sebagai rangsang untuk menghasilkan bahasa dapat berupa gambar atau film. Gambar yang dimaksud adalah gambar-gambar yang membentuk rangkaian cerita, bisa berupa gambar yang disengaja dibuat untuk tugas tes, gambar kartun, ataupun komik yang dapat diambil dari buku, majalah atau surat kabar. Gambar tersebut hatuslah tidak mengandung tulisan yang menjelaskan.
Contoh :
1.      Berikut disediakan empat buah gambar yang membentuk sebuah cerita
2.      Buatlah sebuah karangan berdasarkan gambar itu yang panjangnya kira-kira satu halaman (sebagai variasi misalnya: tiap satu gambar menjadi satu alinea)
3.      Jangan lupa karangan harus diberi judul
Film yang dimaksudkan sebagai rangsang tugas menulis dapat berupa film strip ataupun film bisu. Teknik pelaksanaan yang biasa dilakukan adalah menyuruh siswa mengarang berdasarkan informasi yang terdapat dalam film yang disajikan. Agar informasi itu dapat lebih dipahami siswa, pemutarannya hendaklah lebih dari satu kali, dan sesudah itu barulah siswa disuruh menulis.
c)      Menulis Berdasarkan Rangsang Suara
Bentuk-bentuk suara yang dapat disajikan rangsang  tugas menulis bisa berupa suara langsung maupun suara tidak langsung (melalui media tertentu).
Suara tak langsung adalah bentuk bahasa yang dihasilkan dalam komunikasi konkret sepert percakapan, diskusi, ceramah, dll. Tugas yang diberikan kepada siswa adalah menulis berdasarkan masalah yang dibicarakan dalam percakapan, diskusi, ceramah yang diikutinya.
Bentuk suara tidak langsung adalah bentuk bahasa yang tidak lagsung didengar dari orang yang menghasilkannya. Misalnya berupa program rekaman atau radio seperti percakapan, ceramah, pembacaan buku, drama ataupun acara siaran tertentu di aradio. Tugas yang diberikan adalah menulis berdasarkan pesan atau informasi yang didengarnya melalui sarana rekaman atau radio. Tugas rangsang ini bersifat tumpang tindih dengan tugas mendengarkan.
d)     Menulis dengan Rangsang Buku
Buku sebagai bahan atau rangsang untuk tugas menulis sudah lazim dan banyak dilakukan di sekolah dan perguruan tinggi. Pada tingkat yang sekolah yang ledih rendah (dasar,menengah petama ,dan atas) untuk melatih siswa secara produktif menghasilkan bahasa. Hal ini disebabkan isi karangan telah secara pasti ditetapkan di buku, sehingga tugas menulis itu sebenarnya berupa latihan membahasaan sendiri gagasan yang telah ditemukan. Pada tingkat sekolah yang lebih tinggi, tidak lagi sebagai latihan tetapi tugas menulis berupa laporan, misalnya laporan telah membaca buku, seperti rangkuman.
Buku yang dijadikan perangsang tugas menulis dapat dibedakan dua macam yaitu buku fiksi dan nonfiksi. Tugas menulis buku fiksi (cerita: cerpen, novel, roman) inilah yang lebih banyak dilakukan untuk melatih kemampuan menulis siswa.
Contoh :
Ceritakan kembali dalam bentuk karangan buku Mutiara dari Sebuah Dusun yang anda baca, atau jika untuk siswa yang lebih tinggi: Buatlah ringkasan cerita novel Keberangkatan.
Tugas menulis yang berupa tugas membuat laporan biasanya dilakukan terhadap buku-buku nonfiksi. Jadi, tugas ini lebih dikaitkan dengan tujuan memahami isi pelajaran dalam suatu mata pelajaran.
Tugas menulis berdasarkan rangsang buku yang lain misalnya berupa tugas membuat resensi buku, ini lebih sulit karena harus menguasai isi buku yang bersangkutan dan teknik membuat resensi.


e)      Menulis Laporan
Dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa, menulis laporan pun dapat dimanfaatkan untuk melatih siswa dan mengungkap kemampuan menulis siswa. Ada banyak hal bisa dijadikan bahan penulisan laporan, misalnya laporan kegiatan perjalanan, darmawisata, laporan penelitian, laporan mengikuti pelajaran tertentu seperti seminar, dsb.
Penyusunan yang paling sering ditugaskan kepada siswa adalah laporan peninjauan ke objek-objek tertentu atau darmawiasata. Sebaiknya guru memberitahukan terlebih dahulu dan menjelaskan hal-hal apa saja yang harus dilakukan.
f)       Menulis Surat
Mengingat pentingnya peranan surat untuk berbagai keperluan, menulis surat hendaklah telah dilatih dan ditugaskan kepada siswa di sekolah. Sebagian guru mungkin kurang memperhatikan tugas tersebut. Tetapi menulis surat dapat dipakai sebagai salah satu sarana untuk melatih dan mengungkap kemampuan menulis siswa.
Jenis surat yang ditulis hendaknya di tekankan pada surat resmi, atau penulisan surat  yang menutut penggunaan bahasa secara baik dan benar. Untuk penulisan surat-surat resmi, misalnya surat lamaran pekerjaan atau undangan. Siswa diperbolehkan memilih model sendiri, dan tidak harus mencontoh model yang telah lazim.
g)      Menulis Berdasarkan Tema Tertentu
Tes kemampuan menulis yang paling sering diberikan kepada siswa adalah dengan menyediakan tema atau sejumlah tema, ada kalanya bisa berupa judul-judul harus dipilih salah satu di antaranya.
3.      Teknik penilaian hasil Karangan
Model atau teknik penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistik, impresif dan selintas. Jadi, penilaian yang bersifat menyeluruh berdasarkan pesan yang diperoleh dari membaca karangan secara selintas. Penilaian yang demikian, jika dilakukan oleh orang yang ahli dan berpengalaman memang sedikit banyak dapat dipertanggungjawabkan. Akan tetapi, keahlian itu belum tentu dimiliki oleh para guru di sekolah.
Penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaiaan yang bersifat analisis. Penilaian yang bersifat analisis memerinci karangan ke dalam beberapa unsur tertentu. Perincian unsur tesebut dapat berbeda tergantung jenis karangan itu sendiri. Adapun perinciannya sendiri bervariasi. Salah satu modelnya seperti Unsur-unsur yang dimaksud meliputi :
(1)   Content ( isi, gagasan yang dikemukakan)
(2)   Form ( organisasi isi)
(3)   Grammar (tata bahasa dan pola kalimat)
(4)   Style ( gaya: pilihan struktur dan kosa kata)
(5)   Mechanics (ejaan)
Untuk keperluan praktis, perlu menentukan bobot atau besarnya porsi untuk masing-masing unsur tersebut. Bobot yang diberikan mungkin sama, misalnya model skala 1 sampai 10. Akan tetapi mungkin juga menganggap tidak adil jika tiap unsur itu diberi bobot sama. Idealnya, pembobotan itu mencerminkan tingkat pentingnya masing-masing unsur dalam karangan. Dengan demikian, unsur yang lebih penting diberi bobot yang lebih tinggi. Berdasarkan pertimbangan terakhir tersebut, berikut dicoba membobot masing-masing unsur karangan di atas dengan kemungkinan sekor maksimum 100.
Model penilaian Tugas menulis dengan pembobotan masing-masing unsur
NO
UNSUR YANG DINILAI
SKOR MAKSIMUM
SKOR SISWA
1
Isi gagasan yang dikemukan
35
……
2
Organisasi isi
25
……
3
Tata bahasa
20
……
4
Gaya: pilihan srtuktur dan kosa kata
15
……
5
Ejaan
5
……
JUMLAH
100
……
Pembobotan yang dicontohkan dalam model di atas tidaklah bersifat mutlak. Tiap guru tentu saja dapat membuat atau memilh model yang dianggapnya paling sesuai. Hanya saja pemilihan model itu hendaklah disertai kesadaran bahwa kita berusaha untuk menilai karangan dengan seobjektif dan secermat mungkin. Untuk itu disarankan, tiap karangan hendaklah dibaca dengan teliti peling tidak dua kali, dan ada baiknya pula nama siswa ditutup.
4.      Tingkat Tes Kemampuan Menulis
Seperti halnya dengan tingkatan tes kemampuan berbicara, tingkatan tes kemampuan menulis pun tidak semata-mata hanya melibatkan kognitif saja, melainkan juga psikomotorik yang berupa aktifitas (otot) untuk menulis. Namun, aktivitas kognitif memang lebih jauh menonjol daripada psikomotoris. Dalam kegiatan menulis, terdapat dua masalah pokok yang terlibatkan: memilih (mungkin menentukan) gagasan yang akan dikemukakan dan memilih ungkapan (baca: bahasa) untuk mengemukakan gagasan. Singkatnya kedua masalah yang terlibat itu adalah unsur gagasan dan bahasa. Proses pemilihan terhadap kedua unsur tersebut merupakan kerja kognitif. Tugas menulis menuntut kemampuan kognitif yang tinggi, pengetahuan yang luas, dan lain-lain termasuk kepekaan menulis.
1)      Tes kemampuan menulis tingkat ingatan
Tes kemampuan menulis pada tingkat ingatan, seperti halnya tes kemampuan berbicara lebih bersifat teoritis. Artinya, tes lebih berhubungan dengan teori atau pengetahuan tentang menulis yang sering diajarkan sebelum siswa disuruh praktik menulis. Pengetahuan yang dimaksud misalnya yang berhubungan dengan masalah definisi, pengertian, konsep, fakta, dan istilah-istilah yang biasanya ditemui dalam pelajaran. Misalnya masalah alinea, macam-macam alinea, jenis-jenis karangan, kalimat penjelasan, dan sebagainya.
2)      Tes kemampuan menulis tingkat pemahaman
Tes kemampuan menulis untuk tingkat pemahaman pun, seperti halnya tingkat ingatan diatas, masih lebih bersifat teoritis. Tes pada tingkat ini juga belum menugasi siswa untuk menghasilkan karya tulis secara sungguh-sungguh. Artinya, menghasilkan karangan yang lebih gagasan maupun bahasanya berasal dari siswa. Tes yang ditanyakan pada siswa masih berkaitan dengan pengetahuan tentang seluk beluk tugas menulis, tetapi lebih dari sekedar yang bersifat mengingat saja.
3)      Tes kemampuan menulis pada tingkat penerapan
Tes kemampuan menulis pada tingkat penerapan telah menuntut siswa untuk benar-benar menghasilkan karya tulis. Tugas-tugas menulis yang di maksud adalah dalam kaitannya dengan teori menulis yang tingkatan tesnya berada dalam tingkat ingatan dan pemahaman di atas. Jika dalam kedua tingkatan tes di atas siswa hanya ditanyai, misalnya, pengertian alinea, macam-macamnya, jenis-jenis karangan, dan sebagainya, dalam tes tingkat penerapan siswa di minta untuk menulis sendiri alinea dengan macam tertentu, jenis karangan tertentu, dan sebagainya. Pendek kata, siswa telah di minta untuk mengemukakan gagasan sendiri sekaligus dengan bahasa sebagai sarannya.

4.      Catatan tes kemampuan menulis tingkat Analisis ke Atas
Tes kemampuan menulis pada tingkat analisis, sitensis, dan evaluasi, sesuai dengan tingkatannya yang di atas penerapan, juga menghendaki siswa untuk praktik untuk menghasilkan karya tulis. Dalam kegiatan menulis, baik berdasarkan rangsang fisual, suara, buku, maupun yang lain, ketiga aktifitas kognitif tersebut akan sama-sama terlibat dan tidak mudah di bedakan karya tulis yang di hasilkan merupakan data yang padu yang secara garis besar hanya dapat di bedakan berdasarkan bahasa dan isi yang di kemukakan.

DAFTAR PUSTAKA

Nurgiantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Nurgiantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.


2 komentar: