Senin, 18 Mei 2015

Cerita Anak Fiksi Kontemporer



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, yang semuanya diungkapkan dengan cara bahasa yang khas. Anak-anak sebagai manusia dalam tahap pertumbuhan contoh, ketika seorang ibu menggendong anaknya, sering kita lihat sang ibu mendendangkan lagu untuk meninabobokan anaknya. Tidak sedikit orang tua mendongengi anaknya menjelang tidur, anak mendengarkan dengan penuh perhatian dan merasa puas hingga tertidur. Hal ini memberi gambaran bahwa sastra juga dibutuhkan anak, anak merasa nyaman dan senang menikmati sastra. Pemenuhan kebutuhan akan cerita merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan bathiniah yang besar perannya bagi pembentukan kepribadian.
Manusia hidup dibekali rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang dapat di pandang sebagai misteri tentang dunia, termasuk di dalamnya misteri tentang kehidupan. Misteri tentang kehidupan inilah yang banyak di angkat ke dalam cerita fiksi, baik fiksi anak maupun fiksi dewasa. Dengan membaca dan menikmati cerita fiksi, tidak saja anak-anak, kita memperoleh kenikmatan cerita dan pemenuhan rasa ingin tahu, melainkan juga secara tidak langsung belajar tentang kehidupan, kehidupan yang sengaja dikreasi dan didialogkan  kepada anak-anak, kita.
Masa anak-anak adalah masa ingin tahu tentang segala sesuatu. Minat anak terhadap hal-hal yang belum diketahuinya sangat tinggi, karena itu anak sering mengajukan pertanyaan tentang segala hal yang diamatinya. Kelebihan anak-anak adalah tidak pernah “kuwalahan” apabila diberi informasi sebanyak apapun. Sedangkan kekurangan orang dewasa adalah sering “kelabakan” dalam menjawab pertanyaan anak. Seorang anak juga ingin mengetahui apa saja yang dapat dijangkau pikirannya. Anak-anak bahkan ada yang suka mendengarkan orang dewasa yang sedang berbicara, kadang mereka juga mencoba ikut terlibat dalam pembicaraan orang dewasa. Selain butuh informasi anak juga butuh pengakuan, dan penghargaan. Berbagai keperluan tersebut, terutama keperluan akan informasi, harus diupayakan untuk dipenuhi agar pengetahuan dan wawasan anak semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Pemuasan rasa ingin tahu anak dapat dipenuhi lewat bacaan atau pun dalam bentuk cerita. Salah satu contoh bacaan anak adalah cerita fiksi anak kontemporer.








BAB II
PEMBAHASAN

A.     Cerita Fiksi Anak
1.      Hakikat Cerita Fiksi Anak
Menurut Lukens (2003), genre fiksi anak dapat di kelompokkan ke dalam fiksi realistik  (realistic fiction), fiksi fantasi (fantacy), fiksi formula (formula fiction), fiksi sejarah (historical fiction), fiksi sainss (scientific fiction) dan fiksi biografis (biographical fiction). Hakikat fiksi adalah menunjuk pada sebuah cerita yang kebenarannya tidak menunjuk pada kebenaran sejarah, kebenaran empirik-faktual. Jadi apa yang di kisahkan dalam teks fiksi adalah segala sesuatu khususnya untuk tokoh dan peristiwa yang bersifat imajinatif. Walau demikian, campur aduk dan bolak balik antara penceritaan fakta imajinatif  dan fakta faktual sering saja terjadi. Untuk kategori fiksi dewasa, tiga jenis fiksi yang di sebut belakangan dikenal dengan sebutan nonfiksi ( nonfiction fiction ).
2.      Unsur Cerita Fiksi Anak
Sebuah teks sastra yang tersaji di hadapan pembaca sebenarnya adalah sebuah kesatuan dari berbagai elemen yang membentuknya. Elemen-elemen itu dapat di bedakan ke dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur cerita fiksi yang secara langsung berada di dalam, menjadi bagian, dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan. Unsur fiksi yang termasuk dalam kategori ini misalnya adalah tokoh dan penokohan, alur, pengaluran, dan berbagai peristiwa yang membentuknya, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Dalam rangka telaah teks-teks fiksi cerita anak, juga fiksi dewasa, unsur-unsur intrinsik inilah yang lebih menjadi fokus perhatian.
Unsur ekstrinsik, di pihak lain adalah unsur yang berada di luar teks fiksi yang bersangkutan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap bangun cerita yang di kisahkan, langsung atau tidak langsung. Hal-hal yang dapat di kategorikan ke dalam bagian ini misalnya adalah jati diri pengarang yang mempunyai ideologi, pandangan hidup dan way of life bangsanya, kondisi kehidupan sosial budaya masyarakat yang di jadikan latar cerita dan lain-lain.
B.     Macam Cerita Fiksi Anak
Cerita fiksi anak dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori berdasarkan dari mana dilihat. Jika dilihat berdasarkan panjang pendeknya cerita yang dikisahkan, cerita fiksi anak dibedakan menjadi dua, yaitu novel dan cerita pendek (cerpen). Jika dilihat berdasarkan isi ceritanya, cerita fiksi anak dibedakan menjadi lima, yaitu fiksi realistik, fiksi fantasi, fiksi formula, fiksi historis dan fiksi biografis.
1.      Novel dan Cerpen
Cerita fiksi anak dapat berbentuk novel dan cerpen. Berbeda halnya dengan novel yang terbit sendiri dalam sebuah buku, cerpen umumnya dimuat dalam berbagai majalah dan surat kabar harian seperti Bobo dan kompas minggu. Walau demikian, cerpen dalam majalah Bobo kemudian dikumpulkan dan telah diterbitkan menjadi sebuah buku, mirip majalah, dengan nama kumpulan Dongeng Bobo dalam seri-seri tertentu. Hal itu sengaja dikemukakan untuk menunjukkan betapa tidak sulitnya menemukan bacaan cerita fiksi anak baik yang berbentuk novel maupun cerpen, di samping berbagai genre sastra anak yang lain.
Sebagai sama-sama karya yang bergenre fiksi,novel dan cerpen memiliki persamaan dan perbedaan. Novel dan cerpen memiliki kesamaan yaitu untuk menanpilkan cerita, dan itu suatu fakta yang tidak dapat dimungkiri. Dengan demikian, persamaan keduanya yang utama adalah bahwa mereka sama-sama dibangun oleh berbagai unsur intrinsik yang sama, misalnya unsur penokohan, alur, latar, tema, moral, hal itu berlaku baik untuk novel maupun cerpen. Namun perbedaan anatara keduanya juga dapat dicari pada “pengoprasian” unsur-unsur intrinsik tersebut pada teks yang kemudian disebut novel dan cerpen. Perbedaan yang sederhana yang paling mudah dikenali antara novel dan cerpen adalah yang menyangkut panjang cerita, panjang halaman-halaman yang memuat cerita dan terdiri dari beberapa halaman.
Dalam sastra anak pun terdapat banyak novel dan cerpen, dan keduannya juga perlu mendapat perhatian yang seimbang. Novel dan cerpen anak itupun bermacam-macam jenis maka dari itu bagi pembaca anak yang dibutuhkan adalah bacaan berbagai fiksi yang baik, tidak peuli berupa novel atau cerpen atau genre yang lain.
2.      Fiksi Realistik
Banyak bacaan cerita fiksi yang berkisah tentang pertemanan anak-anak sekolah sebaya, usaha dan kerja keras anak miskin, anak-anak miskin membantu orang tua, kehidupan harmonis sebuah keluarga, pertengkaran anak-anak, binatang peliharaanya. Model kehidupan seperti itu, dapat dijumpai secara nyata oleh anak dalam kehidupan sehari-hari. Cerita fiksi yang mengangkat hal-hal tersebut dikenal sebagai fiksi realistik.
Dan ada pendapat lain bahwa cerita fiksi realistik adalah sebuah metafora dan sekaligus model kehidupan yang ditawarkan oleh pengarang.sebagai sebuah model, ia dapat mengangkat sesuatu yang baik atau sebaliknya sebagai halnya problematika kehidupan masyarakat yang bermacam-macam.berhadapan dengan cerita fiksi realistik pada hakikatnya berhadapan dengan sebuah kehidupan yang memiliki kemiripan dengan kehidupan nyata sehingga melaluinya anak dapat memaknai dan mengambilnya sebagai filter bagi kehidupannya sendiri
Daya tarik fiksi realistik dan manfaat.sebuah cerita fiksi realistik mempunyai daya tarik tersendiri bagi pembaca.dan disini ada beberapa kemanfaatan bagi pembaca anak yaitu sebagai berikut.
a.       Anak dapat belajar tentang tingkah laku manusia dan bagaimana orang saling berhubungan.
b.      Anak dapat tertawa bersama orang lain dibuku cerita dan belajar untuk menertawakan diri sendiri.
c.       Anak dapat memperoleh dan belajar berbgai pengalaman dari orang lain tanpa harus mengalaminya sendiri yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengambil sikap dalam kehidupannya.
d.      Anak dapat berperan serta dan belajar berbagai peristiwa dan aktivitaas dan harus melakukannya sendiri, misalnya berpetualang, mendaki gunung, berolah raga dan lain-lain.
Macam fiksi realistik. cerita fiksi realistiik cukup banyak macamnya, misalnya:
a)      Cerita petualangan menggangkat berbagai kisah petualngan anak sperti mendaki gunung, mengikuti aliran sungai, pergi ke tempat-tempat tertentu, dan lain-lain.
b)      Cerita keluarga dipihak lain, dimaksudkan sebagai cerita yang mengangkat hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari ditengah keluarga.
c)      Cerita binatang, yang ini mirip dengan fabel modern, dimaksudkan sebagai cerita yang mengakat anak (juga dewasa) dan binatang, misalnya anak-anak dengan binatang peliharaannya seperti burung, kucing, ayam. Jika mengangkat kehidupan anak desa,ia dapat berwujud kehidupan anak petani, termasuk orang tuanya, yang memelihara kambing, sapi, ayam dan sebagainya anak memerlakukan binatang-binatang itu.
d)     Cerita sekolah dimaksudkan sebagai cerita yang mengangkat kehidupan anak-anak disekolah, misalnya bagaimanah anak berinteraksi dengan para guru, pegawai, kawan-kawan, penjual makanan dan lain-lain.
3.      Fiksi Fantasi
      Diantara berbagai jenis cerita fiksi sering ada yang begitu menarik danmenampilkan sesuatu yang fantastis. Artinya, cerita yang dikisahkan amat menarik dengan tokoh-tokoh yang mampu melakukan sesuatu yang berada diluar jangkauan manusia biasa, bahkan juga tidak jarang muncul tokoh-tokoh lain yang bukan manusia yang dapat berinteraksi dengan tokoh manusia secara wajar, dan lain-lain yang serba luar biasa.
      Latar kejadiannya pun tidak hanya ditempat-tempat biasa  seperti di rumah, di halaman, atau di jalan. tapi anehnya sebagai pembaca kita dapat menerima kesemuanya itu secara wajar-wajar saja dan tidak mempertanyakan kebenarannya.
      Jadi, dalam sebuah cerita fantasi pun ada bagian-bagian tertentu yang sebenarnya masuk akal, logis, halnya saja hal-hal itu kemudian dicampur adukkan dengan sesuatu yang tidak masuk akal. Namun demikian, secara keseluruhan pengembangan alur cerita tetap saja tunduk pada hukum sebab-akibat, tundu pada ‘the law of the plot”yang berlaku dalam penulisabn cerita konvensional. Hal itulah yang menyebabkan cerita fiksi fantasi juga menjadikuat dan meyakinkan karena dapat dipertanggung jawabkan secara intrinsik.
4.      Fiksi Historis
      Diantara sekian banyak cerita fiksi anak, ada yang berkisah tentang tokoh dan peristiwa masa lalu yang kebenerannya dapat dikemukakan secara nyata. Cerita itu mungkin berkisah tentang Majapahit, Hayamwuruk, Mahapatih, Gajah Mada dan lain-lainya yang sumber datanya historis. Namun demikian, hal-hal yang dikisahkan itu bukan semata-mata tokoh dan peristiwa sejarah, melainkan ada banyak juga peristiwa-peristiwa yang ditambahkan lewat imajinasi. Lagi pula, siapa yang dapat menjamin bahwa semua hal yang dikisahkan itu benar-benar ada secara historis, bahkan untuk karya sejarah sekalipun. Cerita fiksi yang menggabungkan antara sesuatu yang bersifat faktual masa lalu dan imajinasi itu kenudian disebut sebagai fiksi historis.
Hakikat fiksi historis. fiksi historis merupakan sebuah cerita yang mengambil bahan dari suatu periose yang lebih awal dengan penekanan pada peristiwa-peristiwa yang luar biasa yang bersifat historis. jadi kata kunci untuk sebuah fiksi historis mesti berkisah tentang masa lalu,dan itu lazimnya dilakukan terhadap peristiwa-peristiwa besar yang monumental lengkap dengan para tokoh pelaku sejarahnya. Cerita fiksi historis adalah peristiwa dan tokoh yang sama-sama dikenal dalam sejarah.
Macam fiksi historis. fiksi historis dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis tergantung dari sudut pandang apa pembedaan itu dilakukan. Pembedaan itu dilakukan berdasarkan kronologi waktu sejarah mulai dari periode prasejarah hingga periode-periode selanjutnya berdasarkan kriteria tertentu.selain itu,ia dapat dibedakan berdasarkan tema-tema yang diangkat seperti tema perjuangan, peprangan, penemuan dan tema-tema kemasyarakatan yang lain. Adanya sudut pandang pembedaan itu dapat menyebabkan sebuah cerita fiksi historis dapat dikatagorikan ke dalam lebih dari satu jenis.
C.     Karakteristik Struktur Naratif Ccerita Fiksi Kontemporer
Rangkaian peristiwa dalam cerita dimulai dari paparan, konflik, klimaks, dan selesaian.
Paparan. Paparan berisi deskripsi keadaan dan karakteristik tokoh. Deskripsi keadaan meliputi deskripsi suasana dan cuaca sebagaimana terlihat pada bagian paparan pada cerita Hadiah, Iiih Takut, dan Si Ehem. Paparan tokoh berupa deskripsi keinginan tokoh dan karakteristik tokoh sebagaimana dalam cerita Kamar Baru dan Rahasia Lembah Terlarang. Bagian paparan dalam cerita fiksi kontemporer disajikan secara ringkas karena hanya berfungsi untuk mengantarkan pembaca memasuki konflik dalam cerita.
Konflik. Konflik cerita diawali dengan rangkaian peristiwa keadaan yang menunjukkan adanya pertentangan. Pertentangan yang terjadi berupa (1) pertentangan antara keadaan di sekeliling tokoh dengan suasana batin tokoh, (2) pertentangan antara keadaan dengan keingin/ harapan tokoh, dan (3) pertentangan batin tokoh sebagaimana konflik dalam cerita Lupus Membolos dan Saudara Tiri. Konflik dalam cerita fiksi kontemporer pada umumnya bersifat tunggal yang dibangun dan dirangkai dengan peristiwa-peristiwa yang memperuncingkonflik. Konflik merupakan bagian penting (kunci) dalam struktur naratif cerita fiksi kontemporer. Tanpa konflik cerita fiksi kontemporer menjadi tidak menarik. Oleh karena itu, di dalam cerita fiksi kontemporer konflik dimunculkan sesudah paparan. Bagian ini pula yang mengikat minat siswa untuk mengikuti lanjutan cerita.
Klimaks. Klimaks dalam cerita fiksi kontemporer merupakan lanjutan konflik. Bagian klimaks berisi peristiwa tragis, peristiwa pada saat menjelang terbukanya misteri, dan keadaan yang sangat mengecewakan.
Selesaian. Selesaian dalam cerita fiksi kontemporer merupakan bagian yang disusun sebagai antiklimaks. Bagian ini cukup singkat yang disusun untuk segera mengakhiri cerita. Sebagai bagian penutup, selesaian dalam cerita fiksi kontemporer dibuat melegakan pembaca (anakanak). Misalnya, tokoh utama selamat, konflik teratasi, kondisi membaik, atau kesadaran tokoh mulai tampak sebagaimana terlihat pada cerita: Hadiah, Rahasia Lembah Larangan, Saudara Tiri, dan Duit Lebaran.
D.    Karakteristik Teknik PenceritaanCerita Fiksi Kontemporer
Teknik penceritaan yang dominan dalam cerita fiksi kontemporer adalah teknik diegetik dan dramatik. Teknik diegetik digunakan oleh pengarang untuk memaparkan latar tempat dan karakteristik tokoh. Teknik diegetik dalam cerita fiksi kontemporer berupa rincian tempat, keadaan, dan tokoh. Teknik diegetik selain digunakan pada bagian paparan (awal cerita) juga digunakan pada bagian lain dalam cerita. Teknik dramatik yang mewujud dalam bentuk dialog selalu muncul dalam setiap bagian dalam struktur naratif, bahkan pada bagian paparan yang umumnya menggunakan teknik diegetik. Sebagian kecil cerita fiksi kontemporer menggunakan dialog sebagai pembuka cerita, sebagaimana contoh dalam cerita Lupus Membolos. Penggunaan Dialog dalam bagian cerita juga dijumpai dalam cerita Saudara Tiri. Penggunaan teknik diegetik dan dramatik dalam bentuk dialog dalam cerita fiksi kontemporer cukup dominan, sedangkan dalam bentuk monolog sangat sedikit ditemukan dalam cerita fiksi kontemporer. Dominannya teknik diegetik dimungkinkan karena pada umunya cerita fiksi kontemporer ditulis dengan sudut pandang orang ketiga. Penutur selalu menempatkan dirinya sebagai pengamat dan bukan tokoh. Penutur cerita hampir selalu menyebut tokoh-tokoh cerita dengan namanya. Kata ganti “dia” atau “ia” h nya digunakan sesekali jika harus mengganti nama, penutur menggunakan sebutan lain misalnya “anak itu”.
E.     Karakteristik isi Cerita Fiksi Kontemporer
1.      Tema,
Tema-tema dalam cerita fiksi kontemporer berhubungan dengan persoalan sehari-hari yang dapat dialami atau dijumpai di seputar kehidupan anak. Dalam skala terkecil bertalian dengan (1) lingkungan keluarga yang meliputi hubungan anak-orang tua dan anak dengan anak; (2) lingkungan di luar rumah meliputi kehidupan anak di sekolah dan di luar sekolah. Tema yang terkait dengan lingkungan keluarga di antaranya terumuskan sebagai berikut: (a) pertentangan batin seorang anak melawan egoisme, rasa kasih sayang kepada orang tua akhirnya meluluhkan egoisme anak (Hadiah); (b) keluguan anak-anak tetap terlihat sekalipun dia pintar, mereka tetap nakal, lucu, dan menggemaskan (Emil dari Lönneberga); (c) anak suka kamar sendiri sekalipun masih takut tidur sendiri (Dapat Kamar Baru); (d) seorang anak kecil yang dihantui rasa takut karena ditinggal sendiri di malam hari (Iiih, Takuuuut!); (e) karena alasan penghematan yang dilakukan orang tua seorang anak harus menderita lebih lama (Terserang Si Ehem); (f) kegelisahan seorang anak ketika harus berbagi kasih sayang ayahnya dengan saudara tirinya Saudara Tiri); (g) kekonyolan yang dilakukan seorang anak lantaran menginginkan duit lebaran sehingga kehilangan kesempatan berlebaran dengan saudaranya (Duit Lebaran). Tema yang berkaitan dengan lingkungan di luar rumah di antaranya terumuskan sebagai berikut: (a) rasa ingin tahu mendorong anak-anak berani menantang bahaya (Rahasia Lembah Terlarang).; (b) perasaan bersalah menghantui anak baik yang terpaksa melakukan kesalahan dengan bolos sekolah (Lupus Membolos); (c) misteri atau rahasia suatu peristiwa dapat terpecahkan dengan berpikir keras (Rahasia Ular Piton); (d) kejujuran dan kecerdikan seorang anak terlihat dari cara dia bercerita dan menanggapi persoalan (Diuji dengan Mimpi); (e) dengan persiapan dan perhitungan yang matang seseorang dapat mengatasi bahaya (Fathia di Sarang Peracun).
2.      Amanat
Amanat dalam cerita fiksi kontemporer berupa pernyataan pengarang sebagai upaya untuk mengatakan sesuatu. Amanat dalam cerita fiksi kontemporer disajikan secara tersurat dan tersirat. Penyajian secara tersurat ditemukan dalam (1) ucapan salah satu tokoh, atau (2) komentar pengarang. Berikut ini contoh bentuk bentuk amanat dalam cerita fiksi kontemporer:
(a) jangan melakukan kesalahan jika tidak ingin dihantui rasa bersalah, dan (b) berbagi kasih sayang mama dan papa dengan saudara tiri lebih baik daripada hanya menerima kasih sayang dari seorang mama atau papa saja. Amanat yang tersirat dapat ditafsirkan melalui tema cerita atau dari keseluruhan isi cerita sebagaimana contoh berikut. (a) Terimalah perilaku/kenakalan anakanak secara wajar. Orang tua tidak perlu menyikapinya dengan berlebihan (Emil dari Lönneberga). Amanat tersebut merupakan penafsiran dari tema “keluguan anak-anak tetap terlihat sekalipun dia pintar. Sebagai anak-anak, mereka tetap nakal, lucu,dan menggemaskan”. (b) Rasa percaya diri dalam mengatasi bahaya dapat ditumbuhkan dengan menambah pengetahuan dan melatih kecerdikan (Fathia di Sarang Peracun). Amanat tersebut ditafsirkan melalui keseluruhan teks cerita dan melalui tema “cerita dengan persiapan dan perhitungan yang matang seseorang dapat mengatasi bahaya”. Penyajian amanat secara tersirat dilakukan oleh pengarang sebagai upaya untuk memberikan kesan bahwa pengarang tidak ingin mengajari pembaca. Namun, bagaimanapun pengarang selalu ingin mengatakan sesuatu dengan cara yang sangat halus. Dengan demikian, sebagaimana tokoh, siswa (pembaca) diajak untuk selalu berpikir, merenung, dan berusaha mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya. Anak diajari mandiri melalui proses berpikir.
3.      Nilai
Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai kasih sayang, keberanian, kepolosan, kebahagiaan, kejujuran, dan kemandirian.
a.       Nilai kasih sayang diperoleh dari penasiran tema-tema: pertentangan batin seseorang anak melawan egoisme dan rasa kasih sayang kepada orang tua akhirnya meluluhkan egoisme anak, dan kegelisahan seorang anak ketika harus berbagi kasih sayang ayahnya dengan saudara tirinya.
b.      Nilai keberanian diperoleh dari penafsiran tema-tema berikut. (a) Misteri atau rahasia suatu peristiwa dapat terpecahkan dengan berpikir keras. (b) Rasa ingin tahu mendorong anak-anak berani menantang bahaya. (c) Seorang anak kecil dihantui rasa takut karena ditinggal sendiri di malam hari. (d) Dengan persiapan dan perhitungan yang matang seseorang dapat mengatasi bahaya.
c.       Nilai kepolosan diperoleh dari penafsiran tema-tema berikut: (a) keluguan anak-anak tetap terlihat sekalipun mereka pintar, sebagai anak-anak mereka tetap nakal, lucu, dan menggemaskan; (b) kekonyolan yang dilakukan seorang anak lantaran menginginkan duit lebaran sehingga kehilangan kesempatan berlebaran dengan saudaranya.
d.      Nilai kebahagiaan diperoleh dari penafsiran tema “karena alasan penghematan yang dilakukan orang tua seorang anak harus menderita lebih lama”.
e.       Nilai kejujuran diperoleh dari penafsiran tema-tema berikut: (a) perasaan bersalah menghantui anak baik yang terpaksa melakukan kesalahan dengan bolos sekolah, serta (b) kejujuran dan kecerdikan seorang anak terlihat dari cara dia bercerita dan menanggapi persoalan.
f.       Nilai kemandirian diperoleh dari penafsiran tema “anak suka kamar sendiri sekalipun masih takut sendirian”.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Cerita fiksi anak merupakan cerita yang berdasarkan imajinatif dan memberikan keunikan tersendiri, karena dalam cerita tersebut terdapat unsur-unsur yang membedakannya dengan yang lain, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur fiksi yang termasuk dalam unsur intrinsik misalnya adalah tokoh dan penokohan, alur, pengaluran, dan berbagai peristiwa yang membentuknya, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Sedangkan, Hal-hal yang dapat di kategorikan ke dalam unsur ekstrinsik misalnya adalah jati diri pengarang yang mempunyai ideologi, pandangan hidup dan way of life bangsanya, kondisi kehidupan sosial budaya masyarakat yang di jadikan latar cerita dan lain-lain.
Cerita fiksi anak kontemporer adalah sebagai bahan bacaan anak yang mendukung minat anak untuk membaca sastra.
B.     Saran
Diharapkan dengan cerita fiksi anak kontemporer mampu meningkatkan minat membaca sastra pada anak serta sebagai orang tua dan pengajar menjadikan cerita fiksi anak kontemporer sebagai bahan bacaan yang ditawarkan kepada anak untuk menambah khasanah sastra anak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar