BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan,
tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia,
yang semuanya diungkapkan dengan cara bahasa yang khas. Anak-anak sebagai
manusia dalam tahap pertumbuhan contoh, ketika seorang ibu menggendong anaknya,
sering kita lihat sang ibu mendendangkan lagu untuk meninabobokan anaknya.
Tidak sedikit orang tua mendongengi anaknya menjelang tidur, anak mendengarkan
dengan penuh perhatian dan merasa puas hingga tertidur. Hal ini memberi
gambaran bahwa sastra juga dibutuhkan anak, anak merasa nyaman dan senang
menikmati sastra. Pemenuhan kebutuhan akan cerita merupakan salah satu
pemenuhan kebutuhan bathiniah yang besar perannya bagi pembentukan kepribadian.
Manusia hidup dibekali rasa ingin tahu terhadap segala
sesuatu yang dapat di pandang sebagai misteri tentang dunia, termasuk di
dalamnya misteri tentang kehidupan. Misteri tentang kehidupan inilah yang
banyak di angkat ke dalam cerita fiksi, baik fiksi anak maupun fiksi dewasa.
Dengan membaca dan menikmati cerita fiksi, tidak saja anak-anak, kita
memperoleh kenikmatan cerita dan pemenuhan rasa ingin tahu, melainkan juga
secara tidak langsung belajar tentang kehidupan, kehidupan yang sengaja
dikreasi dan didialogkan kepada
anak-anak, kita.
Masa anak-anak adalah masa ingin tahu tentang segala
sesuatu. Minat anak terhadap hal-hal yang belum diketahuinya sangat tinggi,
karena itu anak sering mengajukan pertanyaan tentang segala hal yang
diamatinya. Kelebihan anak-anak adalah tidak pernah “kuwalahan” apabila
diberi informasi sebanyak apapun. Sedangkan kekurangan orang dewasa adalah
sering “kelabakan” dalam menjawab pertanyaan anak. Seorang anak juga
ingin mengetahui apa saja yang dapat dijangkau pikirannya. Anak-anak bahkan ada
yang suka mendengarkan orang dewasa yang sedang berbicara, kadang mereka juga
mencoba ikut terlibat dalam pembicaraan orang dewasa. Selain
butuh informasi anak juga butuh pengakuan, dan penghargaan. Berbagai
keperluan tersebut, terutama keperluan akan informasi, harus diupayakan untuk
dipenuhi agar pengetahuan dan wawasan anak semakin bertambah seiring dengan
bertambahnya usia. Pemuasan rasa ingin tahu anak dapat dipenuhi lewat bacaan
atau pun dalam bentuk cerita. Salah satu contoh bacaan anak adalah cerita fiksi
anak kontemporer.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cerita
Fiksi Anak
1. Hakikat Cerita Fiksi Anak
Menurut
Lukens (2003), genre fiksi anak dapat di kelompokkan ke dalam fiksi
realistik (realistic fiction), fiksi
fantasi (fantacy), fiksi formula (formula fiction), fiksi sejarah (historical
fiction), fiksi sainss (scientific fiction) dan fiksi biografis (biographical
fiction). Hakikat fiksi adalah menunjuk pada sebuah cerita yang kebenarannya
tidak menunjuk pada kebenaran sejarah, kebenaran empirik-faktual. Jadi apa yang
di kisahkan dalam teks fiksi adalah segala sesuatu khususnya untuk tokoh dan
peristiwa yang bersifat imajinatif. Walau demikian, campur aduk dan bolak balik
antara penceritaan fakta imajinatif dan
fakta faktual sering saja terjadi. Untuk kategori fiksi dewasa, tiga jenis
fiksi yang di sebut belakangan dikenal dengan sebutan nonfiksi ( nonfiction
fiction ).
2. Unsur Cerita Fiksi Anak
Sebuah
teks sastra yang tersaji di hadapan pembaca sebenarnya adalah sebuah kesatuan
dari berbagai elemen yang membentuknya. Elemen-elemen itu dapat di bedakan ke
dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur
intrinsik adalah unsur-unsur cerita fiksi yang secara langsung berada di dalam,
menjadi bagian, dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan. Unsur
fiksi yang termasuk dalam kategori ini misalnya adalah tokoh dan penokohan,
alur, pengaluran, dan berbagai peristiwa yang membentuknya, latar, sudut
pandang, dan lain-lain. Dalam rangka telaah teks-teks fiksi cerita anak, juga
fiksi dewasa, unsur-unsur intrinsik inilah yang lebih menjadi fokus perhatian.
Unsur
ekstrinsik, di pihak lain adalah unsur yang berada di luar teks fiksi yang
bersangkutan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap bangun cerita yang di
kisahkan, langsung atau tidak langsung. Hal-hal yang dapat di kategorikan ke
dalam bagian ini misalnya adalah jati diri pengarang yang mempunyai ideologi,
pandangan hidup dan way of life bangsanya, kondisi kehidupan sosial budaya
masyarakat yang di jadikan latar cerita dan lain-lain.
B. Macam
Cerita Fiksi Anak
Cerita fiksi anak dapat
dibedakan ke dalam beberapa kategori berdasarkan dari mana dilihat. Jika
dilihat berdasarkan panjang pendeknya cerita yang dikisahkan, cerita fiksi anak
dibedakan menjadi dua, yaitu novel dan cerita pendek (cerpen). Jika dilihat
berdasarkan isi ceritanya, cerita fiksi anak dibedakan menjadi lima, yaitu
fiksi realistik, fiksi fantasi, fiksi formula, fiksi historis dan fiksi
biografis.
1. Novel dan Cerpen
Cerita
fiksi anak dapat berbentuk novel dan cerpen. Berbeda halnya dengan novel yang
terbit sendiri dalam sebuah buku, cerpen umumnya dimuat dalam berbagai majalah
dan surat kabar harian seperti Bobo dan kompas minggu. Walau demikian, cerpen
dalam majalah Bobo kemudian dikumpulkan dan telah diterbitkan menjadi sebuah
buku, mirip majalah, dengan nama kumpulan Dongeng Bobo dalam seri-seri
tertentu. Hal itu sengaja dikemukakan untuk menunjukkan betapa tidak sulitnya
menemukan bacaan cerita fiksi anak baik yang berbentuk novel maupun cerpen, di
samping berbagai genre sastra anak yang lain.
Sebagai
sama-sama karya yang bergenre fiksi,novel dan cerpen memiliki persamaan dan
perbedaan. Novel dan cerpen memiliki kesamaan yaitu untuk menanpilkan cerita,
dan itu suatu fakta yang tidak dapat dimungkiri. Dengan demikian, persamaan
keduanya yang utama adalah bahwa mereka sama-sama dibangun oleh berbagai unsur
intrinsik yang sama, misalnya unsur penokohan, alur, latar, tema, moral, hal
itu berlaku baik untuk novel maupun cerpen. Namun perbedaan anatara keduanya
juga dapat dicari pada “pengoprasian” unsur-unsur intrinsik tersebut pada teks
yang kemudian disebut novel dan cerpen. Perbedaan yang sederhana yang paling
mudah dikenali antara novel dan cerpen adalah yang menyangkut panjang cerita,
panjang halaman-halaman yang memuat cerita dan terdiri dari beberapa halaman.
Dalam
sastra anak pun terdapat banyak novel dan cerpen, dan keduannya juga perlu
mendapat perhatian yang seimbang. Novel dan cerpen anak itupun bermacam-macam
jenis maka dari itu bagi pembaca anak yang dibutuhkan adalah bacaan berbagai
fiksi yang baik, tidak peuli berupa novel atau cerpen atau genre yang lain.
2. Fiksi Realistik
Banyak bacaan cerita fiksi yang berkisah tentang pertemanan
anak-anak sekolah sebaya, usaha dan kerja keras anak miskin, anak-anak miskin
membantu orang tua, kehidupan harmonis sebuah keluarga, pertengkaran anak-anak,
binatang peliharaanya. Model kehidupan seperti itu, dapat dijumpai secara nyata
oleh anak dalam kehidupan sehari-hari. Cerita fiksi yang mengangkat hal-hal
tersebut dikenal sebagai fiksi realistik.
Dan ada pendapat lain bahwa cerita fiksi realistik adalah
sebuah metafora dan sekaligus model kehidupan yang ditawarkan oleh
pengarang.sebagai sebuah model, ia dapat mengangkat sesuatu yang baik atau
sebaliknya sebagai halnya problematika kehidupan masyarakat yang
bermacam-macam.berhadapan dengan cerita fiksi realistik pada hakikatnya
berhadapan dengan sebuah kehidupan yang memiliki kemiripan dengan kehidupan
nyata sehingga melaluinya anak dapat memaknai dan mengambilnya sebagai filter
bagi kehidupannya sendiri
Daya tarik fiksi realistik dan manfaat.sebuah cerita fiksi
realistik mempunyai daya tarik tersendiri bagi pembaca.dan disini ada beberapa
kemanfaatan bagi pembaca anak yaitu sebagai berikut.
a.
Anak
dapat belajar tentang tingkah laku manusia dan bagaimana orang saling
berhubungan.
b.
Anak
dapat tertawa bersama orang lain dibuku cerita dan belajar untuk menertawakan
diri sendiri.
c.
Anak
dapat memperoleh dan belajar berbgai pengalaman dari orang lain tanpa harus
mengalaminya sendiri yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengambil sikap
dalam kehidupannya.
d.
Anak
dapat berperan serta dan belajar berbagai peristiwa dan aktivitaas dan harus
melakukannya sendiri, misalnya berpetualang, mendaki gunung, berolah raga dan
lain-lain.
Macam
fiksi realistik.
cerita fiksi realistiik cukup banyak macamnya, misalnya:
a)
Cerita
petualangan menggangkat berbagai kisah petualngan anak sperti mendaki gunung,
mengikuti aliran sungai, pergi ke tempat-tempat tertentu, dan lain-lain.
b)
Cerita
keluarga dipihak lain, dimaksudkan sebagai cerita yang mengangkat hal-hal yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari ditengah keluarga.
c)
Cerita
binatang, yang ini mirip dengan fabel modern, dimaksudkan sebagai cerita yang
mengakat anak (juga dewasa) dan binatang, misalnya anak-anak dengan binatang
peliharaannya seperti burung, kucing, ayam. Jika mengangkat kehidupan anak
desa,ia dapat berwujud kehidupan anak petani, termasuk orang tuanya, yang
memelihara kambing, sapi, ayam dan sebagainya anak memerlakukan
binatang-binatang itu.
d)
Cerita
sekolah dimaksudkan sebagai cerita yang mengangkat kehidupan anak-anak
disekolah, misalnya bagaimanah anak berinteraksi dengan para guru, pegawai,
kawan-kawan, penjual makanan dan lain-lain.
3.
Fiksi
Fantasi
Diantara berbagai
jenis cerita fiksi sering ada yang begitu menarik danmenampilkan sesuatu yang
fantastis. Artinya, cerita yang dikisahkan amat menarik dengan tokoh-tokoh yang
mampu melakukan sesuatu yang berada diluar jangkauan manusia biasa, bahkan juga
tidak jarang muncul tokoh-tokoh lain yang bukan manusia yang dapat berinteraksi
dengan tokoh manusia secara wajar, dan lain-lain yang serba luar biasa.
Latar kejadiannya
pun tidak hanya ditempat-tempat biasa
seperti di rumah, di halaman, atau di jalan. tapi anehnya sebagai
pembaca kita dapat menerima kesemuanya itu secara wajar-wajar saja dan tidak
mempertanyakan kebenarannya.
Jadi, dalam
sebuah cerita fantasi pun ada bagian-bagian tertentu yang sebenarnya masuk
akal, logis, halnya saja hal-hal itu kemudian dicampur adukkan dengan sesuatu
yang tidak masuk akal. Namun demikian, secara keseluruhan pengembangan alur
cerita tetap saja tunduk pada hukum sebab-akibat, tundu pada ‘the law of the plot”yang berlaku dalam
penulisabn cerita konvensional. Hal itulah yang menyebabkan cerita fiksi
fantasi juga menjadikuat dan meyakinkan karena dapat dipertanggung jawabkan
secara intrinsik.
4.
Fiksi
Historis
Diantara sekian
banyak cerita fiksi anak, ada yang berkisah tentang tokoh dan peristiwa masa
lalu yang kebenerannya dapat dikemukakan secara nyata. Cerita itu mungkin
berkisah tentang Majapahit, Hayamwuruk, Mahapatih, Gajah Mada dan lain-lainya
yang sumber datanya historis. Namun demikian, hal-hal yang dikisahkan itu bukan
semata-mata tokoh dan peristiwa sejarah, melainkan ada banyak juga
peristiwa-peristiwa yang ditambahkan lewat imajinasi. Lagi pula, siapa yang
dapat menjamin bahwa semua hal yang dikisahkan itu benar-benar ada secara
historis, bahkan untuk karya sejarah sekalipun. Cerita fiksi yang menggabungkan
antara sesuatu yang bersifat faktual masa lalu dan imajinasi itu kenudian
disebut sebagai fiksi historis.
Hakikat fiksi historis. fiksi historis merupakan sebuah
cerita yang mengambil bahan dari suatu periose yang lebih awal dengan penekanan
pada peristiwa-peristiwa yang luar biasa yang bersifat historis. jadi kata
kunci untuk sebuah fiksi historis mesti berkisah tentang masa lalu,dan itu
lazimnya dilakukan terhadap peristiwa-peristiwa besar yang monumental lengkap
dengan para tokoh pelaku sejarahnya. Cerita fiksi historis adalah peristiwa dan
tokoh yang sama-sama dikenal dalam sejarah.
Macam fiksi historis. fiksi historis dapat dibedakan ke
dalam beberapa jenis tergantung dari sudut pandang apa pembedaan itu dilakukan.
Pembedaan itu dilakukan berdasarkan kronologi waktu sejarah mulai dari periode
prasejarah hingga periode-periode selanjutnya berdasarkan kriteria
tertentu.selain itu,ia dapat dibedakan berdasarkan tema-tema yang diangkat
seperti tema perjuangan, peprangan, penemuan dan tema-tema kemasyarakatan yang
lain. Adanya sudut pandang pembedaan itu dapat menyebabkan sebuah cerita fiksi
historis dapat dikatagorikan ke dalam lebih dari satu jenis.
C. Karakteristik
Struktur Naratif Ccerita Fiksi Kontemporer
Rangkaian
peristiwa dalam cerita dimulai dari paparan, konflik, klimaks, dan selesaian.
Paparan.
Paparan
berisi deskripsi keadaan dan karakteristik tokoh. Deskripsi keadaan meliputi deskripsi
suasana dan cuaca sebagaimana terlihat pada bagian paparan pada cerita Hadiah,
Iiih Takut, dan Si Ehem. Paparan tokoh berupa deskripsi keinginan
tokoh dan karakteristik tokoh sebagaimana dalam cerita Kamar Baru dan Rahasia
Lembah Terlarang. Bagian paparan dalam cerita fiksi kontemporer disajikan
secara ringkas karena hanya berfungsi untuk mengantarkan pembaca memasuki
konflik dalam cerita.
Konflik.
Konflik
cerita diawali dengan rangkaian peristiwa keadaan yang menunjukkan adanya
pertentangan. Pertentangan yang terjadi berupa (1) pertentangan antara keadaan
di sekeliling tokoh dengan suasana batin tokoh, (2) pertentangan antara keadaan
dengan keingin/ harapan tokoh, dan (3) pertentangan batin tokoh sebagaimana
konflik dalam cerita Lupus Membolos dan Saudara Tiri. Konflik
dalam cerita fiksi kontemporer pada umumnya bersifat tunggal yang dibangun dan
dirangkai dengan peristiwa-peristiwa yang memperuncingkonflik. Konflik
merupakan bagian penting (kunci) dalam struktur naratif cerita fiksi
kontemporer. Tanpa konflik cerita fiksi kontemporer menjadi tidak menarik. Oleh
karena itu, di dalam cerita fiksi kontemporer konflik dimunculkan sesudah
paparan. Bagian ini pula yang mengikat minat siswa untuk mengikuti lanjutan
cerita.
Klimaks.
Klimaks
dalam cerita fiksi kontemporer merupakan lanjutan konflik. Bagian klimaks berisi
peristiwa tragis, peristiwa pada saat menjelang terbukanya misteri, dan keadaan
yang sangat mengecewakan.
Selesaian.
Selesaian
dalam cerita fiksi kontemporer merupakan bagian yang disusun sebagai
antiklimaks. Bagian ini cukup singkat yang disusun untuk segera mengakhiri
cerita. Sebagai bagian penutup, selesaian dalam cerita fiksi kontemporer dibuat
melegakan pembaca (anakanak). Misalnya, tokoh utama selamat, konflik teratasi,
kondisi membaik, atau kesadaran tokoh mulai tampak sebagaimana terlihat pada
cerita: Hadiah, Rahasia Lembah Larangan, Saudara Tiri, dan Duit
Lebaran.
D. Karakteristik
Teknik PenceritaanCerita Fiksi Kontemporer
Teknik penceritaan yang dominan dalam cerita
fiksi kontemporer adalah teknik diegetik dan dramatik. Teknik
diegetik digunakan oleh pengarang untuk memaparkan latar tempat dan karakteristik
tokoh. Teknik diegetik dalam cerita fiksi kontemporer berupa rincian tempat,
keadaan, dan tokoh. Teknik diegetik selain digunakan pada bagian paparan (awal
cerita) juga digunakan pada bagian lain dalam cerita. Teknik dramatik yang
mewujud dalam bentuk dialog selalu muncul dalam setiap bagian dalam struktur
naratif, bahkan pada bagian paparan yang umumnya menggunakan teknik diegetik.
Sebagian kecil cerita fiksi kontemporer menggunakan dialog sebagai pembuka
cerita, sebagaimana contoh dalam cerita Lupus Membolos. Penggunaan Dialog
dalam bagian cerita juga dijumpai dalam cerita Saudara Tiri. Penggunaan
teknik diegetik dan dramatik dalam bentuk dialog dalam cerita fiksi kontemporer
cukup dominan, sedangkan dalam bentuk monolog sangat sedikit ditemukan dalam cerita
fiksi kontemporer. Dominannya teknik diegetik dimungkinkan karena pada umunya cerita
fiksi kontemporer ditulis dengan sudut pandang orang ketiga. Penutur selalu
menempatkan dirinya sebagai pengamat dan bukan tokoh. Penutur cerita hampir
selalu menyebut tokoh-tokoh cerita dengan namanya. Kata ganti “dia” atau “ia” h
nya digunakan sesekali jika harus mengganti nama, penutur menggunakan sebutan
lain misalnya “anak itu”.
E. Karakteristik
isi Cerita Fiksi Kontemporer
1. Tema,
Tema-tema dalam cerita fiksi kontemporer
berhubungan dengan persoalan sehari-hari yang dapat dialami atau dijumpai di
seputar kehidupan anak. Dalam skala terkecil bertalian dengan (1) lingkungan
keluarga yang meliputi hubungan anak-orang tua dan anak dengan anak; (2)
lingkungan di luar rumah meliputi kehidupan anak di sekolah dan di luar
sekolah. Tema yang terkait dengan lingkungan keluarga di antaranya terumuskan sebagai
berikut: (a) pertentangan batin seorang anak melawan egoisme, rasa kasih sayang
kepada orang tua akhirnya meluluhkan egoisme anak (Hadiah); (b) keluguan
anak-anak tetap terlihat sekalipun dia pintar, mereka tetap nakal, lucu, dan menggemaskan
(Emil dari Lönneberga); (c) anak suka kamar sendiri sekalipun masih takut
tidur sendiri (Dapat Kamar Baru); (d) seorang anak kecil yang dihantui
rasa takut karena ditinggal sendiri di malam hari (Iiih, Takuuuut!); (e)
karena alasan penghematan yang dilakukan orang tua seorang anak harus menderita
lebih lama (Terserang Si Ehem); (f) kegelisahan seorang anak ketika
harus berbagi kasih sayang ayahnya dengan saudara tirinya Saudara Tiri);
(g) kekonyolan yang dilakukan seorang anak lantaran menginginkan duit lebaran sehingga
kehilangan kesempatan berlebaran dengan saudaranya (Duit Lebaran). Tema
yang berkaitan dengan lingkungan di luar rumah di antaranya terumuskan sebagai
berikut: (a) rasa ingin tahu mendorong anak-anak berani menantang bahaya (Rahasia
Lembah Terlarang).; (b) perasaan bersalah menghantui anak baik yang
terpaksa melakukan kesalahan dengan bolos sekolah (Lupus Membolos); (c)
misteri atau rahasia suatu peristiwa dapat terpecahkan dengan berpikir keras (Rahasia
Ular Piton); (d) kejujuran dan kecerdikan seorang anak terlihat dari cara dia
bercerita dan menanggapi persoalan (Diuji dengan Mimpi); (e) dengan
persiapan dan perhitungan yang matang seseorang dapat mengatasi bahaya (Fathia
di Sarang Peracun).
2. Amanat
Amanat dalam cerita fiksi kontemporer
berupa pernyataan pengarang sebagai upaya untuk mengatakan sesuatu. Amanat
dalam cerita fiksi kontemporer disajikan secara tersurat dan tersirat.
Penyajian secara tersurat ditemukan dalam (1) ucapan salah satu tokoh, atau (2)
komentar pengarang. Berikut ini contoh bentuk bentuk amanat dalam cerita fiksi
kontemporer:
(a) jangan melakukan kesalahan jika
tidak ingin dihantui rasa bersalah, dan (b) berbagi kasih sayang mama dan papa
dengan saudara tiri lebih baik daripada hanya menerima kasih sayang dari
seorang mama atau papa saja. Amanat yang tersirat dapat ditafsirkan melalui
tema cerita atau dari keseluruhan isi cerita sebagaimana contoh berikut. (a)
Terimalah perilaku/kenakalan anakanak secara wajar. Orang tua tidak perlu
menyikapinya dengan berlebihan (Emil dari Lönneberga). Amanat tersebut
merupakan penafsiran dari tema “keluguan anak-anak tetap terlihat sekalipun dia
pintar. Sebagai anak-anak, mereka tetap nakal, lucu,dan menggemaskan”. (b) Rasa
percaya diri dalam mengatasi bahaya dapat ditumbuhkan dengan menambah
pengetahuan dan melatih kecerdikan (Fathia di Sarang Peracun). Amanat
tersebut ditafsirkan melalui keseluruhan teks cerita dan melalui tema “cerita
dengan persiapan dan perhitungan yang matang seseorang dapat mengatasi bahaya”.
Penyajian amanat secara tersirat dilakukan oleh pengarang sebagai upaya untuk
memberikan kesan bahwa pengarang tidak ingin mengajari pembaca. Namun,
bagaimanapun pengarang selalu ingin mengatakan sesuatu dengan cara yang sangat
halus. Dengan demikian, sebagaimana tokoh, siswa (pembaca) diajak untuk selalu
berpikir, merenung, dan berusaha mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya.
Anak diajari mandiri melalui proses berpikir.
3. Nilai
Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai kasih
sayang, keberanian, kepolosan, kebahagiaan, kejujuran, dan kemandirian.
a. Nilai
kasih sayang diperoleh dari penasiran tema-tema: pertentangan batin seseorang
anak melawan egoisme dan rasa kasih sayang kepada orang tua akhirnya meluluhkan
egoisme anak, dan kegelisahan seorang anak ketika harus berbagi kasih sayang
ayahnya dengan saudara tirinya.
b. Nilai
keberanian diperoleh dari penafsiran tema-tema berikut. (a) Misteri atau
rahasia suatu peristiwa dapat terpecahkan dengan berpikir keras. (b) Rasa ingin
tahu mendorong anak-anak berani menantang bahaya. (c) Seorang anak kecil
dihantui rasa takut karena ditinggal sendiri di malam hari. (d) Dengan
persiapan dan perhitungan yang matang seseorang dapat mengatasi bahaya.
c. Nilai
kepolosan diperoleh dari penafsiran tema-tema berikut: (a) keluguan anak-anak
tetap terlihat sekalipun mereka pintar, sebagai anak-anak mereka tetap nakal,
lucu, dan menggemaskan; (b) kekonyolan yang dilakukan seorang anak lantaran
menginginkan duit lebaran sehingga kehilangan kesempatan berlebaran dengan
saudaranya.
d. Nilai
kebahagiaan diperoleh dari penafsiran tema “karena alasan penghematan yang dilakukan
orang tua seorang anak harus menderita lebih lama”.
e. Nilai
kejujuran diperoleh dari penafsiran tema-tema berikut: (a) perasaan bersalah
menghantui anak baik yang terpaksa melakukan kesalahan dengan bolos sekolah,
serta (b) kejujuran dan kecerdikan seorang anak terlihat dari cara dia
bercerita dan menanggapi persoalan.
f. Nilai
kemandirian diperoleh dari penafsiran tema “anak suka kamar sendiri sekalipun
masih takut sendirian”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cerita fiksi anak merupakan cerita yang berdasarkan
imajinatif dan memberikan keunikan tersendiri, karena dalam cerita tersebut
terdapat unsur-unsur yang membedakannya dengan yang lain, yaitu unsur intrinsik
dan ekstrinsik. Unsur fiksi yang termasuk dalam unsur intrinsik misalnya adalah
tokoh dan penokohan, alur, pengaluran, dan berbagai peristiwa yang
membentuknya, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Sedangkan, Hal-hal yang
dapat di kategorikan ke dalam unsur ekstrinsik misalnya adalah jati diri
pengarang yang mempunyai ideologi, pandangan hidup dan way of life bangsanya,
kondisi kehidupan sosial budaya masyarakat yang di jadikan latar cerita dan
lain-lain.
Cerita fiksi anak kontemporer adalah sebagai bahan
bacaan anak yang mendukung minat anak untuk membaca sastra.
B. Saran
Diharapkan dengan cerita fiksi anak kontemporer
mampu meningkatkan minat membaca sastra pada anak serta sebagai orang tua dan
pengajar menjadikan cerita fiksi anak kontemporer sebagai bahan bacaan yang
ditawarkan kepada anak untuk menambah khasanah sastra anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar